"TOBAT ANJING. GAK! GUE GAK MAU. DEMI TUHAN DER, LO TOLOL APA GIMANA SEH???"
Derian menutup telinganya dengan kedua tangannya mendengar teriakan Jonathan. Karena teriakan itu membuat sekelas melihat ke arah mereka bertiga. Lebih tepatnya Derian, Faris, dan tentu saja sang empu suara Jonathan.
"Apa lo pada liat? Sana urus obrolan lo semua sendiri." ketus Faris sambil melihat anak kelas lain. Anak lain pun hanya diam dan kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
Faris ditakuti juga sama kelasnya dan seantero sekolah karena dia menyandang status sebagai teman Derian. Kelas mereka tengah jam kosong alias tidak ada guru dan tugas pun tidak ada yang memberikan. Asalkan ramai tidak terlalu kelas dan keluar kelas, kelas 11 IPS 5 ini bakal aman tanpa ketahuan guru penjaga.
"Anjing, Jo. Lo tuh gak usah teriak-teriak kali. Kuping gue di sini, gak jauh." balas Derian menatap horor ke arah temannya itu.
"Lagian lo gila!" balas Jonathan sambil menatap heran Derian.
"Lo ngajak kita taruhan, kalo lo berhasil jadian sama (Namakamu) kita berdua -Gue sama Faris- harus traktir lo di Undersky?" lanjut Jonathan sambil mengecilkan suaranya.
"Bangkrut gue, bajingan. Kalo traktir di Undersky. Gak ada yang lain apa?" Faris baru memberi komentarnya.
Derian menggeleng. "Itu taruhannya. Lagian kalo gue gak berhasil gue kan yang bakal traktir lo pada di Undersky? Gak usah khawatir."
"Der, sebenernya bukan masalah uang. Gue sama Faris pun duitnya banyak dari hasil balapan dan MMA atau dari duit bokap gue pun. Tapi cewek yang lo jadiin taruhan tuh yang bahaya. Lo pasti tahu soal rumor gak sedapnya tuh cewek songong?" jelas Jonathan sambil menatap Derian serius.
"Muka gue keliatan main-main? Karena gue pengen buktiin rumor itu. Makanya gue mau jadian sama (Namakamu)." balas Derian.
"Lagian menurut gue, dia cantik," lanjutnya.
"Udah gila. Udah gila." Jonathan bergumam seperti itu dan Faris tertawa akan hal itu.
Derian nyengir. "Siap-siap kalah ya lo berdua."
"PEDE BETUL LO ANJING TETANGGA???"
"IYALAH LAGI PULA SIAPA YANG MAU NOLAK PESONA GUE????"
━━━━━━━━━━━━━━━━
Berbeda dengan kondisi kelas Derian. Kelas (Namakamu) sekarang tengah belajar sejarah perminatan dan gadis itu selalu mengantuk jika pelajaran ini dimulai. Benar-benar mengantuk karena guru di depan sana menceritakan sejarah seperti dongeng dan membuatnya ingin tidur. Menurut (Namakamu) suara guru sejarah benar-benar bikin ia mengantuk.
Tapi, gadis itu usahakan biar dirinya tidak tertidur di dalam kelas. Lagipula, gadis itu melirik teman sebangkunya Iqbaal Xavier yang sangat amat serius dengan pelajaran ini. Jari lelaki itu sibuk mencatat dan membuka halaman buku diktat dan kepalanya naik turun untuk memperhatikan guru di depan sana, lalu mencatat.
"Suka sejarah atau emang rajin?" batin (Namakamu)
(Namakamu) bukanlah sosok yang pintar. Dia hanya bisa terbilang rajin dan namanya juga manusia rasa malas bisa menyerang kapan saja. Tapi (Namakamu) tetap mencatat apa dijelaskan oleh guru sejarah walau tidak sedetail Iqbaal Xavier, mungkin?
"Suka sejarah, ya?" Dengan bodohnya (Namakamu) memberanikan diri menanyakan hal itu ke Iqbaal Xavier.
Iqbaal Xavier melirik gadis itu sebentar lalu berkutat kembali dengan bukunya. "Iya, dari sejak SMP udah suka," jawabnya.
"Lo sendiri?" tanya Iqbaal balik.
"Gak terlalu. Lebih suka ekonomi." jawab (Namakamu)
GAK TANYA DODOOOOOL. Hati (Namakamu) menjerit. Iqbaal gak tanya kesukaan pelajaranmu apa kenapa langsung jawab sih. Duh (Namakamu) bodoh. Gadis itu rasanya pengen menenggelamkan diri di laut.
"Oh." jawab singkat Iqbaal tanpa memedulikan ekspresi (Namakamu).
Tuh kan, Iqbaalnya aja gak peduli. YA GUSTI EMANG NASIB. Emang nasib (Namakamu) pembawa sial. Mana mungkin ada yang betah temenan sama kamu.
"Sorry ya kalo cuek. Ini lagi pelajaran soalnya. Lo kalo mau ajak ngobrol nanti aja pas istirahat kedua atau pulang."
Gak ada angin dan gak ada hujan, Iqbaal melanjutkan kalimat itu sambil mencatat bukunya. Kalimat barusan itu membuat (Namakamu) menoleh kaget dan hanya bisa menjawab. "Oke, maaf ganggu."
(Namakamu) gak habis pikir. Jadi Iqbaal Xavier ini beneran mau temenan sama pembawa sial kayak dia ini? Gak tau kenapa (Namakamu) tersenyum kecil. Hatinya menghangat. Gak. Dia gak ada rasa lebih le Iqbaal. Hanya saja ... tidak ada yang pernah melakukan hal seperti ini ke dia selain Papa dan Mamanya.
Sementara Iqbaal hanya diam melirik pelan ekspresi gadis itu lalu tersenyum miring. "Derian, apa bisa lo kalahin seseorang yang bukan manusia?" batinnya.
aku kok malu ya baca Badass.. bukan karena castnya tapi karena tulisan dan alurnya yang gak jelas. duh dulu masih ngatau apa apa sih soal nulis. ya asal aja hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten to Ten
Fiksi Remaja"Kamu tau, kenapa jam dinding yang ada di toko selalu menunjukkan pukul 10.10?" "Gak tau. Emangnya kenapa?" "Coba perhatiin jarum panjang dan jarum pendeknya. Kayak bentuk senyuman kan? Iya biar orang yang liat ikut tersenyum. Trik psikologi marketi...