12. Destiny

1.2K 163 44
                                    


CHAPTER 12

DESTINY

Ketika Tuhan mengatakan "JADI" maka jadilah. Ketika Tuhan mentakdirkan dua orang bersatu maka tidak ada satu pun hal yang dapat memisahkan tanpa kuasa-Nya. Namun karena Tuhan juga maha Kreatif maka Ia akan mempertemukan siapa yang Ia takdirkan dengan cara yang kretif pula. Tuhan tidak akan membiarkan mahluknya merasakan nikmat yang berujung kesulitan karena tidak adanya usaha. Seberapa banyak Tuhan akan menguji hambanya itu adalah wewenangnya. Yang jelas setiap manusia akan memanen apapun yang telah ditanamnya.

======______======

"Eunji ya, kenalkan ini Minah, teman lamaku", Chanyeol mengenalkan yeoja itu, Eunji berdiri kemudian menyalaminya dengan senyum yang ia paksakan.

"Teman lama? Oppa tidak ingin mengenalkanku sebagai mantan pacar?" ucap Minah penuh penekanan menatap langsung mata Eunji.

"Ah, benarkah? Kalau begitu kita harus sering ketemu, aku bisa tahu lebih dalam tentang SUAMIKU ini padamu". Balas Eunji menekankan pada kata 'suami' pada ucapannya, menampilkan senyum palsu yang sangat lebar.

"Hahaha, tentu saja, dengan senang hati". MinAh tersenyum tulus. "Oppa, ternyata istrimu ini easy going ya? Biasanya wanita akan sedikit marah jika bertemu dengan mantan suaminya". Lanjut MinAh tersenyum sambil menepuk lengan kanan Chanyeol.

"Kau akan tahu betapa sadisnya aku jika kita sering bertemu, hahaha". Canda Eunji dengan senyum yang belum pudar itu.

"Tentu, aku sangat tidak sabar Eunji ya, sepertinya kita bisa jadi teman yang baik dan berbagi rahasia tentang Chanyeol Oppa". MinAh merasa lebih akrab dengan Eunji.

"Tidak, kita tidak berbagi. Hanya kau yang akan memberitahukan masalalunya kepadaku. Sedangkan masa sekarang dan yang akan datang biarlah aku yang menyimpannya." Timpal Eunji menoleh ke arah Chanyeol.

"Baiklah, sepertinya aku kalah. Istrimu sangat pandai berbicara Oppa". MinAh tersenyum menghadap Eunji dan Chanyeol bergantian.

"Majjayo, kau yang baru melihatnya saja sudah bisa menebak. Untuk masalah debat dia tak terkalahkan." Bisik Chanyeol.

"Benarkah?" Eunji mengernyitkan kedua alisnya menghadap Chanyeol dengan senyum yang masih setia di bibirnya.

"Hahahaha", ketiganya pun tertawa bersama.

Melihat reaksi dua wanita itu sedikit membuat hati Chanyeol lega. Sepertinya antara mantan pacar yang entah bisa disebut mantan atau tidak dan istrinya itu tidak akan terjadi perang. Namun tersimpan rasa kecewa di hatinya melihat ekspresi Eunji. Wanita itu sama sekali tidak terlihat cemburu, itu menunjukan bahwaa Eunji tidak memiliki rasa terhadapnya. Meski ia belum yakin 100% terhadap apa yang ia rasakan kepada Eunji, tapi hatinya terasa perih menyadari jika Eunji sama sekali tidak menaruh rasa kepadanya.

Pada ahirnya mereka bertiga makan di meja yang sama sambil bercengkrama menikmati obrolan nostalgia. Namun sayangnya yang menikmati obrolan itu hanyalah Chanyeol dan Minah, sedangkan Eunji hanya diam mendengar obrolan mereka yang tidak jauh dari kehidupan masa lalu mereka. Melihat senyuman yang terpatri dari keduanya ketika mengingat kejadian-kejadian lampau yang sama sekali tidak lucu bagi Eunji. Semua itu membuat Eunji jengah, dan dengan bodohnya Chnyeol tidak menyadari itu.

Drett...

Suara decitan antara kursi dengan lantai yang ditimbulkan karena dorongan kaki Eunji yang tengah berusaha berdiri.

"Eoh, sudah mau pergi?" Tanya Chanyeol, mendongakan kepalanya menghadap Eunji yang telah berdiri. Chanyeol benar-benar tidak peka, seharusnya ia sadar jika istrinya itu bosan dengan tema obrolan yang sama sekali tak dimengertinya.

Stone Cold (Chanji Married Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang