Recipe 2 : Perkenalan.

1.4K 78 6
                                    

"Kamu sudah mengerti?"

"Ya, Bu."

"Ah, kebetulan lewat, tunggu di sini dulu yah nak."

Wanita paruh baya itu berjalan cepat menghindari meja-meja yang lainnya dan membuka pintu kaca dengan mendorongnya cepat.

"kebetulan wakil ketua osis!" Panggilnya masih di antara pintu kaca yang terbuka.

"Ah, ibu Rika!"

"Ada Yaya juga, sehat nak?" Tanya wanita paruh baya itu tampak mengenali orang lain srlain orang yang ia panggil dengan wakil ketua osis.

"Baik bu."

"Kebetulan, besok jadi yah, di rumah ibu, bilangin ke ibu mu."

"Ya."

"Lalu, Adiknya Ahmad, aduh lupa namanya." Ucapnya melihat ke anak lelaki yang berdiri di samping murid perempuan.

Hum, orang itu wakil ketua osis? Batin ku menatap dari tempat ku duduk.

"Arif bu." Ucapnya sambil sedikit menunduk mengingatkan namanya.

Lelaki berkaca mata dan sangat rapi, itulah kesan yang tertulis menurutku dari penampilannya. Ia menggunakan dasi walaupun bukan hari upacara, bukan kah menyesakan?

Rambutnya pun tidak terlalu panjang dan bahkan tidak memiliki gaya seperti model ataupun penyanyi lainnya. Rapi, dari atas sampai bawah, sungguh rapi.

Ia berbincang dengan wanita paruh baya yang tadi menjelaskan panjang lebar tentang jadwal dan di mana kelas baru yang akan ku masuki, bagaimanapun wanita laruh baya itu akan menjadi wali kelas sekaligus guru ku dan namanya ibu Rika.

Aku terkekeh melihat dia tiba-tiba sangat risih di tarik lengannya oleh murid perempuan yang di sampingnya dari tadi.

"Kak, duh, lepas,"

Kakaknya? Atau pacarnya yang lebih tua? Atau-Atau. Batin ku menghayal jauh dengan sangat bahagia, tentu bagaimanapun melihat sikap dan cara bicaranya tampaknya dia sangat dekat dengan perempuan itu.

"Udah, Yaya. Arif kamu kelas 10-1 kan?"

"Ya, Bu."

"Ada anak pindahan."

Ibu Rika menunjuk ke arah ku, seketika darah ku berdesir naik dengan semua perhatian tertuju padaku.

Senyum, senyum, senyum, batin ku dan aku mengeluarkan senyum teramah ku. Aku bergerak sedikit berdiri dan lalu menunduk.

Ketika mengangkat kepalaku yang ku dapat adalah tatapan dingin dari murid yang di katakan sebagai wakil ketua Osis itu. Ia menatap ku dengan tajam dengan matanya.

Aku terkejut dan menaikan senyumku setingginya menyingkirkan pikiran buruk ku yang mengatakan orang menatapku ku itu tidak menyukai keberadaan ku. Ia tidak menjawab senyum ku dan malah kembali berbicara dengan Bu Rika.

Aku menendang kesal meja, lalu terkejut sendiri menyadari aku di ruangan guru. Untungnya para guru di dalam ruangan masih belum banyak yang mengumpul segera aku meminta maaf dengan membungkuk ke beberapa guru yang menatap ku heran.

Love RecipeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang