Recipe 10 : Terjebak

904 51 0
                                    

***

Diam adalah plilihan yang baik yang ku ambil sekarang.

"Hahhhh."

"Hm? Kenapa napas tidak ingin hidup lagi itu?" Tanya Kak Ahmad berjalan mendekat kepada ku yang sedang menggunakan sepatu kets.

Aku menatapnya, ingin sekali aku beradu aragumen dengan orang ini, karena aku selalu pasti kalah, aku jadi malas untuk menghadapi orang yang menjadi incaran sekaligus inspirasi ini.

Bunyi handphone nya menandakan orang yang paling berbahaya dalam kegiatan hari ini sudah tidak sabar untuk di jemput.

Mendengar bunyi handphone yang bahkan lagunya lagu jepang yang tidak ku ketahui judulnya itu berbunyi membuat perutku semakin sakit.

"Hm? Hehehe salam nya mana?"

Aku menyipitkan mata ku ketika Kak Ahmad mengangkat handphonenya. Perutku semakin berputar-putar dan ingin muntah tertahankan.

Setiap berbicara dengan orang itu ia selalu merendahkan suara dan sangat manis. Bahkan karena permintaan orang itu lah aku jadi terseret jauh seperti ini.

"Ya, aku segera ke sana_, ya, ya, 15 menit deh."

Heh, mau jadi pembalap, tapi ini kakak ku pasti akan pergi ke sana 15 menit beneran.

Hah, hari libur ku, batin ku sambil menghela napas kembali.

Aku mengintip baju casual yang di pakai Kak Ahmad, simpel dan tampak sangat cocok dengannya. Bagaimanapun wajahnya mendukung juga, rapi. Aku melihat ke baju kemeja yang ku gunakan, hum, rapi ku terbilang seperti... entahlah.

"Aku sudah panasi mobil tadi pagi, ayo langsung berangkat." Tegas Kak Ahmad berjalan keluar.

***

"Humm, jadi toko roti yang baru di buka itu milik ibu mu?"

"Y, ya." Jawab teman kelas baru ku yang suka meniru gorilla mengamuk, entah sejak kapan ia dekat dengan orang yang merepotkan Kak Ahmad, ia tampak gugup dan baru saja menjawab pertanyaan Kak Ahmad dengan suara melengking.

Aku memilih menatap ke luar tanpa menghiraukan keberadaannya. Walaupun entah bagaimana aku merasa ada tatapan aneh dari belakang yang membuatku enggan melihatnya.

Akhir-akhir ini perusak hari ku yang damai adalah ini perempuan.

"Oh, ia, itu, nama ku, belum," ia gagap kembali.

"Ah, April kan? Teman baru Arif?" Ucap Kak Ahmad dengan entengnya menjatuhkan bom urat kemarahan ku.

"HAH???" Kini aku yang mengeluarkan suara melengking.

"Ya!" Jawab cepat April.

"Siapa yang berteman dengan mu!" Teriak ku melihat ke belakang dan menunjuknya kesal.

"Hehehe, wajah mu merah, jangan malu-malu."

"SIAPA YANG MALU!!! MARAH!!!" Teriak ku.

Tangan Kak Ahmad yang lain mendorong ku menepi kembali dna emlibat kedepan, d3ngan kekuatan satu tangannya berhasil membuatku terdiam, sial, kenapa dia kuat sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love RecipeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang