Recipe 4 : Sendiri

744 62 7
                                    

***

Apabila ada di buku-buku yang berpikir manusia itu manusia yang membutuhkan manusia lainnya untuk bertahan hidup mungkin itu benar.

Tapi, tidak untuk kelas ini.

Setiap ada kegiatan kelas yang mereka lakukan adalah berkumpul dan bergosip. Terutama perempuannya, banyak menyuruh tetapi tidak bertindak. Banyak berpendapat tapi tidak melakukan pendapatnya. Dengan kata lain omong kosong.

Aku mengambil buku latihan yang sudah di koreksi oleh guru dan sangat sadar ada seseorang yang memandanggi ku dari kejauhan dengan wajah bodoh.

Aku melewati beberapa orang dengan berpikir keras apa yang di lakukan perempuan gorila di belakang ku itu.

Jelas sekali ia mengikuti ku, ketika sampai di tangga ia memanggil ku dan secara langsung menawarkan bantuan mengangkat buku?

Mengelikan, hanya buku saja apa perlu aku meminta bantuan dengan wanita dan lagi kenapa anak baru satu ini peduli. Ah, ia ingin membentuk pribadi agar di agungkan di kelas heh.

"Jangan menegur ku seperti tadi, Gorila!" Ucapku mengetahui niatnya dan langsung pergi.

"SI BERMATA EMPAT!!!!" Teriaknya sampai terdengar jauh, sungguh perempuan merepotkan.

Ia berjalan cepat dan melewatiku  dengan senyuman aneh ala gorila.

Ku lambati jalan ku karena entah kenapa aku tidak mau berbarengan dengannya sampai di kelas.

Berada dekat demgan kelas yang kulihat ia sedang berdiri tanpa memasuki kelas.

Ah, wajah itu, wajah bodoh penuh kekecewaan, batin ku lalu mencoba mengintip di belakangnya.

Lihat, inilah yang terjadi kepada anak baru yang mencoba membentuk pribadi sosial di kelas ini, kau pergi tentunya kaulah yang akan menjadi bahan pembicaraan dan itu sangat menyebalkan.

Kenapa perempuan harus membicarakan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri? Menganggap teman tapi tetap membicarakannya di belakang? Memangnya apa arti teman itu kalau dia salah malah kalian membicarakannya di belakangnya?

Teman itu tidak berguna.

Ia mengepalkan tangannya kuat dan mengigit bibirnya lalu memberanikan diri memasuki kelas.

Aku mengeleng kepala dan dengan cepat meninggikan suaraku.

"Woi, minggir Gorilla!"

Ia menatapku lama dan memberikan jalan kepada ku. Dari pada memandnaggi wajah bodohnya lebih baik aku melakukan sesuatu dengan ibu-ibu gosip yang beraninya mengacak tempat duduk guru.

"Apa yang kalian lakukan di meja guru!" Tegas ku membubarkan mereka.

Aku memperbaiki telapak meja dan bunga yang di beracakan karena mereka. Menaruhkan buku latihan yang ku bawa di atas meja masing-masing murid kelas lainnya.

Kalau mereka pikir repot, malah cara ini efisien dari pada mereka berteriak-teriak dan bergerombol ke depan meja lalu menghancurkan tempat yang tertata.

Aku kembali merasa di pandanggi, ku balas dengan tatapan melotot sehingga perempuan gorila itu langsung mengalihkan pandangan ke tempat lain.

Love RecipeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang