Recipe 7 : Kejar (2)

585 38 8
                                    

***

Kakak adalah orang yang bisa segalanya, ia pintar sehingga banyak sekali orang yang memujinya karena itu aku harus belajar keras agar tidak membuat ia malu.

Bertanggung jawab dan dipercaya oleh orang dewasa. Karena itu aku ingin mencontohnya.

Setiap keluar dari rumah, aku selalu menyandang 'adik' nya, karena itu aku iri sekaligus kagum kepadanya.

Tetapi... aku tidak bisa menjadi dirinya.

Aku masih harus berkerja keras dalam belajar, masih harus bersikap sopan dan aku masih memainkan peran adik Ahmad.

Kalau begitu, siapa aku? Jati diri ku apa?

Karena, selama ini aku menirunya, mencontohnya dan mengagguminya.

Aku yang sebenarnya...

Karakter ku sendiri.

Apa?

***

"Kenapa?" Tanya Kak Ahmad memandangi ku dari seberang meja.

Aku merengut dan mengalihkan pandangan. Ku dapati Viko memasuki dapur dan meluncur cepat ke lemari es.

"Ah!!! Kak Arif!! Melihat puding ku?" Tanyanya tanpa melihat ke arah Ku ataupun Kak Ahmad.

"Entah." Jawab ku tidak tertarik.

"Apaan, menyebalkan." Gerutu Viko yang kini menatapku marah.

Kak Ahmad tertawa "kau sudah makan Viko?"

"Sudah kak, tadi. Bareng papa, tinggal Kak Ahmad dan Kak Arif." Jawabnya masih sibuk meneliti lemari Es mencari pudingnya. Lemari es di dapur ada sekitar 3 pintu jadi Viko teliti sekali mencari.

"Kakak berdua telat kenapa?" Lanjut Viko.

"Rapat." Jawab ku cepat sebelum Kak Ahmad berbicara.

"Ehhh... Kak Arif ikutan Kak Ahmad."

"Siapa yang ikutan hah!! Aku meamang harus datang!!!" Kesal ku menatap Viko tajam.

"Ada apa, kok teriak-teriak." Mama masuk ke dalam dengan raut wajah heran dan mengeleng kepala.

"Kak Arif duluan ma." Tunjuk Viko kepada ku.

"Ap..."

"Hanya beradu aragumen saja ma, gak usah di pikirin amat." Potong Kak Ahmad.

"Hah... dasar, kenapa anak ku ini semua lelaki." Geleng mama yang selalu mendambakan anak perempuan.

"Viko kan mirip perempuan." Ejek ku.

"Hahhh!!! Bukannya Kak Arif sendiri yang beda dari Kak Ahmad dan Viko!!!"

"Sudah-sudah," Mama menghentikan mulut Viko dengan tangannya "mama yang melahirkan mama tahu anak mama sendiri, kebetulan si Arif dapat paras seperti mama tidak seperti Vincent si cina itu." Sindir mama melihat ke ruang tengah.

Love RecipeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang