Recipe 9 : Pemikiran

652 49 5
                                    

***

"Haaaahhhh."

Ahmad berhenti dan mengikuti ke arah suara. Melihat siapa yang ada di dalam ruangan Osis sambil menghela napas berat seperti itu adalah suatu yang jarang untuk murid berkacamata yang duduk di dalam.

"Hmm, pagi-pagi udah di ruangan Osis aja, ada apa?" Tanya Ahmad langsung masuk ke dalam ruangan.

Arif menatap Ahmad dengan kelesuan jelas di wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Ahmad bingung dengan sikap adik satunya itu yang aneh ia memilih menarik tempat duduk ke depan Arif.

"Tidak ada." Jawab sekenanya.

"Kalau tidak ada kenapa kamu pasang wajah begitu?"

"Aku sedang malas Kak..." Arif merebahkan kepalanya ke meja.

"Hum, karena malas jadi begitu?"

"Jangan banyak tanya Kak."

"Kalau begitu jangan malas di ruang Osis, nanti tidak baik jadi contoh yang lain ikut melarikan diri dan galau di ruangan Osis yang sempit ini."

Arif menatap Ahmad yang di depannya dengan masih menempelkan dagu di meja "Kak Ahmad kepo!"

"Kepo itu ingin tahu kan? Kalau pengetahuan tidak ada keingin tahuan aku tidak akan pintar-pintar, ya, ku akui aku orang kepo."

"Berbicara dengan Kak Ahmad membuang tenaga..."

Ahmad bergumam saja melihat Arif yang kini mengalihkan pandangan.

Hanya suara jam berdetik mengisi ruangan yang hanya ada dua lelaki yang duduk berhadapan itu.

"Loh? Si Arif ada di sini?"

Keduanya memalingkan wajah ke arah pintu. Arif langsung menatap horor dan Ahmad tersenyum saja melihat siapa yang datang.

Yaya masuk ke ruangan Osis bersama April yang tersenyum lebar melihat Arif ada di ruang Osis.

"Pagi," sapa Yaya "tumben di sini kalian berdua?"

"Kenapa? Tidak boleh?" Tanya Ahmad balik sambil tersenyum senang.

April sudah menyelonong ke depan Arif yang membeku tidak percaya "pagi Arif!" Sapa April dengan suara tinggi dan bersemangat

"Na, ka, si." Ucap Arif tidak bisa berkata dengan benar, Yaya dan Ahmad menonton saja.

"Aku sudah menyiapkan ubi goreng sama ubi bakar lalu ubi rebus!" Sodor April ke depan Arif, Ahmad hanya bisa mengedipakan matanya dan mengkode Yaya ada apa yang terjadi. Yaya tersenyum dan menaikan pundak saja.

Arif menghela nafas panjang mengatur segala emosi dan menatap April dengan tatapan tajamnya "aku tidak,"

"Ini di buka dulu, lalu ini kalau di campur gula nampaknya tambah enak, sebenarnya aku mau bawa cabe dan terasi tapi nanti bau di tas ku, jadi ku bawakan gula setoples." Potong April membuat Arif mengenggam ubi rebus dan setoples gula.

"A, ah, ya, makasih." Ucap polos Arif.

Ahmad tertawa tertahankan melihat adiknya yang terpojok.

Love RecipeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang