04

7.3K 566 14
                                    

Mohon tinggalkan jejak (voment) kalian, biar aku semangat untuk mengetiknya😍😘

-o-

"Tidaaak!!! Enyahkan itu dariku!!!" Gadis bersurai perak itu berdiri di atas ranjang dan berusaha menjauhi benda kecil yang digenggam oleh perawat rumah sakit pack tersebut.

"Tapi anda harus disuntik biar tenang." Perawat itu berusaha menggapai gadis tersebut tetapi selalu gagal.

"Aku bilang tidak!"

"Ada apa ini?" Seorang gadis masuk dan melihat heran ke arah Rose.

"Oh, Arine. Syukurlah kau datang," Rose langsung melompat dari kasur membuat orang yang di dalam ruangan memekik kaget, "Arine, tolonglah aku." Ucap Rose memelas ketika di hadapan Arine.

"Apa yang mereka lakukan Rose?" Arine menaikkan alisnya bingung.

"Mereka akan memberikan tulang ikan itu ke tubuhku Arine. Kau tau? Tergigit tulang ikan saja rasanya sakit apalagi tertanam di tubuhku."

"..."

Arine diam. Gadis itu masih mencerna kata-kata Rose yang sangat cepat dan tidak masuk akal. Sedetik kemudian Arine tertawa terbahak-bahak diikuti oleh perawat yang lain.

Rose mencebik. Apa salahnya? Dia berkata benar. Dia tidak mau tulang ikan yang sebenarnya suntik itu tertanam di tubuhnya. Membuat dia ngilu memikirkannya.

Dia pernah bersemangat memakan ikan sungai hasil tangkapannya dengan Rou beberapa minggu yang lalu, dan tanpa disengaja dia mengunyah tulang ikan tersebut menyebabkan beberapa tulang tersangkut di gusinya. Sejak saat itu dia membenci tulang ikan.

'Kenapa ikan harus ada tulang? Kalau tidak ada kan enak dimakan.' Batinnya menggerutu.

"Rose, apa bahu dan perutmu masih sakit?" Tanya Arine berusaha menahan tawanya dan mengiring Rose menuju tempat tidur.

"Sedikit Arine, walau saat bergerak tadi terasa sangat ngilu."

"Lebih baik kau jangan banyak bergerak dulu," Arine menidurkan tubuh Rose dan menyelimuti tubuhnya sampai perut, "Nanti luka sobeknya bertambah."

Rose hanya mengulum senyum menandakan dia akan mematuhi perintahnya Arine.

"Aku akan pergi, kalau kau-"

"Arine," Rose memotong ucapan Arine, "Dimana Rou? Aku ingin menemuinya."

Arine tersenyum melihat Rose.

"Dia di ruangan sebelah Rose, aku akan menyuruh Beta Sieg membawa kau padanya," Arine melihat jam di pergelangan tangannya, "Ah! Aku ada janji, aku harus pergi. Sampai jumpa, Rose" Arine melambaikan tangannya dan hilang saat pintu ditutup kembali.

Rose memejamkan matanya, rasa sakit di perutnya masih sangat terasa, apalagi saat dia melakukan hal bodoh untuk menghindari suntik tersebut. Perutnya terasa sakit kembali, dia mengingat cakaran serigala itu. Menyakitkan.

Seorang pria bermata coklat masuk ke ruangan Rose. Dia berjalan pelan saat sebelumnya menutup pintu.

"Luna."

"Akkhh!!!" Rose terpanjat kaget. Pasalnya dia tidak mendengar pintu terbuka sebelumnya.

"Maafkan saya Luna, maaf." Rose menatap heran pria di sisinya. Rose melihat sekeliling ruangan.

'Tidak ada siapa pun di sini. Lalu siapa?' Rose membatin. Pria di dekatnya memanggil seseorang di ruangan ini. Tetapi hanya dia sendiri di ruangan ini.

"Emm ... tuan, kau memanggil siapa? Hanya aku di sini." Rose bertanya sepelan mungkin agar pria di sampingnya tidak tersinggung dengan perkataannya.

Reject I AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang