15. Shadow Kiss

4.1K 470 199
                                    




Prolog

Here we are, di detik-detik sebelum chapter terakhir. Well, kenapa yang gue hitung adalah voting di twitter. Karena gue terlalu sibuk untuk menghitung vote di komen yang kadang orang yang sama nge vote berkali-kali, plus hasilnya lebih gampang untuk dilihat. Santai, hasil akhir nanti gue post screen shot-nya beserta chapter terakhir. Enjoy this one. Masih ada berapa chapter sebelum tamat? R.A.H.A.S.I.A

Eh, tahun ini ada filmnya Tom Holland sama Taron keluar dari bioskop, lho. Tom di Spiderman, Taron di Kingsman. Tahu kan kalau Channing Tatum juga join Kingsman? Aaaaargh! Can not wait!

***



Di tanggal-tanggal mendekati akhir bulan, bagian Finance akan selalu lembur hampir setiap hari hingga proses closing selesai. Bahkan kadang hingga tanggal dua. Dan biasanya bagian Purchasing sepertiku juga kena getahnya. Walaupun tidak pulang selarut Amir, dia accounting coordinator, bawahan Bu Sarah. Oh, Bu Sarah itu men-double sebagai kepala HRD juga Finance. Namun tetap saja, aku sudah mengira hari ini aku akan pulang larut lagi. Akhir-akhir ini aku sering mengkhawatirkan Jordan tanpa sebab. Walaupun Jordan selalu membalas pesanku dengan cepat, namun aku tetap saja khawatir. Aku kembali mem-follow semua akun sosial media Jordan. Entahlah, aku sudah menyerah untuk move on. Biar saja hati ini lelah lalu akan mati rasa dengan sendirinya. Dan walaupun Jordan sama sekali tidak menjaga jarak denganku, aku masih merasa ada sesuatu yang kurang.

Ada perasaan mengganjal yang tidak mau hilang dari dadaku. Perasaan sesak yang aku juga tidak tahu kenapa. "Bar, ntar lo mau balik jam berapa?" Tanya Amir tanpa menoleh kearahku. Matanya sibuk menatap layar komputer sementara jarinya menari dengan lancar diatas keyboard.

"Tergantung Bu Sarah. Ada beberapa PO yang mesti aku report tapi belum ditanda tangani beliau." Amir mengalihkan sejenak tatapan matanya dari layar komputer, memberiku tatapan prihatin. Aku menutup tab excelku, lalu menuju ke dapur. Setidaknya aku membutuhkan kafein, berharap rasa tidak nyaman yang bersemayam di dalam dadaku bisa aku usir dengan kandungan zat adiktif yang terdapat dalam kopi tersebut.

Merida, salah satu princess disney pernah bilang di akhir filmnya, 'You control your destiny, you do not need magic to do it. And there are no magical shortcuts to solving your problem'. The problem is, kadang-kadang aku mengharapkan magic itu datang kepadaku. Menawariku sebuah solusi. Permintaanku juga tidak muluk-muluk. Aku hanya ingin bisa melupakan Jordan dan menjalani kehidupanku dengan normal kembali. Tanpa galau di tengah malam. Bangun di pagi buta karena mimipi buruk tentang kehilangan Jordan. Padahal Jordan baik-baik saja, masih aktif di sosial media, terkadang juga batang hidungnya nampak di Sintec. Tapi aku tetap khawatir.

"Kopi dan gula lo nggak bakal larut kalau hanya diliatin doang, Bar." Anita mengembalikanku ke alam nyata. Menyadarkanku dari lamunan semu. "Lagi ada masalah atau efek closing aja?" Aku memilih tersenyum sederhana. Aku sudah pernah bilang jika Anita ini sudah sangat mirip dengan wikipedia kantor? Semua urusan pribadi karyawan di perusahaan ini Anita hampir mengetahui semuanya. Tidak lain dan tidak bukan karena Anita sangat berbakat membuat orang nyaman dan bisa mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Boleh kok di share ke gue. Siapa tahu beban lo jadi agak berkurang." Jika laba-laba memiliki sensor reseptor atau mekano reseptor yang berguna untuk merasakan tekanan mekanik pada rangka luar mereka. Bermanfaat untuk bisa memperkirakan ukuran, benda, dan jenis makhluk yang terperangkap di jaring laba-labanya.

Atau ular yang bisa mendeteksi sinar inframerah, sehingga mampu berburu di dalam kondisi gelap dan dapat memprediksi kecepatan juga jarak mangsa. Maka Anita memiliki kemampuan untuk mendeteksi masalah, mendeteksi bahan gosip calon korban barunya. Seperti elektroresepto yang dimilki hiu, Anita juga memilikinya. Fungsinya saja yang berbeda, hiu menggunakannya untuk mendektesi aliran listrik, maka Anita menggunakan elektroreseptornya untuk mendeteksi gejala masalah, lalu beradaptasi dengannya dan berubah menjadi ibu peri hanya untuk membocorkannya ke orang lain di kemudian hari. "Aku baik-baik aja, Nit. Cuman lagi dikejar deadline."

AMOR MANET (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang