Extra Part

79 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan coment ya...
😊😉😀



California
7.00 P.M

Cowok itu memandang California dari balkon apartemennya. Mengamati seluruh kota yang terang dengan gemerlap lampu. Juga lalu lalang kendaraan di bawah sana. Sudah dua tahun dia menetap di kota itu. Mengejar cita-citanya sekaligus menjauh dari seseorang. Dan dia juga berpikir bahwa sekarang ini, orang yang dia pikirkan sudah lulus dari SMA. Cowok itu sama sekali tidak tahu tentang keadaan orang itu. Bahkan saat dia menanyakan hal ini pada mamanya, sang mama memberikan jawaban yang sungguh mengejutkan. Cewek itu beserta keluarganya pindah ke Malang. Kembali cowok itu menghela nafas. Ternyata menjauh dari orang itu sama sekali tak mengurangi kenangan yang pernah ada. Justru membuatnya semakin merindukan kenangan itu.

Matanya beralih menatap sebuah foto yang menampilkan sosok perempuan. Sosok itulah yang dia rindukan. Bukan orang yang selama ini menemaninya. Orang yang dia rindukan adalah Crysan bukan Daniella yang ada bersamanya. Mengalihkan pandangannya lagi, kini cowok itu mengambil sebuah kalung. Kalung yang diberikan temannya saat Crysan kecelakaan. Kalung yang menandakan bahwa hubungannya dengan Crysan berakhir bahkan sebelum hubungan itu diresmikan. Hanya satu benda yang sangat dia sayang yang masih melekat pada Crysan. Gelang yang dia berikan masih ada pada Crysan.

Daniella yang masih setia berdiri di ambang pintu mengurungkan niatnya untuk menemui Ridho. Ridho memang sudah memaafkan Daniella atas semua yang terjadi. Tapi, tidak berani menjamin kalau apa yang dilakukan Daniella bisa bebas dari ranah hukum. Dan kabar terakhir yang Ridho dapat dari Bram dan Eki yaitu Helen. Helen yang mengalami kecelakaan juga Karin yang sudah masuk ke jeruji besi terlebih dahulu. Menyisakan satu pelaku yang belum tertangkap. Daniella kembali menutup pintu kamar Ridho. Menyandarkan tubuhnya ke pintu. Menangisi nasibnya sendiri. Daniella sudah pasrah kalau seandainya dia pulang ke Indonesia nanti akan masuk ke penjara. Semua temannya satu per satu sudah mendapat ganjaran, Daniella tinggal menunggu kapan gilirannya.

" Dee... ", Daniella membalikkan tubuhnya. Hampir saja dia menabrak dada bidang Ridho kalau tangannya tidak menahan. " Kamu ngapain di depan kamarku ? "

Daniella gugup harus menjawab apa. Air matanya saja belum dia hapus dan sekarang harus melihat wajah Ridho. " Ak- aku mau manggil kamu. Makan malam sudah siap "

Ridho mengangguk kemudian berjalan mendahului Daniella yang masih diam di tempat. Ridho bukan cowok yang bodoh. Dia tahu kalau Daniella menangis. Ridho juga tahu kalau Daniella tengah menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dilihat dari kegugupan Daniella juga cewek itu terus menunduk. Tak lama setelah Ridho duduk, barulah Daniella duduk di seberang. Mengambil makanan yang sempat dia masak tadi. Ridho dan Daniella memilih makan dalam diam. Membiarkan keheningan tercipta antara mereka berdua. Tak ada salah satu dari mereka yang berinisiatif untuk membuka obrolan. 

Biarlah seperti ini sampai waktunya nanti, aku mohon Tuhan. Batin Daniella sambil melihat wajah Ridho yang masih sibuk dengan makanannya.

•••

Singapore
8.00 A.M

" Iya, iya nanti gue telepon lagi Eki kupret. Gue lagi sibuk ini beneran. Lagian lo kayak emak gue deh ya "

"....."

" Hahaha, gila kali lo. Cari gebetan sendiri somplak. Digampar Avni tahu rasa lo, kupret "

"....."

" Iye entar gue cariin. Yang bule apa yang apa nih ? "

Tut...tut...tut

" Sialan emang Eki. Pagi-pagi malah minta cewek baru ", Bram terus menggerutu tak jelas. Satu-satunya teman yang masih terus dia hubungi hanyalah Eki. Dan dia kadang-kadang menghubungi Ridho. Saat memasukkan bukunya ke dalam tas, tanpa sengaja Bram menjatuhkan sebuah kotak. Kotak yang tidak pernah dia buka selama dua tahun ini. Kotak pemberian Crysan di bandara waktu itu. Bram menahan senyumnya. Kembali mengingat Crysan adalah pilihan yang tidak pernah terlintas dipikirannya. Begitu tiba-tiba setiap cewek itu muncul dalam otaknya.

Crysan //PAA(1)--TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang