Prolog

2.8K 127 2
                                    

"Dia tidak akan datang!" Park Jisoo berucap dengan tegas. Wajahnya menunjukkan kekesalan pada Lalisa Manoban. Sahabatnya yang saat ini masih berdiri di pelaminan seorang diri. Jisoo sudah mengingatkannya beberapa kali agar percaya kalau laki-laki brengsek itu tidak akan datang.
Lisa terlihat menggelengkan kepalanya dan kembali menepis air matanya. Lalu kembali memasang senyum manis. Ia percaya kekasihnya pasti datang menemuinya dan mendampinginya disini seperti janji yang sebelumnya di ucapkan laki-laki itu.

"Argh Lisa! Semua tamu udah pulang, sekarang tinggal lo sama gue disini! Lisa percaya sama gue, cowok brengsek itu gak akan datang!" Jisoo menggeram frustasi. Ia mulai malas menyadarkan Lisa, agar gadis itu mau turun dari pelaminan dan berhenti menunggu calon suaminya yang jelas-jelas tidak datang.

Lisa seperti tidak mendengar apa yang Jisoo ucapkan. Ia masih saja tersenyum dan sesekali menepis air matanya yang jatuh karna kenyataan yang sesekali menyadarkannya dari lamunan dan harapan tentang kedatangan kekasihnya.

Jisoo menghela nafas. Melangkah mendekati Lisa dan memeluk Lisa dengan begitu erat. Ia tahu, meskipun Lisa tersenyum dan terlihat tegar. Tapi, hatinya hancur. Lisa pasti merasa terkhianati dengan keadaan ini. Polesan bedaknya sudah hancur tak karuan karna air matanya yang sejak tadi turun.

"Jaebum gak akan datang. Gue mohon lo dengerin gue, Lisa." Ucap Jisoo dengan suara yang melembut.

Lisa memejamkan matanya dan mulai terisak. Benarkah, laki-laki itu tidak akan datang memenuhi janjinya? Benarkah, ia berdiri seperti orang bodoh saat ini hanya untuk menunggu laki-laki yang mengingkari janjinya?

Jisoo menuntun Lisa secara perlahan untuk duduk di kursi yang harusnya di tempati Lisa dan Jaebum hari ini. Jisoo memeluk Lisa dengan sangat erat. Terlebih, saat ini Lisa mulai mengerang pilu karna rasa sakit hatinya.

'Jaebum, kamu kemana?'

***

Satu tahun berlalu...

Trak! Satu cangkir coffe late di letakkan di hadapan seorang laki-laki tampan, Mark Yi-En Tuan. Laki-laki itu tersenyum membalas tatapan sinis gadis cantik di hadapannya. Mark tahu gadis itu masih kesal karna ucapannya semalam.

"Ayolah Lisa, jangan marah terus. Gue cuma bercanda. Gue gak tahu dimana Jaebum sekarang." Ucap Mark sesaat setelah mencekal lengan Lisa agar mau berhenti dan mau mendengarkan penjelasannya.

Lisa menepis tangan Mark.
"Kalo gak tahu, kenapa lo sok tahu?" Tanya Lisa dengan nada sinis.

Mark tertawa kecil. "Gue cuma mau ngetest lo doang. Ya, siapa tahu aja lo udah lupain Jaebum. Udah move on. Tapi, ternyata gue salah besar. Lo masih baper kalo bahas dua puluh lima bulan itu." Ucap Aldi dan diakhiri dengan menyeruput Coffee late buatan Lisa.

Lisa menghela nafas dan menarik kursi untuk duduk di hadapan Mark. Menatap laki-laki manis yang menjadi sahabatnya sejak satu tahun lalu. Dan ia mengenal Mark dari Jisoo. Satu bulan setelah ia bekerja di kedai coffe ini.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo." Mark membenarkan posisi duduknya. Menatap Lisa dengan senyum manis dan tatapan yang memaku tatapan Lisa.

"Apa?" Tanya Lisa dengan nada suaranya masih terdengar sinis.

Mark berdehem sejenak dan mulai bertanya, "Apa yang bakal lo lakuin kalau lo ketemu sama Jaebum lagi?" Tanya Mark.

Gagal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang