Imajinasi

534 74 3
                                    

Jisoo hanya menatap Lisa sembari menikmati ice cream cup di tangannya. Jisoo tidak bertanya apapun. Hanya diam. Karena sebelumnya Jisoo sudah bertanya, dan Lisa sama sekali tak mau menjawab.

Sebenarnya, Jisoo bosan melihat Lisa yang melamun sejak tadi. Jisoo penasaran dengan apa yang tengah Lisa pikirkan saat ini. Tapi, Lisa sama sekali tidak mau memberitahunya.

"Bosan gue liatin lo diam terus." Ucap Jisoo.

Jisoo melihat Lisa merespon dengan lirikan sekilas dan kembali menatap lurus ke depan. Dan Jisoo mendesah kesal.

"Jisoo.” Lirih Lisa.

"Hmm,"

Lisa memejamkan mata sejenak dan kembali menatap Jisoo sekilas. "Lo tahu siapa calon suami Chaeyoung ?" Tanya Lisa.

Jisoo menelan ice cream dimulutnya dan menggeleng pelan. "Chaeyoung kan belum ngenalin ke gue. Ya mana gue tahu siapa calonnya." Jawab Jisoo.

Lisa tersenyum tipis. "Lo percaya nggak kalau calon suami Chaeyoung dan appa dari Daehan itu... Jaebum ?" Lisa bertanya dengan suara tercekat dan mata yang mulai berkaca-kaca menatap Jisoo.

Jisoo membalas tatapan Lisa dan terdiam sejenak.
"Jaebum ? Im Jaebum mantan lo ?" Tanya Jisoo dengan alis bertaut.

Lisa mengangguk lemah.

"Lo tahu darimana?" Jisoo mulai bertanya dengan serius.

Lisa tersenyum tipis dan segera menepis air matanya yang terjatuh. "Appa nya yang ngasih tahu gue waktu di kafe kemarin. Gue ketemu ahjussi Taek Gun. Ahjussi bilang gue harus cepat menikah, karena Jaebum nggak akan pernah kembali sama gue. Jaebum bentar lagi menikah sama perempuan yang sudah menglahirkan anaknya Jaebum. Dan ahjussi Taek Gun ngasih lihat foto Jaebum dengan Chaeyoung dan Daehan. Dan faktanya Jaebum ninggalin gue di hari pernikahan gue sama dia karna hari itu Chaeyoung melahirkan anaknya Jaebum." Lisa mencoba menjelaskan dengan perlahan dan menahan kuat air matanya.

Jisoo tampak tidak percaya. Jisoo hanya bisa terdiam dan mengepalkan tangannya. Jisoo merasakan hatinya mulai panas. Menarik Lisa dan memeluknya dengan rasa iba. Jisoo yakin Lisa begitu sakit melihat kenyataan itu sekarang. Jangankan Lisa, ia sendiri merasakan kekecewaan yang Lisa rasakan.

"Lisa,"

Jisoo mengalihkan pandangannya dan mendapati Mark yang baru saja datang. Jisoo mengulum senyum manis. Ia merasa bersyukur karena Mark datang.

"Ini kenapa, sih? Kok Lisa nangis?" Tanya Mark seraya duduk di sisi kosong di samping Lisa .

"Tidak apa-apa," Jisoo hanya menjawab singkat tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut pada Mark. "Mark, bisa anterin Lisa pulang ? Dia kayaknya butuh istirahat. Dan gue harus ke rumah temen gue. Ada urusan." Lanjutnya.

Mark segera mengangguk dan menarik bahu Lisa untuk lepas dari pelukan Jisoo. Mark tersenyum saat Lisa menatapnya dengan kedua mata yang memerah.

"Ayo, gue anterin lo pulang." Ucap Mark.

Mark membantu Lisa menghapus air mata yang masih menghiasi pipinya. Lalu, beranjak dan menarik lengan Lisa. Meninggalkan Jisoo yang masih duduk di tempatnya.

"Lo nggak apa-apa ?" Tanya Mark.

Lisa tersenyum. "Gue baik-baik aja." Jawab Lisa.

***

Jaebum duduk terdiam menatap lemarinya yang terbuka. Memperlihatkan setelan jas yang tergantung rapi. Hatinya miris melihat setelan jas itu. Jas ia gunakan di hari pernikahannya dengan Lisa yang batal begitu saja.

Kedua sudut bibirnya tertarik perlahan mengingat dua minggu sebelum hari pernikahannya dengan Lisa. Saat ia melakukan fitting baju pengantin dengan gadis itu. Hari yang masih berselimut kebahagiaan. Dimana semua rahasianya belum terbongkar seperti sekarang.

"Lisa, apakah sudah tidak ada kesempatan lagi ?" Desis Jaebum.

Jaebum masih ingat jelas seberapa sakit hati Lisa kemarin saat ia bertemu dengan Lisa dan gadis itu begitu menunjukkan kebenciannya. Jaebum tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa tertunduk dan menyesali semuanya.

"Coba aja dulu aku nggak kenal Chaeyoung. Mungkin kita sudah bahagia sekarang." Jaebum memejamkan matanya. Mencoba berimajinasi dengan apa yang selama ini ia impikan.

Menikah dengan Lisa dan menjadi keluarga yang bahagia. Indah bukan? Jaebum mencoba mengumpulkan imajinasinya. Merangkai ceritanya sendiri yang berstatus sebagai suami Lisa,dan berharap itu nyata.
"I miss you," satu kecupan manis mendarat di kening Lisa tepat saat Lisa membuka pintu rumah.
Lisa tersenyum. Meraih tas kerja dari tangan Jaebum dan kemudian melingkarkan lengannya di lengan Jaebum dengan manja. Lalu, menyandarkan kepalanya di bahu Jaebum.
"I miss you too." Balas Lisa.
Jaebum kembali memberikan kecupan manis dan kali ini di pelipis Lisa. Rasanya ia benar-benar merindukan Lisa dan selalu ingin menghujani wajah wanita itu dengan kecupan-kecupan kecil yang menggemaskan.
Lisa terkekeh pelan dan menjauhkan wajah Jaebum dari wajahnya. Lisa meletakkan tas kerja milik Jaebum di atas meja dan berjalan menuju makan dengan wajah sedikit di tekuk. Sikapnya tentu saja membuat Jaebum menautkan alis bingung.
"Kenapa?" Tanya Jaebum.
Lisa melirik ke arah Jaebum dengan tatapan sedikit tajam. Lisa mencoba memberi kode dengan mengusap perut besar. Ia ingin Jaebum tahu maksudnya.
"Kamu nggak kangen dia?" Tanya Lisa seraya terus mengusap perut besarnya.
Jaebum menghela napas dan tersenyum. Ia mendekat dan menekuk lututnya. Melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Lisa dan memberikan kecupan secara bertubi-tubi pada perut besar itu yang sesekali merespon kecupannya dengan tendangan-tendangan kecil yang menggemaskan.
"Maafin appa ninggalin kamu dua hari. Kamu nggak nakal sama eomma kan ? Kamu nggak bikin eomma sakit kan?" Jaebum tersenyum dan kembali memberikan kecupan kecil di perut Lisa.
Lisa merasa sangat nyaman dengan setuhan dan kecupan yang ia berikan pada bayinya. Lisa mengusap rambut Jaebum dengan lembut. "Dia kangen sama kamu. Selama kamu pergi, dia sering bikin aku sakit karena tendangan-tendangannya yang kencang. Dia protes karna appa nya ninggalin eomma nya lama." Ucap Lisa.
"Maafin appa, ya ? Appa berharap kamu cepat keluar, biar appa bisa bikinin kamu adik baru."
"Jaebum." Lisa dengan sengaja menjitak kepala Jaebum. Menekuk wajahnya karna merasa Jaebum tidak sepantasnya berbicara seperti itu pada bayinya.
Jaebum tertawa pelan dan memeluk perut Lisa dengan mata terpejam. Menempelkan pipinya pada perut Lisa dan merasakan pergerakan bayinya di dalam sana. Gerakan-gerakan kecil menggemaskan yang membuat darah Jaebum berdesir karna rasa kagum. Bayinya sangat aktif. Jaebum merasa sangat bahagia. Tidak ada yang lebih bahagia dibanding hidup bersama dengan Lisa dan memiliki keluarga kecil idamannya.
Yah, sangat indah. Dan sayangnya itu hanya BAYANGAN Jaebum DULU.

Gagal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang