Amnesia 6

1.6K 94 4
                                    

"Aku kembali karena kamu karena bahagiaku adalah kamu
Aku tidak akan meninggalkanmu
Meski badai datang untuk menghadang, memisahkan aku dan kamu kan ku genggam erat tanganmu tuk selalu bersamaku"

                              Rafa Alano B

Tet...tet...tet

Bel masuk sudah berbunyi Alana sudah duduk dibangkunya begitupun dengan semua murid dikelas X IPA 3, rasanya Alana sangat bosan mendengar celotehan para cewek-cewek yang membicarakan kedatangan murid baru mulai dari tempat parkir,koridor,kantin,kamar mandi dan sekarang dikelas pembahasannya tidak pernah berubah.

"Hey ngelamun aja lo?" tanya Shila

"Gue bosen dengerin semuanya ngomongin anak baru, nongol aja belum tuh anak" Alana menopang wajahnya dengan satu tangan.

"Yeh lo belum tau aja anak barunya ganteng banget Al." ada rasa sedih ketika Shila mengucapkan kata itu, seharusnya Alana sekarang sedang bahagia karena Rafa kembali.

"Lo kenapa Shil ko lo nangis?" Alana khawatir bercampur bingung melihat sahabatnya itu tiba-tiba meneteskan air mata.

"Ah..gapapa."

"Tap---"

"Itu udah ada Bu Lia."

Pembicaraan Alana dan Shila harus terhenti karena Guru fisikanya yang terkenal killer itu sudah memasuki kelas. Padahal Alana masih curiga dengan Shila yang tiba-tiba saja menangis.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi Bu"

"Hari ini kalian kedatangan murid baru, silahkan masuk nak"

Seketika kelas X-Ipa3 menjadi seperti pasar, suara teriakan cewek-cewek lebih mendominasi diruang kelas.

"Bisa diem ga si, suara kalian tuh bikin gendang telinga gue rusak" teriak Alana yang dari tadi sudah muak dengan celotehan para cewek-cewek dikelasnya.

Rafa melihat siapa yang baru saja berteriak, itu gadisnya tapi apakah Alana masih pantas disebut gadisnya seketika perasaan bersalah itu muncul lagi. Rafa sangat rindu dengan Alana. rasanya ia ingin sekali memeluk Alana untuk melepas rasa rindunya yang selalu menyiksa batin.

"Apa si Al bilang aja iri."

"Alana ganggu aja ah."

"Wajar kali Al."

"Sudah-sudah kalian ini, nak silahkan perkenalkan diri kamu."

"Nama gue Rafa Alano Bagaswara, kalian bisa panggil gue Rafa, gue pindahan dari Jerman, gue harap kalian bisa bantu gue berinteraksi dengan jakarta, terimakasih"

"Perkenalan yang bagus, apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Bu Lia

Seketika semua cewek-cewek mengangkat tanganya untuk bertanya, tapi pertanyaan yang dilontarkan tidak jelas sama sekali misalnya seperti

"Rafa lo udah punya pacar belum?"

"Rafa lo terbuat dari apa si."

"Rafa gue bisa ngiler setiap hari kalo liat lo."

"Aduh gue butuh oksigen nih ga sanggup sama kegantengannya Rafa."

"Aa neng suka sama aa lop yuh."

Dan masih banyak lagi celotehan tidak jelas semacamnya,Alana yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas.

Bu Lia mengedarkan pandangannya melihat bangku kosong yang tersisa untuk Rafa.
"Baiklah Rafa kamu boleh duduk di samping Alana" ucap Bu Lia pada Rafa.

"Lah kok sama saya Bu" protes Alana, ia malas kalau nanti mejanya dikerumuni anak-anak hanya untuk menanyakan tentang Rafa.

"Saya tidak mau ada protes."

Alana tidak bisa berkata apa-apa lagi dia hanya menerimanya pasrah.

"Segitu malesnya sama gue?" tanya seseorang yang baru saja mengisi hati Alana yang kosong eh ralat maksudnya bangku disamping Alana yang kosong.

"Kuping gue budeg nih dari tadi semua ngomongin lo mulu" ucap Alana

"Oh, nama lo Alana?"

"Udah tau nanya"

"Emang ga boleh?"

"Gak"

"Galak amat kaya anjing tetangga"

"Ngomong lagi gue sumpel mulut lo"

"Coba aja kalo berani"

"Bacot lo ah"

"Hahahhaha"

Deg

Suara tawa itu. Alana seperti pernah mendengar suara tawa itu dan kenapa rasanya ia seperti ingin menangis mendengarnya, ia berusaha menyembunyikan air matanya yang siap meluncur itu.

"Eh lo kenapa?" Rafa berhenti tertawa melihat perubahan ekspresi Alana.

"Gue gapapa" Alana kembali menunjukan senyumnya hanya untuk meyakinkan Rafa bahwa dirinya baik-baik saja.

Rafa sangat melihat ada raut kesedihan diwajah Alana, apa perkataannya itu menyinggung perasaan gadisnya.
"Aku rindu kamu Al" batin Rafa

******

Alana sedang berkumpul dikantin bersama sahabat-sahabatnya.tiba-tiba saja Leo datang denga Rafa, Alana mengernyit bingung dengan Leo yang terlihat sangat akrab dengan Rafa padahal Leo beda kelas bahkan berkenalan saja tidak.

"Ko lo kenal dia yo?" tanya Alana dan yang semakin membuat Alana bingung adalah semua sahabatnya terlihat begitu akrab dengan Rafa, seperti baru bertemu dengan sahabat lama.

"Alana gue jelasin ya Rafa itu saudaranya Leo, ya kan yo?" ucap Feby sengaja berbohong.

"Nah iya betul tuh"

"Oh saudara, kok lo ga pernah ngenalin ke kita yo?" tanya Alana bahkan Alana tidak curiga sama sekali kalau sahabat-sahabatnya sedang berbohong.

"Yah gimana gue mau ngenalin kalau dianya aja ga tinggal di indonesia."

"Oh iya ya"

"Pengen banget kenalan sama gue lo ya?" ucap Rafa.

"Dih PD banget lo."

"Lah bagus dong kalau gue percaya diri."

"Ga bagus kalau berlebihan."

"Muka gue gantengnya berlebihan bagus-bagus aja, ya nggak guys?" ucap Rafa. Ia sengaja memancing emosi Alana karena Rafa rindu wajah merah Alana kalau sedang marah.

"Hahhah bisa ae lo Raf."ucap Dara

"Hahah gue setuju sama lo Raf."

"Ga usah marah gitu kali." Rafa semakin gencar meledek Alana.

"Bodo amat"

"Lo lucu banget kalau marah gitu." ucap Rafa sambil mencubit pipi Alana yang sangat menggemaskan itu.

Deg

Lagi-lagi Alana merasakan dejavu, ia seperti pernah melakukan hal ini dengan seseorang dimasa lalu tapi siapa?
Sebenarnya amnesia ini amat menyiksa Alana.

"Semoga hal kecil kaya gini yang dulu sering aku lakuin ke kamu bisa buat ingatan kamu kembali lagi Al."batin Rafa.

TBC

Thanks Readers setiaku yang masih mau baca cerita abal-abal aku ini 👍❤😘
Jangan lupa vommentnya ya ✋✋✋👌👌👌

AMNESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang