Amnesia 19

603 30 0
                                    

Pagi ini Alana seperti biasa berangkat sekolah bersama Gavin. Ia menuruni tangga dengan Bersenandung kecil entah mengapa mood nya hari ini sedang membaik oh ralat bahkan sangat amat baik.

"Pagi kak" sapa Alana dengan senyuman yang merekah.

"Tumben... kesambet setan apa lo bahagia banget? " ketus Gavin yang melihat tingkah aneh Alana pagi ini.

"Gue juga nggak tau intinya mood gue lagi amat sangat membaik jadi jangan lo hancurin. " Ancam Alana sambil menyodorkan pisau untuk mengupas buah itu didepan wajah Gavin.

"Alana" ucap Gavin dengan nada yang mulai meninggi.

"Apa kakak ganteng"

"Hih merinding gue denger lo bilang gitu. "

Gavin bergegas meninggalkan Alana, karena waktu sudah menunjukkan pukul 06:15 dan mereka harus segera berangkat kesekolah agar tidak terlambat.

Hening. Baik Gavin maupun Alana sama-sama diam mereka fokus pada pikiran masing-masing. Sampai akhirnya mobil Gavin memasuki parkiran sekolah, saat hendak turun mata Alana tak sengaja melihat Brian sedang tertawa bahagia dengan gadis yang Alana akui cantik. Oh bahkan melebihi kecantikannya. Alana mematung seperti ada ribuan belati yang sudah menyayat hatinya. Sudah mood nya kembali hancur melihat adegan barusan.

"Al"

"Al"

"Alana woy masih pagi lo ngelamunin apa si?" Alana terkejut dengan suara yang tidak bisa dikatakan kecil itu.

"Eh lo Raf, kak Gavin mana?" tanya Alana yang tidak melihat sosok kakaknya itu padahal tadi mereka turun dari mobil bersama.

"Dia udah kekelas duluan, makanya lo jangan ngelamun terus ga baik " ucap Rafa dengan penuh perhatian.

"Yaudah yuk kekelas" Alana dan Rafa pergi kekelas bersama, banyak pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan berbeda-beda. Ada yang menatapnya dengan tatapan kagum, iri bahkan kesal  karena wajar saja Alana tahu walaupun Rafa terbilang anak baru namun tingkat ke famous nya amatlah tinggi.

"kalau jalan sama most wanted sekolah tuh ada sensasi tersendiri yah" ucap Alana  memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka.

"maksud lo most wanted itu gue? " ucap Rafa, ya memang Rafa tidak merasa dirinya seperti yang dibilang Alana.

"Ya iyalah siapa lagi. "

Rafa hanya mengacak-acak rambut Alana sebagai respon. Alana yang diperlakukan seperti hanya senyum-senyum tidak jelas. Entah mengapa berada didekat Rafa selalu membuat moodnya membaik, padahal baru saja mood nya hancur karena adegan tadi namun saat berada dekat Rafa moodnya sangat cepat kembali membaik Entahlah Rafa yang mempunyai pengaruh atau memang dirinya yang terbilang moodian.

Hari ini jam pertama dikelas X IPA 3 adalah pelajaran bahasa indonesia ya pelajaran Bu Beti, anak-anak X IPA 3 memanggilnya dengan sebutan Bu Jumbo karena sesuai dengan ukuran badanya yg terbilang gendut. Pelajaran yang amat membosankan bagi Alana bagaimana tidak Bu Beti tipikal orang yang tidak mau menjelaskan dan menuntut murid-muridnya lebih aktif untuk memahami materi. Setelah itu ia akan memberi soal yang buanyak sekali mungkin itu pula yang membuat Bu Beti tidak disukai hampir semua anak disekolah ini. Walau tidak suka namun Alana tetap menghormatinya karena bagaimana pun juga Bu Beti adalah gurunya.

"Anak-anak setelah kalian memahami materi tersebut sepertinya kalian akan saya beri soal, kerjakan soal halaman 65 bagian a, b dan c halaman 71 bagian a, b, dan c halaman 76 bagian a, b,  dan c dan halaman 85 bagian a, b,  dan c. " ucapnya santai tidak memperdulikan reaksi dari murid-muridnya yang hampir semua
menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Buset dah si jumbo kaga kira-kira kalo ngasih tugas. " Celoteh Rafa yang membuat gadis disampingnya terkekeh.

"Lo kaya baru tau aja. "

"Nih ya Al kalo gue punya Alat pengempes tubuh udah gue kempesin kali tuh si jumbo. " ucap Rafa yang lagi-lagi membuat Alana tambah terkekeh mendengarnya.

"Yehh kaya berani aja lo ngempesinnya. " cibir Alana masih dengan sisa tawanya.

"ALANA RAFA?  KALIAN NGOMONGIN SAYA? " Teriak Bu Beti  melihat kelakuan muridnya yang malah asik-asiknya mengobrol.

Alana terekejut ternyata walaupun badannya yang berukuran jombo namun pendengaran Bu Beti amatlah tajam. Sedangkan Rafa terlihat biasa-biasa saja.

"Yah ketauan deh, jangan bilang ibu cenayang? " ucap Rafa masih dengan santainya.

"APA CENAYANG? "

"Aduh ibu ternyata dirimu amat sangat kudet masa guru bahasa indonesia nggak tau cenayang apa. " Alana yg mendengar ucapan Rafa melototinya pasalnya yang Rafa ejek didepan itu adalah Bu Beti.

"RAFA KAMU NGATAIN SAYA LAGI? "

"Ih ibu ko pd banget si bu, saya tau saya ganteng tapi inget umur bu saya ini amat sangat muda sedangkan ibu? " ucap Rafa yang membuat seluruh kelas menertawakan celotehannya.

"DIAM!!!... RAFA SEKARANG JUGA KAMU BERDIRI DI--"

Ucapan Bu Beti terpotong oleh bunyi bel pertanda istirahat telah tiba. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada Rafa.

Tetttt... Tettt... Tett...

"Sorry ya bu perut saya udah keroncongan nih jadi kayaknya saya harus pergi ke kantin sekarang juga. " ucap Rafa kemudian berlari tak lupa ia menarik Alana agar pergi bersamanya.

"RAFA SINI KAMU BERANI-BERANINYA KAMU SAMA SAYA. " ternyata Bu Beti masih mengejar Rafa dan Alana.

                                       ****
Alana dan Rafa sedang mencari tempat duduk, kantin hari ini nampak sangat ramai dari kejauhan Alana dapat melihat Rian sedang di kantin bersama dengan perempuan yang tadi pagi ia lihat diparkiran sekolah.
Rafa tahu apa yang sedang Alana lihat ia sangat marah melihat kelakuan Rian yang bisa-bisanya menyakiti Alana yang sangat ia sayang.

"Al woy ayo anak-anak udah nunggu tuh." Ucap Rafa agar mengalihkan pandangan Alana.

"Eh hah ? Iya iya Raf ayo ayo."

Alana hanya diam, tangannya tak berhenti mengaduk ngaduk es teh yang telah dipesan sebelumnya.

"Hey, Are you okay?" tanya Dara pada Alana yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Gapapa ko Ra cuma sedikit pusing aja." Alana tidak mau membebani sahabatnya.

Alana bangkit dari duduknya ia rasa berada dikantin bukan membuat nya lebih tenang jika sumber masalahnya berada disini.

"Guys gue kekelas duluan yah." Alana bangkit dan meninggalkan teman-temannya.

Rafa yang tahu apa penyebab Alana seperti itu ikut bangkit mengejar Alana ia tak mau membiarkan gadisnya itu terpuruk sendirian setidaknya ia harus menghibur Alana bagaimanapun caranya.

"Buset dah si Rafa maen pergi aja."

"Lo liat tuh si kutu bangsat gue rasa itu penyebab si Alana murung." tunjuk Leo pada meja diujung sana yang memperlihatkan dua orang laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat bahagia.

"Btw, itu siapa ya ko gue ga pernah liat tuh cewek." tanya feby

"Anak baru kalo ga salah."

"Kayaknya kita harus cari tau apa hubungan mereka." ucap Vino dengan mata tajam yang ia tujukkan untuk dua orang diujung sana.

"Muka lo ga usah gitu, jatohnya kaya pengen naber." ucap Bian sambil terkekeh

"Anjir mas Iyan, muka acu lichin kaya bihyun gini dibilang pengen naber."

"Plis deh Vin jangan menjijikan." ucap Shila yang tak tahan dengan kelakuan pacarnya itu.

"Ya Allah lo tega amat ngomong gitu sama gue." ucap Vino mendramatisir suasana.

"Mampus." semua serempak meninggalkan Vino sendiri.

"Wey Anjir jangan tinggalin gue." Vino terus berlari mengejar teman-temannya yag kelewatan.

Walaupun begitu Vino tak pernah bawa perasaan dengan kelakuan teman-temannya bahkan pacarnya sendiri karena ia tahu yang mereka lakukan hanyalah sekedar bercandaan semata.

AMNESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang