Sudah dua hari sejak ditemukannya Koumi Haruka, gadis kecil yang diculik secara gaib beberapa hari lalu. Sudah dua hari juga Haruka mengurung diri di dalam kamarnya, pasalnya sejak hari itu Haruka mengaku bisa melihat hantu.
Hal ini tentu saja manjadi aib bagi keluarga Koumi yang merupakan salah satu keluarga bangsawan yang di hormati karena itu mereka memutuskan untuk mengasingkan Haruka di sebuah kuil yang terletak di desa kecil yang jauh dari Tokyo. Mungkin mengasingkannya di kuil bisa membantunya untuk sembuh karena kuil merupakan tempat yang suci.
Seorang putri dari pemilik kuil bersedia untuk merawat Haruka, mereka akan menjemputnya hari ini.
"Permisi" kata seorang gadis yang memakai Pakaian tradisional hakama (sejenis celana panjang longgar) berwarna merah atau rok panjang berlipat, dengan haori (jaket kimono) putih, serta pita rambut putih atau merah. "Saya Miko dari kuil Kitano Tenmangu di Kyoto"
"Selamat datang nona....
"Kagari Ayaka"
"Ah.. iya nona Ayaka.. Selamat datang, mari ikuti saya.."
Pelayan itu membawa miko tersebut ke sebuah ruangan yang cukup besar di rumah itu, di dalamnya ada sepasang suami istri dan 1 anak perempuan.
"Selamat datang.... Miko..." Kata tuan Koumi
"Ayaka, panggil saja Ayaka. Ngomong-ngomong.. apa gadis itu...
"Bukan.. ini putri kedua kami namanya Koumi Hikari" Kata istri tuan Koumi memotong pembicaraan
"Ah... maaf... "
"Haruka ada di dalam kamarnya, kami akan memberikan uang setiap tahunnya untuk seluruh kebutuhannya saya harap anda bisa merawatnya dengan baik" Kata nyonya Koumi
"Iya.. tentu saja"
"Satu lagi.. kau jangan pernah membahas masalah ini atau menceritakan asal usul keluarga Haruka karena mulai sekarang kami akan menghapusnya dari daftar keluarga kami"
"Kenapa?"
"Haruka itu aib bagi keluarga Koumi, kami tidak mau keluarga kami hancur karena anak itu. Berita kepulangannya saja tidak di sebarkan, sedangkan masyarakat yang tau kejadiannya kami bayar agar menutup mulut. Makanya sekarang bagi kami Haruka sudah menghilang dan tidak pernah kembali"
"Ah,, iya.. saya mengerti..."
"Ya sudah... Chiyo.. antar miko ini ke kamar Haruka" kata nyonya Koumi kepada pelayan yang mengantar Miko ke ruangan itu
"Baik... Miko Ayaka.. silahkan ikuti saya" kata pelayan itu
"Ah.. iya.. saya permisi dulu" sambil pamit kepada tuan dan nyonya Koumi
Chiyo mempersilahkan Ayaka masuk ke sebuah ruangan yang sedikit lebih kecil dari yang tadi.
"Apa Haruka di dalam?"
"Iya, anda tidak apa-apa kan kalau masuk sendiri?"
"Iya. Ngomong-ngomong kenapa kau ketakutan begitu?"
"Karena nona Haruka bisa melihat hantu, makanya saya takut untuk masuk. Saya akan menunggu anda disini
"Baiklah"
Ayaka masuk ke dalam ruangan itu sendiri, kamar yang sangat luas dengan hampir semua lampu yang menyala meskipun sekarang sudah pagi. Seorang gadis kecil duduk di lantai sudut kamarnya dengan kepala menunduk.
"Hai.." Sapa miko pada gadis kecil itu
"Siapa kau?" Tanya gadis kecil bernama Haruka
"Aku adalah seorang Miko, kau bisa memanggilku Ayaka. Aku datang kemari untuk menjemputmu"
"Menjemputku?" Tanya gadis itu bingung
"Iya.. aku tau selama 2 hari ini kau bisa melihat hantu, makanya aku di minta keluargamu untuk membawamu ke kuil agar kau bisa menenangkan dirimu"
"Apa dikuil tidak ada dia?" Tanya Haruka sambil menunjuk meja belajar yang ada dalam kamarnya. Meja belajar itu terletak di sudut kamarnya yang lain, lampu disisi itu tidak menyala
"Tentu tidak. Kuil adalah tempat yang suci, mereka tidak akan bisa masuk." Kata Miko tadi menenangkan Haruka
"Kalau begitu, aku ikut!"
"Ok. Sekarang kita bereskan pakaianmu"
"Iya"
Buat yang suka baca horor! Nantinya akan ada gambar yang lebih menakutkan lagi. Ngomong-ngomong cuma gambarnya yang di copy dari internet, ceritanya ide sendiri!!
Khusus yang ini akan jarang di update soalnya penulisnya juga takut sama hal-hal horor 😱😱😱
KAMU SEDANG MEMBACA
Shōjo wa yūrei o mimashita (少女は幽霊を見ました)
HororShōjo wa yūrei o mimashita atau dalam bahasa Indonesia di sebut gadis yang melihat hantu menceritakan seorang gadis yang dapat melihat mahluk halus, setelah ia hilang "diculik secara gaib" selama seminggu ketika ia masih kecil, walaupun ia tidak men...