Gemintang
"Halo, Gemi... boleh saya duduk di sini?" tanya Pak Jagad sambil menunjuk sofa di hadapanku.
Aku yang sedang memegang HP, hendak mengirim pesan pada J.A. Gad, tersenyum dan mengangguk.
Sedetik kemudian lelaki gagah berkulit putih, berambut hitam tebal, model cepak dipinggir, bergelombang-acak di atas. Uhh... keren. Ditambah jambang dan janggut tipis yang semakin menguatkan ketampanannya.
Pak Jagad, layaknya Khatulistiwa bersaudara, mereka semua sangat gagah. Super tampan. Bu Raya adalah versi feminimnya. Cantiknya tuh beda, aura keindahan wajahnya sangat menonjol.
Hari ini, Pak Jagad menggunakan blue jeans belel dan kaos hitam polos model lose-fit. Tidak ketat tapi juga tidak gombroh. Meski demikian, aku bisa melihat tubuh kekarnya.
Ahh...
Lelaki Khatulistiwa ini.
Mereka semua rajin berolahraga, sepertinya begitu. Tubuh seatletis tersebut tentu diperoleh dengan kerja keras. Olah raga rutin, berjam-jam setiap minggunya.
Yang kutahu, Pak Asa begitu. Setiap hari, setiap pagi sebelum mandi dan sarapan, selalu olah raga sekira satu jam di ruang gymnastic, di rumahnya.
Seolah belum cukup, setahuku Pak Asa juga ikut membership sebuah klub kebugaran. Kata Nana, kalau kantornya sedang tidak terlalu sibuk, siang atau sore hari, Pak Asa suka fitness di klub kebugaran langganannya itu.
Mmmh...
Apakah Pak Jagad juga begitu?
"Gemi, udah pesan apa?" tanya Pak Jagad, mengaburkan pikiranku.
"Umm... barusan Pak Sam udah ke sini, nyapa. Katanya mau buatin minuman favorit saya."
"Minuman favorit kamu?"
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Caramel Macchiato, less sugar-extra milk."
Keningnya berkerut dalam.
"Kenapa? Ribet yah selera kopi saya? Aneh? Emang siih... di mana-mana kalau caramel itu udah pasti manis. Tapi, saya sebenernya bukan nyari manisnya... lebih ke aroma gula yang dipanaskan sampe lelehnya itu... umm... wangi gituu... trus saya juga suka banget sama extra-milk, soalnya bisa bikin si kopi terasa lebih soft dan creamy... jadiiii..."
"Saat minum kopi, kamu bisa menikmati aroma karamel di hidung, dan gurihnya susu di lidah," kata Pak Jagad, memotong kalimatku.
Mataku membelalak tak percaya.
"Lah, kok Pak Jagad tahu?"
"Seseorang memberitahukan hal itu ke saya."
Aku tersenyum.
"Seseorang?"
Dia mengangguk.
"Seseorang."
"Umm... pacarnya yah?" godaku.
Dia tersenyum lalu mengangguk.
"Iya."
Aku mengangguk senyumku semakin lebar.
"Mmh... pasti pacar Pak Jagad super cantik, deh," tebakku.
"Kenapa memang?"
"Soalnya... Pak Jagaddd... super ganteng pake banget," ujarku dengan ceria.
"Oya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad #2 Unstoppable Love Series
RomantikWarning: this is teaser version Hidup di dunia fiksi, itu pilihanku. Aku bahagia di dalamnya. Titik. Tak usahlah aku bermimpi menemukan seseorang di kehidupan ini. Bahagia sendiri, itu pilihanku. Aku. Gemintang. Ini adalah kisahku...