Jagad
Berdiri di balkon kabin aku menatap birunya laut dalam perjalanan wisata kapal pesiarku kali ini.
Hari kedua berada di kapal QM2, kependekan dari Queen Mary 2. Berpesiar menggunakan paket wisata Cunard Cruise selama 7 malam berpesiar dari Manhattan ke Southhampton.
Setelah Khatulistiwa Bros resmi dibuka, aku minta izin saudara-saudaraku untuk kembali ke Amerika. Paket wisata ini sudah jauh-jauh hari aku pesan. Sayang untuk dilewatkan begitu saja. Semua biaya sudah dibayar.
Bukan. Ini bukan kali pertama aku berpesiar. Tujuanku satu, mencari inspirasi menulis.
"Gad..." suara lembut wanita kudengar dari belakang punggungku.
Aku menolehkan wajah, tersenyum menatap penampakkan seorang perempuan berambut coklat.
"Morning. Sleep well?" Aku menyapa perempuan bermata hijau yang rambutnya menampakkan bahwa dia belum lama bangun dari tidurnya.
Dengan wajah masih sedikit mengantuk, dia tersenyum sambil berjalan ke arahku.
"Yes. Thanks for having me. I think it's time for me to leave," ucapnya lalu mengecup pipiku.
"You sure don't want to stay longer?" Aku bertanya pada perempuan bergaun hijau yang namanya pun aku lupa.
Aku bertemu dengannya di ruang dansa di kapal ini semalam. Membelikannya minuman, beramah tamah, berdansa sebentar sebelum membawanya ke kabinku.
"Thanks. I think I'll pass," ucapnya dengan ramah menolak undanganku.
Aku mengangguk, paham kalau hubungan one-night stand kami sudah harus berakhir. Kami sama-sama manusia dewasa yang secara sadar mencari kesenangan tanpa ikatan di sebuah kapal pesiar yang kami tumpangi.
"See you when I see you," kataku sambil membalas kecupannya dengan mencium pipinya.
"Yeah. Sure. Bye now..." balasnya sambil tersenyum sesaat sebelum membalikkan tubuhnya untuk melangkah pergi.
Kupandangi pintu kabin sesaat sebelum kembali menolehkan wajah ke arah laut.
Berpikir.
Selama bertahun-tahun, inilah hidup yang kumiliki. Tak sedikit pun aku berkeluh kesah. Ini pilihanku.
Selepas SMU, kuliah ke New York mengambil jurusan English Literature. Setahun setelah berstatus mahasiswa, aku mulai tekun menulis fiksi. Membukukannya secara mandiri. Self publish. Menjualnya melalui amazon yang kemudian atas persetujuanku disebarluaskan melalui channel penjualan amazon ke berbagai belahan negara.
Hasilnya?
Not bad.
Di New York aku bisa hidup nyaman di sebuah apartmen satu kamar tidur yang lokasinya strategis.
Di Indonesia, aku memiliki apartemen dua kamar tidur di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, serta rumah dengan luas tanah lima ratus meter persegi di kawasan perbukitan di Bandung Timur.
Melalui jasa profesional kakakku, Angkasa, seorang financial planner, aku juga menginvestasikan uangku di sana sini, di Indonesia.
Intinya, secara ekonomi aku baik-baik saja. Walau bila pulang ke Indonesia aku akan berstatus pengangguran.
Shit.
Aku tertawa sambil menggelengkan kepala. Mengingat hal tersebut. Untunglah sekarang ada Khatulistiwa Bros. Sebuah music cafe yang merangkap sebagai toko buku. Setidaknya di Jakarta aku sekarang memiliki kartu nama yang menyebutkan bahwa aku adalah seorang bookstore manager.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jagad #2 Unstoppable Love Series
RomanceWarning: this is teaser version Hidup di dunia fiksi, itu pilihanku. Aku bahagia di dalamnya. Titik. Tak usahlah aku bermimpi menemukan seseorang di kehidupan ini. Bahagia sendiri, itu pilihanku. Aku. Gemintang. Ini adalah kisahku...