Julia POV
Aku bergeser ke belakang menjauhi Mike dengan mata membulat.
Yang aku tendang kan rusuknya, kenapa otaknya ikutan bergeser.
Mike terkekeh.
"Kenapa terkejut seperti itu?" Tanyanya sambil menarik lagi tubuhku mendekat. Gerakannya membuat Mike mengeryit menahan sakit rusuknya.
"Kamu minta aku jadi pacarmu, gimana aku ga kaget. Pria mesum yang udah menjamah hampir semua perempuan di gedung kantor. Apa kebanggaanku? Ga ada ga yang spesial" Suaraku terdengar seperti menggerutu.
Wajah Mike kulihat merengut mendengar perkataanku yang mungkin terlalu jujur.
Mike mengambil nafas.
"Begini Nona Julia..."
Mike mengusap dagunya.
"Aku memang sebejat seperti yang ada dipikiranmu, aku ga layak jadi seorang pacar. Lagian permintaanku ini bukan jadi pacar sungguhan, tapi untuk melanjutkan taruhanku yang kalah"
Aku yang tadinya mau ingin memotong perkataannya jadi tertengun mendengar perkataannya barusan.
"Jadi ini hanya taruhan aja? Jadi pacarmu?" Tanyaku memastikan.
Mike mengangguk.
"Mereka kasian melihatku yang babak belur dan tidak mendapatkan apa-apa karena bodohnya aku sampai lupa untuk ngambil photo selfie kita" Mike terkekeh.
"Untuk taruhan kali ini mereka akan memberikan sepatu limited edition idamanku" Lanjutnya.
"Yang seharga?" Tanyaku ingin tau. Dengan melihat apa yang Mike miliki sekarang, tinggal di apartment mewah dengan perabotan yang tidak kalah mewah, Mike sepertinya mampu membeli apapun yang dia inginkan.
Mike mengusap dagunya.
"Sepatu sneaker yang harganya mencapai lebih dari 50 juta di pasaran"
Aku menelan ludah mendengar perkataannya.
"Aku seharga lebih dari 50 juta sekarang" Gumamku tak percaya.
"Bagaimana? Kamu mau membantuku kan?" Mike meremas-remas telapak tanganku.
Aku tertengun.
"Apa keuntungannya buatku?"
"Oh My, Julia, kamu udah dapat tiket pesawat dan hotelnya, apalagi yang kamu inginkan?" Mata Mike membulat tak percaya.
Aku mengulum senyumku. Hey, sebagai seorang manusia, wajarkan sifat tidak pernah puas bercokol di diri kita?
Mike bisa mendapatkan sepatu seharga lebih 50 juta, masa aku ga dapat apa-apa.
Aku memutar otakku. Dan tersenyum.
"Tidak semudah itu menjadikanku pacarmu, apalagi kamu langsung mendapatkan sepatu idamanmu itu" Mataku menyipit menatap Mike yang kulihat meringis.
"Apa yang ada dipikiranmu Julia? Sepertinya aku mencium sesuatu yang ga beres"
Aku terkekeh.
Kami belum terlalu lama saling mengenal dan bisa bebas bercakap-cakap seperti ini. Tapi Mike mengenalku dengan baik.
"Kamu.harus.berusaha.untuk.menjadikanku.pacarmu" Kataku menekan setiap kata-kata yang kuucapkan.
Kening Mike berkerut.
"Coba kau jelaskan dengan memakai bahasa bumi yang lebih ku mengerti babe"
Aku mencebik mendengar panggilan babe untukku. Mulut Mike itu pasti sudah sering mengucapkan panggilan sayang seperti itu kepada setiap perempuan yang sudah dijamahnya.
"Kata-kataku sepertinya sudah sangat jelas. Aku memintamu untuk memperlihatkan usahamu menjadikanku pacarmu, dengan kata lain, merayuku, menjadi pria yang dapat menaklukkan hatiku ini"
Mike mengusap dagunya.
"Hey, ini kan hanya taruhan. Buat apa aku harus dapat menaklukkan hatimu"
"Aku hanya meminta usahamu Mike, usaha untuk meluluhkan hati seorang perempuan untuk dijadikan pacar. Seperti membelikannya dia sesuatu, memanjakan dia, yahhh remeh temeh seorang pria yang mendekati perempuan, kau tau lah" Bibirku membentuk sebuah senyuman.
Mike terlihat berpikir.
"Apa yang kau rencanakan sebenarnya Julia?" Mike menatapku curiga.
Aku terkekeh.
"Aku tidak merencanakan apa-apa Mike, ayolah, untuk sepatu idamanmu itu, ku rasa berjuang untuk menaklukan hatiku seperti yang aku bilang itu sangat mudah kaulakukan"
Mike membetulkan posisi duduknya.
"Sepertinya kau membuat ini tidak menjadi mudah bagiku"
Aku kembali terkekeh.
"Berapa lama waktu yang mereka berikan?" Tanyaku sambil membuka tutup botol equil dan meneguknya langsung dari botol.
Mike seperti menelan ludah melihatku memegang botol dan langsung meneguknya.
Terbesit ide jahil di benakku.
Aku mengelus botol dari atas ke bawah dengan gerakan perlahan setelah aku meneguk setengah isinya.
Mike bergerak gelisah.
"Hentikan apa yang kau lakukan sekarang Julia" Suara Mike terdengar serak.
Aku menatapnya dengan wajah bingung.
"Kenapa?"
Aku semakin menggerakkan tanganku seperti gerakan mengurut ke botol yang tak bersalah itu. Tanganku bergerak naik turun dengan lancar karena embun yang terdapat di botol itu.
Mike menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku baca. Tapi bisa ku pastikan dirinya pasti sudah mengeras.
"Berapa lama waktu yang mereka berikan?" Ulangku masih dengan tangan yang bergerak turun naik.
Mike tiba-tiba berdiri. Wajahnya meringis memegang rusuknya lalu kembali duduk dengan perlahan.
"Darn! Kalau saja keadaanku sehat, kau pasti sudah tidak bisa bergerak di bawahku Julia" Geram Mike dengan suara tercekat.
Aku tertawa.
Mike mendelik menatapku dengan wajah masam.
"Saat ini kau tertawa, tapi suatu hari suara tawa itu akan berubah menjadi desahan di bawah tindihanku"
Aku menutup mulutku.
"Dalam mimpimu Mike"
Aku bersidekap dengan botol yang masih ku pegang. Ku lihat arah mata Mike mengarah ke tonjolan payudaraku.
Dasar manusia mesum.
"Sekarang yang harus kamu pikirkan adalah bagaimana caranya menaklukkan hatiku, atau kamu tidak akan mendapatkan sepatu idamanmu itu" Lanjutku lagi lalu meletakkan botol ke atas meja.
Cukup menggoda Mike.
Aku menatap wajahnya.
Mike terdiam membalas tatapanku.
Tatapan kami saling memaku. Dan entah siapa yang memulai, wajah kami saling mendekat, nafasnya bisa kurasakan di wajahku. Ku lihat mata Mike terpejam perlahan dengan bibirnya yang semakin mendekat ke arah bibirku.
Aku tersadar dan menutup bibirnya dengan jariku.
"Saatnya aku pulang, ku tunggu usahamu Mike"
Aku berdiri dan beranjak meninggalkannya yang menatap kepergianku.
Dalam hatiku tersenyum.
Sangat mudah sekali menggoda manusia mesum itu.
Kupastikan aku akan mendapatkan apa yang aku mau dari taruhan mereka kali ini.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
the deals
RandomBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading