empat

64 16 6
                                    

"Terkadang aku ingin hidup di dunia novel, menjadi pemeran utama dan berakhir happy ending. Tapi sayangnya aku hidup didunia nyata bukan dunia novel."

AnetaFeraDewantara

AUTHOR POV

Fera memasuki kamarnya, segera ia mengunci pintu kamarnya. Ia tidak ingin abang ataupun adeknya tau kalau ia sedang menangis. Fera terduduk didekat pintu ia menekuk lututnya dan membuat rambutnya terurai sehingga menutupi wajahnya

Fera menangis dalam diam tanpa ada suara. Hingga mata fera memerah, hidungnya sulit bernafas. Ia sudah menangis hampir 2 jam.

Fera mengamati sekeliling kamar, matanya tertuju pada foto yang terletak dimeja belajar. Ia mencoba berdiri meskipun disekitar badannya masih sakit karena pukulan mamahnya.

Sesampainya dimeja belajar fera mengambil foto itu kemudian, duduk sambil memeluk foto itu. Ia menatap foto itu dan mencium foto itu. Ia merindukan seseorang yang difoto itu.

"Bu. Fera kangen ibu, fera rindu ibu, fera pengen dipeluk ibu, fere ingin ikut ibu." Ucap fera lirih. Air mata fera turun deras lagi padahal baru beberapa menit air matanya berhenti. Ia memandangi wajah ibunya. Fera merindukan sesosok ibu,merindukan kasih sayang seorang ibu. "Ibuuu feraa harus sampai kapan bertahan bu fera capek bu fera capek" ucap fera sendu sambil memukul dadanya.

Toktokk..tokkk

Suara ketokan pintu itu membuat fera cepat-cepat berdiri dan menghapus air matanya.

"Ferr kamu didalam? Udah maghrib kamu udah makan?" Tanya papah fera.
Ternyata papahnya fera yang mengetuk pintu. Fera segera membuka pintu ia menyembunyikan setengah badannya dibalik pintu. "Ada apa pah? Udah pah fera udah makan" jawab fera sambil tersenyum untuk menutupi rasa sakit ditubuhnya ia berbohong kalau sudah makan.

"Lho fer? Kok mata kamu sembab? Habis nangis? Kenapa nangis?" Tanya papah fera khawatir. Sejak fera membukakan pintunya ,papah fera sudah khawatir melihat mata fera sembab. "Hehe iya pah, tadi fera baca novel. Ceritanya mengharukan makanya fera nangis hehe" balas fera sambil ketawa.
"Papah kira kamu kenapa, kalau ada apa-apa cerita aja ya fer sama papah, papah selalu ada untuk fera" ucap papah fera sambil mengacak-ngacak rambut fera "iyaa pah, yaudah fera lanjut baca novel lagi ya pah" segera menutup pintu kemudian ia kunci lagi.

***
Sedangkan keadaan dimeja makan ada mamah,papah fera, fikri,karel,dan bagas. Yaa fera punya adek lagi bernama bagas. Bagas itu kakaknya fikri, bagas kelas 2 smp, sedangkan fikri kelas 5 sd.

"Fera mana pah?" Tanya mamah fera.
"Katanya sudah makan" balas papah fera sambil minum
Pasti itu anak bohong,bagus kalau ia bohong,jadi papah gak curiga kalau aku tadi memukul dia. Pasti saat ini ia sedang menangis-nangis dihadapan foto ibunya. Batin mamahnya fera tersenyum sinis.

Seseorang menangkap senyuman sinis dari mamahnya itu.

Mereka makan dengan keadaan diam hanya terdengar dentingan suara sendok dan garpu.
Srekkk..srreekk

Karel berdiri hingga menimbulkan suara kursi. "Rel sudah selesai makan?" Tanya papah. "Sudah, karel mau keatas dulu pah" semua mengangguk

Sedangkan fera didalam kamar hanya diam duduk dekat jendela menghadap langit menikmati semilirnya angin ,menatap bintang yang bertebaran "buu fera rindu" ucap sendu fera sambil menatap bintang yang paling bersinar. Fera merindukan ibunya.

Tokkk.tokkk

Suara ketukan pintu membuat fera kaget. Untung saja ia tidak jatuh.
"Siapa?" Teriak fera. "Abang fer,bukain pintunya" balas karel didepan pintu.

Aliquando [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang