delapan

34 9 1
                                    

"Bahagia itu sederhana. Cukup aku dan kamu menjadi kita."

*****
Khemmm.....khemmmm...
Fera mendengar batuk seseorang segera ia menoleh kebelakang ia kaget siapa yang berada di belakangnya.

"Lllll-looo" ucap fera gugup saat melihat siapa yang berada dibelakangnya.
Anjir baru aja diomongin eh udah muncul aja kayak jalangkung. Batin fera
"Mana?" Tanya feri datar
"Apanya?" Sahut fera bingung
"Tanda tangannya adik cantikkk" jawab feri genit
"Njir, nih" memberikan kertas tanda tangan yang sedari tadi ia pegang.
"Btw,kurang tanda tangan lo" sambung fera
"Oh, kan tadi deni bilangnya harus semua gak boleh ada yang kurang" jawab feri
"Ya lo tinggal tanda tangan doang gampang kan" sahut fera sinis
Feri maju mendekati fera, fera yang melihat feri mulai mendekat ia bergerak mundur tapi, tangannya sudah dicekal oleh feri yang membuat fera tidak bisa berkutik. Anjir nih cowok gak tau apa jantung gue berdetak lebih cepat ah kampret, pasti pipi gue merah. Batin fera. Fera menundukkan kepalanya ia tidak berani menatap mata fera, tinggi fera hanya sedada feri pasti kalau ia bicara harus melihat keatas.

"Kalo gue gak mau tanda tangan gimana?" Ucap feri terdengar menggoda
Fera masih diam,ia masih menetralkan jantungnya yang semakin berdetak dengan kencang apalagi dengan posisi yang bisa dikatakan hampir sangat dekat lah.
"Punya mulut gak adik cantik" goda feri
"apa apaan sih lo" bentak fera mencoba melepaskan cekalan tangan dari feri, tapi apa daya kekuatan fera tidak sebanding dengan cekalan tangan feri. Tau sendiri kan wanita itu lemah.
"Gue dari tadi nanya feraaa, kenapa diem aja" ucap feri halus
"Ee-emang tadi lo tanya apa?" Tanya fera gugup
"Gak usah gugup juga kalik fer, biasa aja grogi ya deket-deket cowok ganteng" goda feri lagi
"Ganteng pala lu peyang, lepasin gak. Gak usah pegang-pegang tangan gue bisa gak" sentak fera masih mencoba melepaskan cekalan tangannya dari feri.

Feri mulai melepaskan cekalan tangannya ke fera.
"Udah gue lepasih kan" ucap feri cuek
"Yaudah gu-gue pergi du-" belum selesai fera bicara. Lagi dan lagi tangannya ditarik feri.
"Plis deh kak gak usah narik-narik" sentak fera melepaskan tangannya yang ditarik feri.
"Yang nyuruh lo pulang siapa?" Tanya feri. Mengangkat alis sebelah kanan.
"Ya gue mau pulang sendiri, gak ada yang nyuruh. Udah deh gue mau pulang kak feriiiii" sahut fera dengan penuh penekanan.
"Tanda tangan lo tadi belum selesai adik cantik" goda feri

"Kan udah gue kasihin ke lo, dan yang kurang tanda tangan kan cuma lo. Sekalian lo tanda tangan kan juga bisa" gerutu fera
"Kan gue juga udah bilang adik cantik. Kalau, gue gak mau ngasih tanda tangan gue" balas feri tersenyum sinis.
"yaampun semahal apasih tanda tangan lo, artis juga bukan. Belagu banget sih lo" gertak fera.

"Oke gue kasih tanda tangan gue, tapi" sahut feri sambil memancarkan mimik wajah yang sulit ditebak.
"Tapi apa" sahut fera gemas
"Tapi lo harus jalan bareng gue hari minggu. Gimana mau nggak?" Ajak feri
"Apa-apaan lo modus" sahut fera gondok sendiri. Titik kesabarannya sudah habis gara-gara kakak kelasnya satu ini.

"Yaudah kalau gak mau. Gue pergi dulu nih kertas lo" ucap feri mau berbalik arah untuk meninggalkan fera.

Fera dongkol sendiri dengan sikap kakak kelasnya ini. Ia selalu dibuat terbang ke awan lalu dijatuhkan dijurang dengan seenak jidatnya. Ia, bingung harus bagaimana. Aduh gimanaa nihh bingung gue, kalo gue gak mau ntar gue dimarahin sama kak nisa,kak deni gimana coba arghhhh. Batin fera sebal

Gue hitung dalam 3 detik pasti dia bakal manggil gue. Satu.... duaa.... ti.....batin feri. Belum selesai feri menghitung fera sudah memanggilnya.
Feri tersenyum tipis akhirnya adik kelasnya ini mau juga.

"Ada apa manggil gue? Berubah pikiran hm?" Menoleh melihat fera
"Duhh. Hmmm. I-iya deh. Tapi awas ya lo kalo gak lo tanda tanganin" balas fera secepat mungkin

Aliquando [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang