sepuluh

38 3 1
                                    

"Namanya juga cewek kalau gak BAPER ya LAPER"

AnetaFeraDewantara

*******
Tokkk....tokkkkk
"Ferr bangun" teriak orang yang sudah 15 menit lebih berdiri didepan pintu.

Krekkkk....
"Hoammmm. Apa sih bang brisikk" sahut Fera masih keadaan merem
"Lo masih tanya apa? Gila lo ini udah jam set 7 lo belum mandi ogeb" teriak Karel melihat adiknya ini keluar dari kamar masih dengan keadaan yang tidak terkondisikan.

Yaps. Orang yang menunggu 15 menit lebih itu Karel abangnya Fera. Yang dari tadi menggedor-gedor pintu kamar Fera.

"Hah jam set 7 kenapa lo bangunin gue jam segini peak" teriak Fera panik. Fera buru-buru masuk kedalam kamar lagi menutup pintu hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Karel yang melihat kelakuan adiknya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

KAREL POV

Aku berjalan meninggalkan kamar fera menuju meja makan. Yang sudah ada Papah, Mamah, dan 2 adik laki-lakiku. Sebenarnya aku sangat-sangat malas makan bersama keluargaku. Gimana gak malas, kalau tiap hari yang aku lihat bukannya keharmonisan saat makan bersama tetapi pertengkaran. Telinga ku ini sangat panas kalau mendengar mereka bertengkar. Ingin rasanya aku menengahi, tapi aku punya hak apa? Aku tidak ingin mengurusi urusan orang tua. Aku hanya bisa bersabar, saat mereka bertengkar.

Aku berjalan ke arah meja makan dengan langkah lunglai. Aku mendudukkan disamping adikku Bagas. Didepanku ada Fikri dan Mamah. Dan Papah berada ditengah-tengah kami.

"Rel, mana Fera?" Tanya Papah tiba-tiba
"Mandi" sahutku
"Baru bangun?" Tanyanya lagi
"Hmm" sahutku malas.

Aku selalu berucap seadanya saat berbicara kepada orang tua ku. Tapi, aku masih mengerti tata cara sopan santun dan tata cara menghargai. Karena ayahku dulu selalu mengajarkan ku untuk menghargai orang yang lebih tua.

Tokkk....tokkk
Kudengar suara hentakan kaki menuruni tangga. Sudah kupastikan itu Fera. Aku melirik Fera yang sudah duduk dihadapanku. Mungkin Fera sadar saat aku meliriknya, ia menaikkan alisnya seolah bertanya kenapa melirikku. Aku hanya acuh, dan tak peduli. Aku memulai kegiatanku untuk makan.

Disaat aku makan, aku mendengar gelak tawa yang begitu keras ditelingaku. Meja makan ini dipenuhi dengan tawa semua keluargaku kecuali aku. Aku hanya diam dan mendengarkan. Aku tidak terlalu peduli apa yang mereka bicarakan hingga mereka tertawa.

Aku meletakkan sendok dan garpu ku yang menghasilkan suara yang sedikit keras. Sehingga, membuat tawa mereka berhenti begitu saja. Aku bangkit dari dudukku. "Mah pah berangkat dulu" ucapku meninggalkan orang tuaku.

"Bang Karell woii tunggu guee" teriak Fera yang buru-buru pamitan sama mamah dan papah. Aku berjalan terus tanpa memperdulikan teriakan fera. Aku mengeluarkan motor dari garasi, dan mulai menaikinya.

Brukk
Aku merasa jok motor belakangku ada yang menduduki, aku menengok kebelakang untuk melihat ternyata. "Ngapain lo disitu?" Tanyaku datar
"Nebeng lah, ngapain lagi coba kalau gak nebeng" sahutnya
"Turun Fer!" Suruhku sedikit kasar.
Ya, yang menduduki jok motorku Fera siapa lagi kalau bukan Fera. Bukannya aku tidak ingin memboncengkannya, tapi aku sedang malas bersekolah. Aku ingin kumpul bersama temanku saja.

Kulihat Fera mulai turun dari motorku dengan wajah yang sangat sedih. Aku pura-pura tidak peduli kepadanya. Aku mulai menjalankan motorku dan meninggalkannya tanpa mengucapkan satu kata apapun.

Aliquando [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang