B. A. | A. G. I. L. | 3

7.7K 811 5
                                    

Mira pamit kepada pasangan suami istri di depannya. Menghindari dari tatapan hazel yang terluka karena perilakunya dan rasanya saat itu juga, Mira ingin membunuh dirinya sendiri.

Ia benar-benar tidak tahu terima kasih, bukan? Bagaimana bisa ia melakukan hal ini kepada orang yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri?

Menarik napas panjang, Mira berusaha menghapus tatapan sedih dari Marchioness of Riverdale dalam ingatannya. Kakinya lalu membawanya ke arah istal. Ia sudah terlalu rindu dengan Sword dan Mira harap, Sword sama rindunya dengan Mira.

Mira lalu bertemu dengan Jensen, pengurus istal yang sudah memiliki rambut kelabu di kulit kepalanya. Jensen lalu tersenyum lebar kepada Mira, menampakkan satu gigi di bagian bawahnya yang sudah tanggal.

Mira mendekat ke arahnya, memeluknya hangat dan ia bisa menemukan aroma yang familiar darinya. Jensen selalu berbau seperti jerami dan orang tua, dan memang seperti itulah dirinya.

"Aku mulai bertanya-tanya kapan kau akan mengunjungi pria tua ini," kekeh Jensen ketika Mira membawanya duduk di kursi kayu.

Mira ikut tertawa dengannya. Jensen memiliki tawa dan wajah yang menyenangkan. Semua orang menyayangi Jensen karena pria tua ini memiliki kemampuan untuk mudah disukai. Dan ia, tanpa diduga adalah orang yang bijaksana. Atau mungkin begitulah para orang tua, selalu bijak dalam memandang dunia.

Sama seperti Mr. Abignale Hurst yang selalu bersikap bijak terhadap Mira. Pikiran tersebut entah mengapa memberikan kerinduan kepadanya. Mira sudah lama tidak bertemu dengan Mr. Abignale serta Mrs. Chloe. Kabar terakhir yang Mira dengar, Mrs. Chloe telah menikah lagi dan bersama suaminya, mereka membantu bisnis penginapan milik Mr. Abignale.

Mira merindukan mereka, merindukan penginapan itu dan itulah yang membuat sang marchioness sedih. Mira ingin kembali ke sana, membantu Mr. Abignale dengan seluruh kemampuannya alih-alih berada di sini dan menjadi governess dari Arabela.

Yah, tujuan dirinya bersekolah, salah satunya memang agar pantas menjadi bagian keluaga itu. Dan walaupun hanya menjadi seorang governess sekalipun, rasanya Mira bisa menerimanya.

Kemudian Mira bertemu dengan Bastien dan ia tidak bisa menutupi bahwa ia semakin dalam, jatuh cinta kepadanya. Mira pikir perasaan itu akan menghilang dengan mudahnya, namun ia kembali merasa getaran-getaran yang jelas sekali tidak akan terbalas.

Dulu, Bastien selalu menegaskan bahwa Mira adalah adiknya. Jelas tidak ada adik dan kakak yang menjadi sepasang kekasih, bukan?

Mira sudah menyadari hal tersebut. Bahkan Mira pernah menjalin hubungan singkat penuh kekaguman kepada salah satu putra dari pemilik akademi yang Mira tempati. Sampai kemudian...

Mira mengerjap, ingin menghapus bayangan itu dalam kepalanya.

"Apa yang kau pikirkan, Ma Fille?" tanya Jensen lembut. Jensen adalah mantan seorang prajurit dan konon, ia pernah tinggal lama di perbatasan Perancis untuk tahu dengan cukup baik bahasa Perancis. Dan Mira senang ketika Jensen memanggilnya dengan Ma Fille, yang berarti putriku.
Mira menggeleng, mengulas senyum kepada Jensen. Jika saja Mira menceritakan kegundahannya kepada Jensen, ia pasti akan memberikan nasihat bijaknya kepada Mira.

Namun Mira hanya bungkam dan mengatakan tidak apa-apa kepadanya.

"Kau tahu? Aku senang bisa bertemu lagi denganmu," kekeh Jensen riang. "Bagi kami para orang tua, sebuah pertemuan mungkin sama halnya sebongkah permata bagi kalian para orang muda. Hal itu terlalu berharga dan kami tidak akan tahu kapan pertemuan selanjutnya," ujar Jensen dengan mata menerawang. "Kau harus menghargai setiap pertemuan, Ma Fille. Tunjukanlah yang terbaik dari dirimu sebelum ada penyesalan nantinya," ujarnya tanpa memandang Mira. Seolah-olah Jensen berkata kepada langit, kepada udara manis yang bertiup, kepada kelopak bunga yang berguguran.

Bastien Adam [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang