Bastien benar-benar pergi keesokan harinya. Hanya berpamitan kepada sang master, Marquess of Riverdale dan tidak kepada siapa pun selainnya.
Hal itu membuat Phineas terus menerus merengek dan berubah menjadi menyebalkan. Dan Arabela, setali tiga uang dengan Phineas, selalu mengikuti Phineas. Mereka duduk di depan rumahnya, berharap Bastien akan kembali kepada mereka.
Phineas marah, tentu saja. Tetapi ia juga terlihat kecewa dan ia, selalu menahan tangisnya sementara Arabela yang manis telah berhenti menangis dan bermain dengan Daniel jika tidak sedang menemani Phineas.
Mira merasa bersalah. Bukankah secara tidak langsung, dirinya yang menyebabkan Bastien pergi dari sini?
Menarik napas panjang dan mengumpukan tekad, Mira lalu mendekati Phineas. Duduk di sampingnya dan hanya berdiam diri untuk beberapa lama.
"Mir," ujar Phineas setelah setengah jam mereka bergelut dengan pikirannya masing-masing.
"Ya, Phin?" Mira menolehkan kepalanya ke arah Phineas. Mata emerald Phineas tampak berkaca-kaca dan Mira, membuka tangannya. Membiarkan Phineas berada di pelukannya dan menangis.
"Mengapa Bastien pergi, Mir?" tanyanya di antara sedu sedannya. "Apakah dia marah kepadaku, Mir?"
Mira memejamkan matanya. Sekuat tenaga untuk tidak menangis bersama Phineas. "Maafkan aku, Phin," bisik Mira.
Phineas menggeleng. Melepaskan diri dari pelukan Mira dan menatap Mira dengan sedih. "Itu bukan salahmu, Mir. Papa bilang itu adalah pilihan Bastien dan itu membuatku sedih dan takut." Phineas kembali mengusap air matanya yang masih dengan bandel menuruni pipinya.
"Kau tahu mengapa aku takut, Mir?"
Mira menggeleng. Membiarkan Phineas mencurahkan segala kerisauannya.
"Aku takut bahwa kau juga akan pergi seperti Bastien."
Mendengarnya, Mira tidak tahan lagi untuk tidak menangis. Ia lalu merengkuh Phineas sekali lagi di dalam pelukannya dan menggumamkan kata maaf.
"Jangan pergi, Mir," ucap Phineas lagi.
Mira lalu menggeleng di atas kepala Phineas. Bukankah ia memang bertekad untuk menunggu Bastien? Mira sudah memutuskan, hanya saja ia belum mengatakannya kepada Phineas maupun Lady Wilona.
"Aku tidak akan pergi dari sini, Phin."
Phineas menggeleng, lalu mengangguk.
"Papa bilang bahwa akan ada saatnya kau pergi."
"Tidak-"
"Itu saat ada seseorang yang akan melindungimu dan membuatmu bahagia," sela Phineas. "Aku dan papa, akan memastikan seseorang itu pantas bagimu, Mir. Dan saat itulah kau boleh pergi dan berkunjung sesering mungkin kemari," tuntut Phineas.
Mira tergelak. Mencubit kedua pipi Phineas dengan gemas dan membuat Phineas meringis.
"Kau tahu, Phin?"
"Ya?"
Mira menggulum senyum. Melihat manik emerald itu tidak lagi terlihat sedih. "Bastien mengatakan bahwa ia akan kembali. Maukah kau menunggunya bersamaku, Phin?" tanya Mira penuh harap.
Bola mata Phin membola. Ia tampak terkejut dan takjub di saat yang bersamaan.
"Dia bilang begitu?"
Mira mengangguk.
"Dia berjanji kepadamu?"
Wajah Mira memerah, namun ia juga mengangguk.
"Baiklah kalau begitu," senyum lebar menghiasi wajah Phineas. "Aku hanya cemas jika dia marah kepadaku karena memaksanya untuk terus menikahimu, Mir. Dan aku benar-benar tidak menyukai pemikiran bahwa dia akan menikahi gadis lain di luar sana," kata Phineas panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastien Adam [Completed]
Historical Fiction❤ Bastien Love Story [Pertama kali dipublikasikan di akun Hai2017]