Bastien berusaha menahan gairahnya mati-matian. Punggung kudanya yang berderap menuju mansion Torrington membuat tubuh mereka ikut bergerak dan membuat tubuh bagian depannya bergesekan dengan pantat manis dari Mira. Bastien hanya berharap bahwa Mira terlalu polos untuk mengetahui bagian dari tubuhnya yang sudah membengkak di belakangnya.
Ugh. Ya Tuhan.
Ini mungkin sebuah siksaan bagi Bastien. Apalagi aroma azalea dari Mira membuat indra penciumannya hampir saja menumpulkan kewarasannya. Dan kehangatan dari sekujur tubuh Mira yang hanya dibatasi dengan gaunnya, membuat Bastien benar-benar hampir kehilangan kendali dirinya.
Ketika akhirnya mereka sampai di istal, Bastien tidak pernah merasa selega ini. Ia lalu turun terlebih dahulu, menarik Mira kemudian dan masih membawanya dalam gendongannya sementara Jensen mengambil kuda arab yang sebelumnya Bastien tumpangi.
Bastien menyipitkan matanya kepada Jensen yang hanya membuatnya terkekeh. Kemudian dengan cepat membantu Fred yang membawa Sword di belakang kuda arab miliknya.
"Eh, aku sudah bisa berjalan," protes Mira ketika Bastien tidak juga menurunkannya.
Bastien menggeleng, memberikan tatapan peringatan yang membuat Mira bungkam.
"Mir!" seru sebuah suara dan berapa detik kemudian. Seperti topan, sosok itu datang bersama adiknya yang cantik. "Apa yang terjadi?"
Phineas menatap Bastien dan Mira bergantian. Mengerutkan keningnya dan menyeringai lebar.
"Apa itu artinya kalian akan segera menikah?" tanyanya polos dengan mata berbinar.
Di sampingnya, Lady Arabela terpekik dan menggumamkan melody pernikahan yang ia tahu. "Apakah itu artinya akan banyak kue pernikahan, Phin?" tutur Arabela.
Phineas mengangguk. "Banyak sekali kue dan akan ada bayi! Kuharap nanti kau mendapat bayi perempuan karena Mama sudah memiliki Daniel," ujar Phineas polos.
Wajah Mira memerah. Ia berusaha turun dari gendongan Bastien dan kali ini, Bastien mengijinkannya.
"Phin, bukan seperti itu. Bastien hanya membantuku karena aku merasa kurang sehat," jelas Mira pelan. Phin lalu mendongak, kerutan kembali muncul di antara kedua matanya dan ia terlihat panik.
"Apa yang terjadi, Mir? Apakah kau merasa demam?" Phineas lalu melihat sekeliling. Mendorong bangku panjang sebelum ia berdiri di atasnya sehingga cukup tinggi untuk merangkum wajah Mira dan menempelkan kening mereka.
Mira menikmati perhatian Phineas. Dari dulu, Phineas memang seperti malaikat dan ia yakin bahwa kelak, seseorang yang sangat beruntunglah yang akan mendapatkan hati Phineas.
"Kau tidak demam. Apa kau merasa pusing, Mir?" tanyanya sungguh-sungguh.
Mira tersenyum kepada Phineas. Mengecup kedua pipinya sebelum berbalik merangkum wajah malaikat Phineas. "Tadi aku memang pusing, karena itulah Bastien menolongku. Nah, karena kau sudah datang kepadaku, semua pusingku hilang tak berbekas."
Phineas tersenyum sebelum Arabela menarik celananya dan merengek meminta perhatiannya.
"Ada apa?" tanya Phineas ketika ia sudah turun dari bangku tersebut.
Arabela menggeleng. Merentangkan tangannya dan meminta pelukan dari Phineas. "Phineas juga menyayangimu, My little girl," bisik Phineas sebelum melepas pelukannya.Lady Arabela tersenyum dan kedua pipinya merona. Membuatnya berkali lipat menjadi lebih manis dan menggemaskan.
"Ada apa kau kemari, Phin?" tanya Bastien yang sedari tadi hanya menonton adegan penuh haru di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastien Adam [Completed]
Historical Fiction❤ Bastien Love Story [Pertama kali dipublikasikan di akun Hai2017]