Mira bergelung seperti bayi di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Jemarinya masih mengusap bibirnya. Bibir yang sama, yang telah dikecup oleh Bastien, tadi siang. Sesekali ia akan tersenyum dan tersipu, dan di waktu selanjutnya ia akan menangis. Ia takut, teramat takut jika terjadi sesuatu kepada Bastien.
Terakhir kali seseorang mengecup bibirnya, orang tersebut menderita kelumpuhan beberapa hari setelahnya. Alfred, pria itu, putra dari pemilik akademi tempat Mira bersekolah adalah seseorang yang baik, jujur, dan pemberani. Mira menyukainya sebagai teman, meskipun sepertinya Alfred menganggapnya melebihi itu.
Ketika Alfred mengatakan perasaannya, Mira hanya bisa kebingungan. Hatinya masih berada di tangan Bastien, dan sekeras apapun Mira berusaha untuk mengambilnya kembali, Mira tidak kuasa. Pada akhirnya, atas kebulatan tekad dari Alfred, Mira bersedia menerima perasaanya. Berusaha membuat hatinya berlabuh kepada pria itu.
Namun itu tidak berlangsung lama.
Hari itu, mereka ingin mengunjungi Great Exhibition bersama dengan Mrs. Johanson, ibu Alfred. Perjalanan menyenangkan itu berakhir buruk.Kereta kuda itu mengalami kecelakaan, membuat Mrs. Johanson mengalami luka memar di beberapa bagian tubuhnya, sementara Alfred mengalami kelumpuhan karena kakinya yang tertimpa beban berat dari keretanya, dan itu semua untuk melindungi Mira.
Ajaibnya, Mira hanya mengalami sedikit lecet di tubuhnya, membuat gosip mengenai dirinya yang dulu sempat beredar, kembali ke permukaan.
Ia ingat bagaimana masa-masa akhir studinya bagaikan berada di neraka. Tidak ada satu orang pun teman yang mau menyapanya. Bahkan para guru mendiamkannya sementara Mrs. Johanson dan Alfred pergi untuk mengobati kaki Alfred di Skotlandia. Namun Mira juga tidak bisa mengabaikan bisik-bisik bahwa Alfred mustahil bisa berjalan kembali.
Mira ingin bertemu mereka, meminta maaf karena membawa kesialan bagi Alfred dan menawarkan dirinya untuk merawat Alfred seumur hidupnya. Ia sudah berusaha. Menulis surat walaupun tiada balasan dari Alfred maupun Mrs. Johanson. Dan ketika suatu pagi, di hari kelulusan Mira, ia mendapat balasan, Mira hanya bisa menunduk dan menuruti apa yang mereka inginkan. Untuk segera pergi dan tidak menampakkan diri lagi di hadapan mereka.
Saat itulah pula Mira mendapat surat dari Lady Wilona, memintanya menjadi governess bagi Arabela, apa yang memang menjadi alasan Mira pergi lima tahun yang lalu. Dengan hati yang terluka, akhirnya ia pergi ke Mansion Riverdale.
Mira merasakan harapan baru, mengingatkan dirinya bahwa ia memiliki orang yang menyayanginya.
Setelah sampai di kediaman Riverdale, Mira kembali berpikir apakah ia telah melakukan hal yang benar dengan datang kemari. Mira kira, ia tidak akan berdebar ketika bertemu dengan pria itu, Bastien Adam, dan nyatanya, perasaannya justru semakin menguat. Membuat Mira semakin takut dan ketakutan setiap harinya.
"Kau adalah pembawa sial, Miranda! Ayah dan ibumu meninggal karenamu. Kau akan membunuh orang-orang yang ada di sekelilingmu!" hardik Mrs. August ketika Mira masih kecil.
"Dan kau tahu? Seseorang sepertimu tidak bisa merasakan cinta, baik itu dicintai, atau mencintai," Mrs. August tertawa keras. "Karena apa? Kau adalah pembawa sial. Dan pembawa sial, selamanya adalah pembawa sial," desis Mrs. August di akhir kalimatnya. Ia lalu tertawa semakin keras. Menyentak tubuh mungil Mira dan mengurungnya di lumbung tidak terpakai yang lembab.
Mira ingat hari itu. Ketika tubuhnya kedinginan karena hujan yang bercampur dengan angin. Pakaiannya yang tipis tidak mampu melindunginya dan dengan segenap tenaga yang tersisa, Mira melarikan diri. Ia tidak peduli ke mana kakinya akan membawanya. Yang ia ingat, ia hanya terlalu lelah dan tertidur. Kemudian ketika dirinya menemukan lumbung yang terasa hangat. Mira pun tertidur dan terbangun di sebuah kamar hangat milik Mr. Abignale Hurst.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastien Adam [Completed]
Historical Fiction❤ Bastien Love Story [Pertama kali dipublikasikan di akun Hai2017]