Keduabelas

5.1K 228 8
                                    


Leon baru saja sampai di rumahnya dan berbaring setelah mengantarkan Clara pulang. Dia juga bingung kenapa dia mau saja mengantar jemput Clara walaupun itu semua perintah dari Maminya. Biasanya Mami Leon juga sering mendekatkannya dengan anak-anak temannya yang lain tapi selalu saja Leon menolak dengan terang-terangan. Berbeda dengan sekarang dia hanya diam saja tapi bukan berarti dia menerimanya dan juga tidak menolaknya.

Leon menghembuskan nafas berat, sudah tiga hari pula dia selalu memikirkan Clara entah mengapa dia juga merasa bingung. Apa dia sudah menerima pertunangan ini? Bagaimana bisa dia menerimanya, sedangkan dia tidak mempunyai perasaan apapun dengan Clara, atau dia sudah mempunyainya? Tapi itu terlalu cepat.

Terlalu pusing memikirkan itu semua akhirnya Leon beranjak dari kasurnya untuk pergi mandi. Setelah mandi Leon keluar dari kamarnya berniat ingin menonton.

"Leon." Panggilan itu dari Nina.

"Apa Mi?" Kalau bukan karna Maminya dia mungkin tidak akan bertanya.

"Hari ini kamu jemput Clara buat ke butik, kan pertunangan kalian tinggal empat hari lagi." Ucapan Nina membuat Leon menoleh seketika itu juga.

"Bukannya tunggu keputusan dari kami dulu." Perkataan Leon membuat Nina tersenyum dan menghampirinya.

"Gini ya Le, Mami cuma mau yang terbaik buat kamu. Kalo kalian belum saling cinta kalian bisa mulai dekat setelah tunangan. Buat kali ini aja terima pertunangan ini. Nanti kedepannya terserah kalian deh." Nina mengelus kepala Leon layaknya Leon adalah seekor kucing yang harus di manja, merasa risih Leon menjauhkan kepalanya dan mendengus.

"Pokoknya nanti kalian pergi ke butik Mamanya Clara terus baru ke butiknya Mami. Kalo masalah cincinnya biar Mami aja yang ngurus. Oke?" Tanya Nina penuh harap. Leon hanya menanggapinya dengan gumaman.

"Yaudah sana siap-siap." Dengan langkah berat Leon kembali ke kamarnya.

Dilain sisi Clara sedang bermain ular tangga dengan Cleo dan muka Clara sudah di penuhi coretan spidol karna sedari tadi kalah. Cleo hanya mendapat coretan kecil di hidungnya sedangkan Clara mukanya sudah persis seperti kucing garong.

"Ah udahlah Bang mainnya, gue nyerah deh." Clara menghempaskan badannya ke atas karpet berbulu di kamar Cleo.

"Gak enak banget lo dek, lemah banget lu." Cleo sengaja memanas-manasi Clara agar dia mau main lagi.

"Gak ah, main yang lain aja deh."

"Males gua." Cleo pun mengikuti Clara menghempaskan badannya ke sebelah Clara.

"Oh iya kata Mama lo disuruh ke butik hari ini."

"Ngapain coba?" Tanya Clara

"Katanya sih mau coba baju tunangan lo." Ucap Cleo santai membuat Clara terbelalak.

"Seriusan gue bakalan tunangan?" Clara bertanya dengan wajah lesu, baru Cleo ingin menjawab bel rumah mereka sudah berbunyi.

'Tingtong'

"Bang buka sana, Bibik lagi pergi ke pasar." Ucap Clara yang di balas Cleo dengan gelengan.

"Ck, yaudah deh gue aja." Clara berjalan menuju pintu utama, ketika membukanya ternyata Leon yang ada di depannya.

"Ngapain?" Tanya Clara to the point. Tapi bukan jawaban yang Clara dapati tapi muka Leon yang super duper aneh. Seperti menahan tawa tapi karna dia sangat berusaha menahannya jadi kelihatan aneh.

"Lo kenapa sih?" Tanya Clara kesal karna Leon tidak menjawab pertanyaannya. Sepersekian detik Clara masih menunggu Leon yang menahan mati-matian untuk tidak tertawa.

Akhirnya Leon mengulurkan tangannya ke hidung Clara, otomatis Clara mematung mendapat sentuhan dari Leon. Tapi itu hanya sebentar, setelah Leon memperlihatkan apa yang ada di tangannya yaitu bekas spidol dari wajahnya. Muka Clara langsung jadi merah padam.

"Cleoo!!!" Teriak Clara menahan kesal dan juga malu. Karna melihat muka Clara yang merah padam dan juga penuh coretan membuat Leon tertawa lepas, hal itu membuat Clara mematung beberapa saat karna terpesona melihat Leon yang tertawa lepas beribu-ribu lebih ganteng.

Setelah Leon meredai tawanya dia baru tersadar jika Clara sedari tadi memperhatikannya.

"Ekhem."

Muka Clara lebih merah dari yang tadi, dia ketahuan sudah terpesona dengan kegantengan Leon.

Daripada salah tingkah lebih lama Clara akhirnya mempersilahkan Leon masuk.

"Tunggu ya gue cuci muka." Ucapan Clara langsung di hentikan Leon yang berada di sofa.

"Nanti aja." Balasnya.

"Gue kesini disuruh Mami jemput lo ke butik." Ucap Leon dengan kencang dan datar. Tapi untuk Clara mencerna ucapan Leon sangatlah susah mengingat otaknya yang tidak mencukupi asupan jaringan.

"Maksud lo?" Tanya Clara yang membuat Leon mendengus.

"Mami nyuruh gue jemput lo pergi ke butik buat ngelihat baju tunangan kita." Ucap Leon menekankan seluruh suku kata.

"Oh bilang kek dari tadi, ngomong aja ribet." Leon hanya bisa mendengus mendengar perkataan Clara.

"Yaudah gue siap-siap dulu." Clara berlalu ke kamarnya.

Dia mencuci mukanya terlebih dahulu, pergi ke lemari pakaian dan mengambil celana jeans dan baju kaos lengan panjang setelah itu memakainya. Menyisir rambutnya dan menyemprotkan sedikit parfum, mengambil sepatu yang biasa dia pakai. Selesai, simple tapi tetap manis di kenakan oleh Clara.

Clara pergi ke kamar Abangnya tentu saja Cleo yang pintu kamarnya bertuliskan 'Jika tidak mengetok pintu siap-siap saja di makan' begitulah cukup aneh sekali. Tapi Clara tanpa mengindahkan apa yang ada di tulisan itu dia langsung menerobos pintu.

"Bang gue pergi dulu ya sama Leon ke butik." Lalu langsung berlalu tanpa menunggu jawaban dari Cleo.

"Ha?"

Clara hanya cekikikan mengetahui respon Cleo yang sangat jelek.

"Yuk." Ajak Clara pada Leon ketika sudah sampai di bawah.

***

Hai^^ gue balik lagi!!
Jangan lupa Vote and Comment!!!

Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang