PART 6 - SWEET NIGHTMARE

109 19 8
                                    

Being in the darkness never been better than being dark among the lights.
-Author

~~~~~

Amanda duduk termanggu dan meringkuk disudut ruangan seraya mengedarkan pandangan menelusuri tempat nya kini berada, tidak ada apapun disekeliling nya selain kegelapan dan kesunyian yang begitu kelam. Ia mencoba untuk beranjak berdiri dengan mulai menggerakkan kedua kaki nya, namun sia - sia karena tiba - tiba ia seolah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan seluruh anggota tubuh nya. Bahkan, ia tidak dapat merasakan detak jantung serta nafas nya sedikitpun. Amanda semakin mendorong tubuh nya kebelakang hingga rapat pada dinding saat terdengar suara - suara aneh yang lebih mirip seperti dengungan. Suara - suara itu semakin mendekat dan keras seakan ingin menyergap nya, Amanda menutup kedua telinga nya dengan kepalan tangan nya yang kebas. Ia menjerit sejadi - jadi nya sambil meneriakkan kata 'tolong' berkali - kali, sungguh hal yang sia - sia karena tak ada seorang pun yang datang menghampiri nya.

Amanda menurunkan kedua tangan nya saat dirasa suara dengungan yang semula mengganggu nya tak lagi terdengar, namun segera tergantikan oleh sebuah suara derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arah nya. Ia menegakkan wajah nya, menyipitkan mata nya pada sosok yang kini tengah berjalan ke arah nya dengan gerakan yang sangat perlahan. Sosok itu semakin mendekat lalu berhenti tepat di hadapan nya, Amanda menengadahkan wajah nya keatas demi melihat sosok itu akan tetapi penglihatan nya tak dapat menangkap apapun selain bayangan serupa siluet seorang anak kecil yang seperti tengah menatap nya dalam diam. Ia menggerakan bibir nya untuk berbicara, namun sekali lagi entah mengapa dirinya merasa aneh terhadap lidah dan otak nya tak berkoordinasi dengan baik sehingga ia hanya dapat diam membisu.

"Kau hanyalah gadis pemimpi, pengkhayal dan konyol. Seharus nya kau menyesal pernah dilahirkan." Sosok bocah itu berkata dengan nada sarat akan hinaan, dan tiba - tiba segerombolan sosok asing lain nya muncul lalu satu persatu dan mereka ikut berseru pada nya.

"Gadis aneh! Enyahlah! Tidak ada seorang pun yang menginginkan kehadiran mu."

"Dasar bocah sok pintar dan sombong! Kami membenci mu!"

"Pembawa sial!"

Para sosok asing itu terus meneriaki nya dengan kata - kata yang menyakitkan, Amanda merasa dirinya semakin tersudut. Sungguh ia ingin berlari menjauh namun, yang dapat dilakukan nya lagi - lagi hanyalah menjerit sambil menutup kedua telinga nya berharap ia dapat meredam suara - suara mengerikan yang terus mengusik nya.

"Amanda.." sebuah suara setenang telaga memanggil nama nya.

Amanda mengangkat kepala nya dengan gerakan hati - hati untuk melihat ke sumber suara, kemudian melihat sosok itu berdiri diantara kerumunan anak - anak kecil yang masih meneriaki nya. Wajah nya begitu jelas dan teduh, sejenak Amanda tergugu hingga sedetik kemudian ia mulai mengenali sosok pria itu. Justin. Pria itu tersenyum, mengulurkan sebelah tangan nya pada Amanda yang masih terdiam.

"Don't cry princess, i'm here for you. Just grab my hand, then i'll take you go." Justin menjulurkan tangan nya pada Amanda sambil melangkah sedikit lebih maju.

Amanda mengangkat tangan nya untuk menyambut tangan Justin, hanya tinggal beberapa senti kulit nya menyentuh tangan Justin namun, tiba - tiba seseorang menarik pria itu menjauh dari hadapan nya. Amanda tersentak begitu pula dengan Justin, orang itu menarik Justin sambil menggelayutkan lengan nya pada milik Justin lalu menyandarkan sisi wajah nya pada bahu pria itu. Dan orang itu adalah Candice.

Candice tersenyum lebar sambil terus memeluk lengan Justin erat, sedetik kemudian senyuman nya berubah menjadi seringaian licik yang ia tujukan pada Amanda. Amanda mengernyit, tidak mampu menampung rasa sakit hati nya yang semakin besar saat menyaksikan pria yang dicintai nya begitu dekat dengan kakak nya sendiri.

Loving You (Justin Bieber) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang