TC21

1.8K 104 3
                                    

Sudah seminggu Prilly koma, dan seminggu pula Ali tak pernah meninggalkan Prilly dirumah sakit. Padahal baik orangtuanya maupun orangtua Prilly sudah sering kali menawarkan untuk menjaga Prilly bergantian, tapi bukan Ali namanya kalo tidak keras kepala.

Rencananya siang ini si baby sudah boleh pulang, karena kondisinya yang memang sudah sangat baik.

Cklekk

"Mah?"

"Eh li, ini mama bawa baby kesini sebelum dibawa pulang" kata mamer Ali nyamperin

"Iya mah, hay baby sayang... sini nak gendong daddy" jawab Ali mengangkat tangannya ingin menggendong baby

"Ehh... Ali bisa nggak gendongnya?"

"heheee... coba dulu ya mah, Ali mau belajar gendong baby"

"Yaudah sini mama bantuin, gendong bayi yang baru lahir itu beda sama gendong bayi yang usianya udah setahun. Gini nih... pegang tengkuknya dulu pake tangan kiri terus tahan, abis itu punggungnya tahan pake tangan kanan. Coba pelan2" mamer Ali ngejelasin caranya gendong bayi, ini yang pertama Ali gendong baby setelah kemarinnya menggendong karna harus mengazani. Pas kemarin waktu ngazanin si baby juga dibantu sama susternya.

"Empuk ya mah kepalanya, hhehe... sayang, liat deh baby ganteng kan?" Ali deketin baby sama Prilly. Ali sangat berharap semoga dengan kehadirannya baby bisa membuat Prilly membuka matanya.

Tapi lagi2 nihil, sudah sering sekali Ali membawa baby keruangan Prilly tiap pagi malah. Padahal dokter melarangnya, karena ruangan Prilly steril takutnya baby juga ikut terkena firus kn namanya masih bayi baru lahir. Maksud Ali sh buat mancing, siapa tau dengan kehadiran dan tangisan baby bisa bikin Prilly sadar dari tidur panjangnya.

"Yaudah li, seperti biasa dokter cuma ngasih waktu 10 menit. Takutnya malah ditegur lagi kaya waktu itu, mending mama bawa babynya keluar sekarang yh" emang benar, hampir tiap hari Ali kena teguran dari dokter gara2 bawa baby masuk keruangan Prilly terlalu lama. Padahal dokter udah ngasih toleransi meskipun nggak dibolehin dokter masih berbaik hati ngasih waktu sehari 10 menit, tapi tetap  aja Ali nambah-nambahin waktunya.

"Yaudah deh ni mah, dari pada ntr baby nggak boleh lagi jengungim mommy ya sayang. Mmmmm emesiiiinnn banget cih jagoannya daddy" balas Ali sambil menciumi seluruh wajah baby sebelum diberikan ke mamernya.

Baby, sebenarnya itu bukan nama bayi Ali sama Prilly. Cuma pnggilan aja, Ali belum mau memberi nama jagoannya itu sebelum Prilly siuman katanya. Akhirnya mereka sepakat memanggil bayi AliPrilly dengan sebutan baby.

"Daddy, mommy, baby pulang kerumah oma dulu yh. Mommy cepat sembuh biar bisa main sama baby, daaahh mommy..."
mama Prilly pamit membawa baby pulang kerumahnya.

Iya untuk sementara ini baby tinggal sama mamanya Prilly dulu, kalo dirumahnya mama Ali ada Vano sama istrinya yang kebetulan lagi main dari kemarin. Setelah menjenguk Prilly kemarin Vano nggak langsung pulang karena kebetulan lagi long weekend juga, Jadi mereka nginep dirumah mamanya Ali. Anaknya Vano sudah berusia 7 bulan, lagi ngegemes-gemesinnya mama Ali aja sampai minta Vano buat tinggal dirumah dulu pengen main bareng cucu katanya. Makanya si baby sepakat tinggal dirumah mama Ali dulu untuk sementara waktu Prilly belum sadar dari komanya.

Mama Ali sh oke oke aja baby tinggal dirumahnya, cuma kata Ali mendingan dirumah mertuanya aja deh supaya kalo mau jenguk mommy nya dirumah sakit nggak jauh.

"Hati2 mah" pesan Ali

Selepas mamernya pamit membawa baby, Ali menemani Prilly siruangannya.

****

Sebulan sudah Prilly terbaring lemah dirumah sakit dengan bantuan alat2 medis untuk menunjang kesehatan serta asupannya.

Dan selama sebulan ini juga Ali tak pernah meninggalkan Prilly barang sedetikpun, baby masih dirumah mamanya Prilly diurus oleh omanya. Kadang juga mamanya Ali yang kerumah mama Prilly.
Ali sengaja cuti dari rumah sakit untuk menemani Prilly, dia nggak pernah mau ada orang lain yanh menjaga Prilly. Perhatiannya pada baby pun sekarang berkurang, mungkin karena efek sedih yang berkepanjangan. Ali jadi melupakan segalanya, melupakan orang2 disekitarnya.

Cklekkk

"Li..." pintu ruang rawat Prilly terbuka, ternyata Vano dateng sama Syla istrinya.

"Eh, bang. Ka Syla"

"Li, sebaiknya lo pulang aja dulu. Ganti baju, makan, mandi. Lecek banget muka lo" ucap Vano prihatin.

Selama Prilly koma, Ali memang mengabaikan dirinya sendiri. Makan aja kalo nggak ada yang maksa nggak mau makan, wajahnya yang dulu halus terawat sekarang ditumbuhi bulu2 halus dan jerawat. Gimana nggak jerawatan, orang mandi aja dua hari sekali. Itu juga mandinya asal, boro2 sempat bersihin kumis sama jenggot wong mandinya cuma lima menit langsung kabur lagi kerumah sakit.

"Nggak bang, gue mau disini aja nemenin Prilly. Gue nggak mau pas Prilly bangun gue nya nggak ada" balas Ali lirih

"Prilly mana mau bangun kalo lo nya kaya gini, liat noh muka lo banyak jerawat, terus kumis sama jenggotnya nggak terawat kaya gitu. ih kalo gue jadi Prilly juga ogah liat suaminya makin jelek kaya gini" kata Vano membujuk. Iya sh kata-katanya ngejelek jelekin, kalo aja Ali nggak lagi dalam kondisi gini pasti udah mencak2 nggak terima diledekin gitu. Tapi Ali juga paham Vano ngomong kaya gitu bukan bermaksud mau menjelek jelekannya tapi mau membujuk supaya Ali semangat, nggak sedih terus kaya sekarang.

"Iya li, mendingan kamu pulang aja yah istirahat. Biar kakak sama bang Vano yang nemenin Prilly disini" kata Syla yang coba membantu membujuk Ali supaya mau pulang istihat.

"Nggak usah ka, Ali mau disini aja nemenin Prilly" balas Ali tersenyum tipis

"Li, lo kenapa sh? Kalo Prilly liat lo kaya gini pasti dia juga ikutan sedih. Udah dong lo jangan nyiksa diri lo sendiri kaya gini, inget ada baby yang juga butuh perhatian dan kasih sayang dari lo. Cukup kasih sayang dari mommy nya aja baby nggak bisa dapetin untuk sekarang, lo jangan nambah-nambahin lagi" bentak Vano dengan nada meninggi. Vano cuma nggak mau adiknya terus-terusan larut dalam kesedihan, ada baby yang membutuhkannya.

"Tapi bang, gue cuma mau Prilly bangun bang. Gue cuma mau buktiin ke dia kalo gue nggak akan ninggalin dia, gue nggak akan ngebiarin dia sendiri"

"Prilly koma kaya gini, semua gara2 gue bang. Gue mau nebus kesalahan gue" tangisan yang sadari tadi Ali tahan pecah juga akhirnya.

Ali nangis sejadi-jadinya, nggak kuat rasanya ditahan lagi.

"Udah li, udah. Lo jangan ngomong kaya gitu, ini bukan salah siapa2 tapi ini takdir. Lo nggak bisa nyalahin takdir" balas Vano menenangkan sambil memeluk adiknya itu. Selama ini Vano belum pernah liat Ali serapuh ini, waktu dulu ngedenger Prilly dijodohin aja nggak sekacau ini. Tapi liat sekarang, seorang Aliandito Assyarief menangis, rapuh, bahkan keadaanya pun sangat kacau. Bohong kalo Ali bilang baik2 aja, nyatanya nggak ada yang baik2 semenjak Prilly koma.

"Dek, gue tau lo sedih. Gue juga paham lo merasa bersalah atas semua kejadian ini, tapi apa dengan penyesalan lo yang nggak ada gunanya ini bisa memutar balik waktu? Apa bisa dengan lo nyiksa diri lo sendiri Prilly akan sadar? Nggak... Prilly malah akan marah sama lo, Prilly pasti kecewa sama lo karena nggak bisa jaga diri lo sendiri disaat dia lemah tak berdaya kaya gini. Prilly juga akan marah kalo sampe tau lo mengabaikan baby karena ke egoisan lo"

"Hiks hiks... terus apa yang harus gue lakuin bang supaya Prilly bangun" tanya Ali sesegukan.

Mana Ali yang tengil? Mana Ali yang pecicilan? Rasanya nggak ada cowok-cowoknya Ali nangis gini. Tapi yaaa itulah namanya orang sedih, namanya orang lagi dalam kondisi nggak baik2 aja. Mau cewek atau cowok pasti menangis, jangan dikira cowok nangis itu lemah, tapi cowok nangis itu luar biasa. Apa lagi nangis untuk istrinya sendiri.

"Yang bisa lo lakuin cuma berdoa... jaga baby, jaga diri lo sendiri. Gue yakin pas Prilly bangun nanti dia pasti senang liat lo bisa ngejaga orang2 yang dia cintai"

"Sekarang lo pulang dulu, terus mandi, makan. Dan jangan lupa kesalon cukur nih rambut, kumis, jenggot. Emang lo mau apa kalah ganteng sama gue? Sono buruan pulang" lanjutnya sambil mendorong Ali pelan keluar dengan nada bercanda.

*****

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang