Ketika menginjakan kaki untuk pertama kalinya di ruangan VIP dari restoran terkenal itu, orang pertama yang ia lihat adalah ayah dan ibu James. Segera setelah bertemu tatap, Erina memasang senyum rindu terbaiknya untuk mereka.
Lelaki dan perempuan paruh baya itu adalah orang yang sudah tidak asing lagi untuk ia ajak berbicara, mengingat dulu waktu masih berpacaran Erina sangat sering datang ke rumah James untuk sekedar menyapa atau menerima ajakan James kala itu.
Erina pertama kali membalas salaman dari sang ayah dengan penuh hormat, lalu tubuhnya beranjak untuk mendekat ke wanita paruh baya di sebelahnya untuk menyapa beliau.
Selagi yang lain saling menyapa, Erina dan Grace--calon mertuanya tenggelam dalam rindu. Mulut mereka telah banyak mengucapkan hal-hal yang membangkitkan banyak kenangan.
Sudah hampir 10 menit berlalu, tapi James belum juga menampakan batang.hidungnya. Bahkan bola mata Erina senantiasa bergerak menyapu ruangan itu untuk mencari kehadiran sang mantan.
"Maaf, James masih belum datang. Sepertinya meetingnya belum selesai, tolong dimaklumi." Seakan tahu apa yang ada di benak Erina, pria paruh baya yang tidak jauh berdiri darinya itu menginformasikan mengenai kehadiran James yang mungkin akan terlambat.
Mereka semua beralih untuk mengambil tempat mereka di kursi masing-masing setelah tadi cukup lama berbincang-bincang. Erina masih duduk dengan gelisah, keterlambatan James kala ini hanya membuat kecemasannya semakin memuncak.
5 menit setelah makanan telah datang, James baru terlihat menginjakan kakinya pada ruangan ber-AC tersebut. Erina tidak merespon, ia salah tingkah.
James yang sekarang tampak jauh lebih tampan. Bahkan meskipun tertutup dengan tuxedo hitam mahal tersebut, badannya tetap terlihat kekar dan kuat. Bahunya menjadi semakin lebar dari terakhir kali Erina melihatnya, dan James menjadi lebih tinggi sehingga Erina tampak mungil bila berada di sampingnya.
Rambut hitamnya yang di naikkan ke atas dengan wax membuat tampilannya lebih berkarisma, garis wajahnya yang tegas jugamembuat semua wanita seakan terhipnotis dalam pesonanya.
"Maaf, terlambat. Tante, om, kak." Setelah memohon maaf atas keterlambatannya, James terlihat menyapa keluarga Erina dengan senyum manis yang terukir di bibirnya. Bahkan kepalanya sedikit ia anggukkan untuk memperlihatkan kesopanannya.
Tatapan mata James setelah itu telah terkunci pada sosok Erina yang menundukan kepalanya ke bawah, menatapi jemari-jemari lentiknya yang bertautan satu sama lain.
James mendekatkan dirinya, seketika aroma maskulin khas seorang pria menyeruak ke hidung Erina. Semakin salah tingkah, Erina makin menundukan kepalanya ke bawah. Jemarinya bergerak gelisah seiring James yang mendekat hingga sekarang berdiri tepat di sampingnya yang sedang duduk.
"Hai." Suara itu membuat Erina seketika menaikkan kepalanya. Selama satu detik ia kembali mengagumi sosok James yang memang semakin tampan bak dewa yunani. Senyuman manis di bibir James belum berubah, menghadirkan rasa hangat pada dadanya.
Namun Erina dengan cepat mengenyahkan perasaan melankolis itu. Ia tersenyum singkat kemudian langsung mengalihkan perhatiannya pada piring di hadapannya.
Ia bisa melihat melalui ujung matanya, James beranjak untuk menarik kursi di sebelahnya lalu menduduki kursi tersebut dengan santai. Tangannya kemudian beralih untuk mengambil salah satu makanan yang tersaji di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married My Ex
RomanceMENIKAH DENGAN MANTAN?! "Percayalah, menikah denganmu tidak berada pada urutan terakhir dalam daftar keinginanku. Karena menikah denganmu, sama sekali tidak berada pada daftar keinginanku" -Erina Alfeeriana Bagaimana bila kamu dinikahkan dengan sese...