08 : Membulatkan Tekad

1.3K 81 7
                                    

<< preview

Erina membuka matanya kembali setelah kecupan itu terasa menghilang, lalu ia mendapati wajah James yang sangat dekat dengan wajahnya, hinggamereka bisa saling merasakan nafas satu sama lain.

"Itu cukup untuk me-recharge energiku. Good night." Katanya tulus sambil menatap Erina tepat pada matanya, senyum itu adalah senyuman yang sangat tulus, namun juga seperti senyuman yang berisikan kepedihan dan kerinduan.

Membuat Erina sekali lagi merasakan sesuatu yang tidak seharusnya ia rasakan, tidak selama dengan James.

Matanya sibuk menelusuri netra indah James mencari-cari, apakah perasaan James padanya nyata atau sekedar bualan belaka. Tapi Erina sadar, mata dan senyum itu, mengantar Erina kembali kepada James di masa lalu, waktu seketika terasa berjalan amat lambat. Melihat James yang seperti ini, membuatnya merasakan sesuatu yang familiar.

Erina tau dalam hatinya, bahwa perasaan itulah yang dikenal dengan nama rindu.

--

Setelah Erina menutup pintu mobil, James langsung bersandar di kursi mobil, wajahnya merah padam dan ia berusaha keras untuk menahan senyum bahagianya. Tangannya ia gunakan untuk menutup aajahnya karena merasa malu akan apa yang baru saja ia lakukan.

Setelah James melihat Erina sudah masuk rumah dengan aman, barulah ia menancap gas untuk pulang. Bahkan, disepanjang perjalanan pulang, ia masih merutuki dirinya sendiri. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, kebahagiaannya lebih besar daripada kecemasannya.

Terlebih ketika James sudah bersiap untuk menerima amukan Erina, atau untuk kasus terburuk ditampar, tapi itu tidak terjadi. Ia hanya dapat mereka ulang wajah Erina yang terlihat terkejut, seberapa menggemaskannya Erina bagi James.

"Sepertinya, ada kemajuan."

--

Erina masih berbaring di atas kasur dengan tersenyum riang. Matanya sibuk membaca komentar-komentar positif tentang dirinya dalam iklan parfum tempo hari.

Jujur saja, Erina benar-benar tidak menyangka debut pertamanya sebagai bintang iklan akan semulus ini, terlebih respon warga benar-benar positif. Manajernya juga dari tadi tidak berhenti mengoceh mengenai betapa bangganya ia sebagai manajer Erina.

"Hentikan, hentikan. kepalaku benar-benar akan bertambah besar sekarang."

"HAHAHAHA, kepalaku sekarang bahkan sudah lebih besar daripada kepalamu, padahal kamu yang terkenal."

Erina hanya mendengus geli, ia kembali menscroll kolom komentar.

'astaga dia cantik sekali!'

'aku tidak pernah melihatnya, kupikir Joe.M benar-benar cari mati untuk merekrut orang tidak terkenal, tapi dia benar-benar diluar ekspetasiku sekali!'

'Oh dia adalah model majalah dan pakaian ReBannon, dan dia memang sangat menabjubkan!'

'Dia harus segera debut sebagai aktris! Aku akan menunggunya!'

Erina masih menjelajahi kolom komentar, sebelum akhirnya suara Leira memenuhi otaknya, memaksanya mereka ulang apa yang terjadi antara dia dan James 2 hari yang lalu.

"Oh iya omong-omong gimana si James itu? Kalian masih saling bertemu?"

"ya?" kata Erina sedikit terkejut akan pertanyaan yang tiba-tiba itu.

"Ah, dia itu benar-benar mengesalkan. Mengingat wajahnya saja sudah sangat menjengkelkan."

"Rin?" Lanjut Leira ketika sadar Erina tidak menjawab apapun.

"hah? oh iya, aku.. ada urusan. Aku tutup dulu ya, bye!"

Dengan tergesa Erina menutup teleponnya, dan membanting kecil ponselnya di atas kasur. Wajahnya memerah, "Gila kenapa aku kepikiran lagi sih?! Terus kenapa aku tutup mata? Kenapa aku ga marahin dia?! ARGHHHH!"

Ia mengacak kasar rambutnya, lalu menutup wajahnya yang mungkin dengan tangan.

Baru saja Erina merasa tenang, notifikasi ponselnya berbunyi, dan ternyata James mengiriminya pesan.

James Arthur

Rin

Erina Alfeeriana

ya

James Arthur

Aku udh liat hasil iklanmu

komentarnya juga bagus-bagus

I'm proud of you🖤

Erina Alfeeriana

ok

James Arthur

ayo dinner bareng, my treat

kujemput ya, nnt malem?

Erina Alfeeriana

g usah

Erina lalu mematikan ponselnya dan pergi untuk sikat gigi, melakukan rutinitas paginya. Sejujurnya ia merasa bersalah memperlakukan James seperti itu, tapi ia harus. Kalaupun pernikahan ini dipaksa, ia tidak berniat untuk melabuhkan hatinya kepada James lagi.

--

Helaan napas berat terdengar dari James, matanya masih menatap lekat percakapan singkat antara dia dan Erina barusan. Ia sangat rindu Erina, padahal baru tidak bertemu selama satu hari.

"Aku benar-benar merasa ada harapan kemarin lusa Rin, tp apa ini, kamu terus menerbangkanku untuk membiarkanku terjatuh."

Sekali lagi ia menghela napas, ia tidak mau lagi melepaskan Erina. Ia bertekad akan memberi tahu semua kesalahpahaman yang terjadi di masa mendatang, ketika Erina sudah kembali percaya dengan dia. Karena memang tidak akan ada artinya unyuk memberi penjelasan ketika bahkan rasa percaya tidak ada, itu hanya membuatnya seperti pria brengsek yang mencari-cari alasan.

"Tapi aku nggak akan mundur lagi. Mau kamu melemparku 100 kali pun, aku akan berusaha 101 kali. Kali ini, aku benar-benar tidak akan melepasmu lagi. Aku tidak akan menjadi pengecut seperti dulu. Karena aku yang menggoreskan luka padamu, aku yang akan mengobatimu, aku yang akan menghapus air matamu, dan aku yang akan membuatmu tersenyum kembali. Tunggulah Rin. Perasaanku padamu itu nyata."

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang