05 : Rahasia hati

2K 112 9
                                    

preview <<

Mungkin sekilas ia terlihat seperti melindungi Leira, tapi nyatanya apa yang ia lakukan sekarang ia lakukan demi Erina. Bila saja Pria paruh baya yang botak itu bisa membicarakannya baik-baik dan tidak mengomel dengan suara keras seperti itu, ia pasti tidak akan mengutus tangan kanannya untuk membantu Leira.

"suaranya keras sekali, bisa-bisa ia membangunkan Erina!" Batinnya kesal, lalu segera mengalihkan tatapan membunuhnya dari sana kembali ke Erina. Seketika tatapannya melembut lagi dan memancarkan kecemasan yang mendalam, lalu ia menggerakan kepalanya untuk mencium puncak kepala Erina.

--

Erina meringis pelan lalu membuka matanya, menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit sebuha ruangan yang berwarna putih. Hidungnya mencium bau yang sangat khas dari obat-obatan.

Selanjutnya, ia mendengar suara dua orang yang saling berbicara. Karena itulah ia menolehkan kepalanya ke kanan, hendak melihat darimana sumber suara itu berasal. Saat itu jugalah ia melihat James yang tertidur dengan posisi duduk. Saat ini kedua tangannya menjadi alas bagi wajahnya untuk tertidur, posisinya terlihat seperti siswa yang tertidur di atas meja sekolahan.

Suara pintu terbuka secara perlahan, terlihat Leira yang merupakan manajernya menghampiri dirinya yang sudah terbangun.

"Kamu sudah bangun?" Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Leira, namun bukan jawaban yang ia dapat, melainkan sebuah pertanyaan lain dari Erina.

"Kenapa aku bisa ada di sini? Dan kenapa ada dia?" Erina menunjuk James sebagai sosok 'dia' yang ia tanyakan.

"Kamu lupa? Kemarin saat kamu pemotretan, kamu jatuh pingsan. Lalu jangan tanya lagi kenapa James ada di sini, aku saja baru tahu kalau ternyata kamu sudah punya calon suami?" Jawaban sekaligus pertanyaan dari Leira terdengar sarkas dan menuntut, sekilas tampak kecewa karena Leira yang merupakan manajernya selama bertahun-tahun tidak diberi tahu mengenai hal sebesar itu.

Karena perkataan Leira juga, potongan demi potongan memori semalam seakan kembali ke otaknya.

Suara dari pria botak yang cukup keras itu kemudian membangunkan Erina, ia terlihat tergesa setelah beberapa detik seakan memproses apa yang sedang terjadi.

Setelah meyakinkan Leira yang memang ingin pemotretan dihentikan berhubung kondisi Erina tidak memungkinkan dan juga James yang juga berharap agar Erina izin pulang cepat saja untuk memulihkan diri, pemotretan tetap dilanjutkan.

Beberapa jam berlalu, sisa waktu pemotretan tadi berjalan lancar. Sesaat setelah Erina telah menghapus makeup dan mengganti bajunya, Erina tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri beberapa meter dari James yang memang hendak menghampirinya. Setelahnya, ia sudah tidak mengingat apapun lagi.

"Argh," erangnya kecil. Ia tidak menyangka akan terjadi sebuah hal memalukan seperti itu.

"Dare to say something?" Lanjut Leira menuntut Erina untuk menjelaskan segalanya. Sedetik kemudian James terbangun, lalu hal pertama yang dilakukan olehnya adalah melihat Erina.

Tau Erina telah terbangun, James seakan segera tersadar lalu serentetan pertanyaan ia layangkan, membuat Erina risih dan Leira terkekeh geli.

"Maaf, tapi apakah anda keberatan bila saya selaku manajernya meminta waktu berdua dengan Erina?" Katanya kemudian kepada James secara formal.

"Tidak, ia baru saja bangun setelah pingsan, dan anda sudah akan membiacarakan sesuatu mengenai pekerjaan dengannya?" James terdengar dingin mengucapkan kalimat itu, wajahnya terlihat terganggu dan tidak suka--sangat berbeda dengan sikapnya tadi di tempat pemotretan.

"Baiklah, saya hendak berbicara dengannya sebagai seorang sahabat, bukan manajer. Saya juga tidak ingin membicarakan masalah pekerjaan sama sekali." Walaupun bahasa yang digunakan oleh Leira terdengar sopan dan formal, sikapnya sama sekali tidak serupa. Ia memutar bola matanya malas ketika berucap tadi.

Setelah beberapa kali menimbang, James dengan perlahan beranjak dari kursinya msngingta Erina juga meminta apdanya waktu berdua dengan Leira.

"Baiklah kalau begitu, jangan sampai anda mengingkari perkataan anda barusan." Tetap khas seperti dirinya, dingin namun keren. Lalu ia menghadap ke Erina, "Aku tunggu di luar," Senyumnya sangat indah, lalu usapan lembutnya di kepala Erina berhasil membuat Erina berjuang keras untuk menahan senyumnya.

Sesaat setelah pintu tertutup rapat, Leira cukup menaikan satu alisnya untuk membuat Erina menceritakan semuanya mengenai kejadian semalam.

"Jadi ia mantanmu, dan kalian akan menikah 3 bulan ke depan?" Erina hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang satu ini.

"Kamu masih menyukainya?"

Terlihat sedikit terkejut selama 1 detik, ia berhasil menguasai dirinya kembali detik berikutnya. "Tidak, aku membencinya."

Kalimat itu terdengar menusuk dan penuh penekanan. Tapi walaupun intonasinya berkata demikian, matanya sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Untuk beberapa alasan, ia terlihat bimbang, ragu, rindu, dan..

Cinta.

Ya, masih sangat tampak bahwa Erina masih mencintai James. Hanya saja mungkin kesalahan yang pernah dilakukan oleh James di masa lalu membuat Erina merasa takut. Mungkin juga gengsinya terlalu besar untuk mengakui pada dirinya sendiri bahwa masih ada rasa cinta dalam benaknya.

Jujur saja Leira sedikit prihatin dengan kondisi Erina, ia sudah tidak pernah lagi melihat kondisi Erina yang seperti ini, selain saat Erina yang pertama kali memberanikan diri menjadi model dulu.

Erina yang biasanya selalu terlihat tegas, namun tetap lembut. Ia tidak pernah kehilangan auranya seperti saat ini. Berkharisma dan berpendirian teguh adalah hal yang paling umum menonjol pada diri Erina, tidak seperti sekarang yang terlihat lesu secara mental.

"Baiklah, beristirahatlah. Terlalu stress tidak baik bagimu, apalagi mengingat pekerjaanmu sangat tidak memungkinkan untuk kau jalani dengan kondisi seperti ini." Leira berkata secara halus, seperti seorang kakak yang mengkhawatirkan adiknya.

Lalu ia segera berjalan menjauh, setelah ia berbicara, "aku saja tahu, apalagi kamu. Kalau cinta, tidak perlu berbohong pada dirimu sendiri. Cobalah terbuka dan dengarkan dia, mungkin ia punya alasan yang kuat dibalik hal yang dulu pernah ia lakukan dan membuatmu benci dengannya."

"Setelah itu, baru kamu boleh menghakiminya, apa ia masih pantas untuk mendapatkan cintamu atau tidak." Lanjutnya.

Erina tersenyum tipis, ia juga tahu di dalam hatinya masih ada rasa itu. Ia juga atau kalau manajernya ini tidak bisa dibohongi semudah itu.

"Melakukan tidak semudah berbicara." Katanya lirih, yang membuat Leira menghentikan langkahnya.

"I know it's not easy, but at least, it's worth to try."

TBC
Athor's note :

I

'm back guys! Sorry for the hiatus ya! Actually for some reason aku sempet berpikiran untuk tidak melanjutkan cerita ini, dan semua cerita wpku.

Bahkan ini aplikasi sempat kuhapus guys, sempat udah nggak ada di hapeku selama berbulan-bulan. But thanks to you yang memang udah baca cerita aku, like cerita aku, dan comment di cerita ini.

Aku rasa, itu cukup menjadi alasan yang kuat bagiku untuk ngelanjutin cerita ini, hehe. Buat yang mungkin sudah lupa, bisa kalian coba untuk baca dari awal ya guys, mumpung chapternya blm banyak (really sorry).🙃

Thanks buat yang udah tunggu, sori buat yang udah rindu.

Married My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang