Ku ucapkan selamat malam untukmu, mawar ku yang merah merona pada setiap kuncup nya yang bergoyang mengikuti tiupan angin malam. Salam dari ku, dedaunan yang jatuh dan berlubang, kusam, menghitam.
Aku sangat yakin, kabar mu pasti sebaik keindahan mawar yang sedang mekar, mempesona, mengagumkan. Dan Aku sangat tidak yakin, kau masih bisa mengenaliku saat ini yang tidak pernah kau hiraukan dulu. Aku tahu, pengagum mu berbaris panjang di luar sana, menanti keindahanmu dan pesona mu. Termasuk diriku.
Pagi pun kembali menyinari, membangunkanku dari ilusi indah akan hadirmu semalam. Berganti hari, berganti waktu dan masih dengan perasaan yang takkan berubah. Mengagumi seseorang seperti dirimu memang menyebalkan, seperti bius yang tidak bisa ku tahan, seperti candu yang berlebihan, dan juga mematikan.
Teringat begitu saja saat jumpa pertama, tanpa permisi kau seenaknya masuk dan buatku terpana. Apa rahasia mu? Senyum lebar milikmu, ya memang itulah senjata andalan mu. Seperti dipaksakan, namun memberi kedamaian sesaat.
Cinta, kenapa dirimu harus serumit ini. Kenapa harus berlabuh padanya, kenapa aku tidak bisa menolak untuk rasa cinta? Aku selalu beranggapan, rela menunggu ketidakpastian bukanlah kebodohan. Itu hanyalah teguh pada pendirian.
Pikirku penuh tanya, apakah rasa ini hanya kebetulan lewat tak sengaja. Membingungkanku saja, padahal baru membayangkannya saja terasa kebahagiaan tanpa tepi. Tetapi ku tetapkan niatku, mudah saja untukku mengagumi seseorang seperti dirimu tapi tidak jika ku ingin menggapaimu.
Apalah dayaku, apa kemampuanku, apa keistimewaan ku. Dibanding dengan sekuntum mawar yang mekar dengan indahnya, diharapkan oleh seikat rumput liar yang telah terinjak-injak.
Menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Senja(END)
PoetrySajak-sajak yang sempat terpendam, namun tak sempat terungkap. Hanya bisa menjadi rangkaian aksara, yang lama kelamaan sirna.