Dan lagi, hujan membasahi dunia yang indah ini. Dan lagi juga, kita sedang duduk berdua di teras rumahmu sore ini. Membicarakan banyak hal tentang cinta, sudah menjadi makanan pokok ku setiap mendengarkan cerita seru mu.
Katamu, cinta itu indah layaknya batu permata yang berkilau. Katamu, cinta bisa membuat buta akan hal apapun termasuk harta. Katamu, pengorbanan cinta juga diperlukan. Katamu juga, harus terlihat sempurna akan adanya cinta untuk selamanya.
Aku ingin tahu, seperti apa keindahan yang sedang kau coba gambarkan kepadaku. Bagian manakah yang kau sebut indahnya cinta?
Kini, biarkan giliranku berbicara cinta.
Kau datang hadirkan cinta, ketika ke-empat mata bertemu, bertatap menyapa. Malu, namun hati ini sangat ingin mengetuk hatinya. Ingin ku ukir senyum di wajahnya, walau hanya dengan kekonyolan belaka. Perkenalan itu sangat singkat, mungkin lebih mirip disebut kebetulan.
Berteman denganmu, itulah satu-satunya caraku mendekatimu diam-diam. Mengapa? Karena aku tak ingin terlihat sangat menginginkanmu. Kenapa begitu? Ya, aku yakin dengan begini aku takkan terlihat murahan menginginkan cintamu. Tak perlu kau menjadi yang tercantik, hanya karena ingin dipuji. Tetapi jadilah baik, walaupun kebaikan itu sendiri tak pernah dihargai.
Karena menurutku cinta itu bukan hanyalah sebuah kata-kata rayuan dan bunga-bunga, tetapi juga rasa terbiasa. Terbiasa akan perhatian, cerita, canda dan tawa bahkan duka bersama. Aku sangat ingin memberikan sebuah sesuatu yang akan berkesan di hidupmu, itu hal yang sulit namun akan ku coba. Tidak, lebih baik ayo kita jalani saja selama kedua tangan menggenggam erat bahkan batu yang besar pun takkan bisa jadi penghalang jalan kita.
Percayalah, Aku punya cara yang sederhana untuk mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Senja(END)
PoetrySajak-sajak yang sempat terpendam, namun tak sempat terungkap. Hanya bisa menjadi rangkaian aksara, yang lama kelamaan sirna.