Bab I

3.9K 252 2
                                    

Naruto ain't mine.

Drama - Hurt/Comfort - Fantasy

.

.

Hinata hanya bisa menghela napas dengan apa yang dilihatnya. Orang yang amat dikasihinya tak akan pernah bisa menjadi miliknya. Hatinya sakit saat mendengar langsung dari mulut lelaki pujaannya jika ia mencintai dan hendak mengajak berkencan gadis cantik yang juga merupakan sahabat Hinata dan pemuda itu.

Tubuhnya kaku tapi kemudian mulai gemetar. Hatinya terasa seperti dihunjam belati. Semudah itukah melupakan lelaki yang sudah cukup lama dikasihinya sepenuh hati?

Hinata ingin sekali menangis, tetapi tak ada air mata yang mau memberi kelegaan untuk melepaskan patah hatinya. Sebab lebih baik menangis tersedu daripada berdiam diri dan berpikir untuk mati. Benar, di kepalanya mulai dipengaruhi untuk bunuh diri. Namun ia masih cukup sayang pada dirinya sendiri karena pikirnya, ia pasti bisa melewati masalah ini. Toh, selama lelaki yang dicintainya bahagia, Hinata pun bisa ikut bahagia.

Semoga.

Hanya ... perasaan memang tidak bisa dibohongi. Lidah bisa saja berkelit mengatakan baik-baik saja dan mengumbar kata-kata 'Aku juga bahagia', tapi apa yang dirasakannya di lubuk hati selalu menjeritkan dirinya menderita. Patahan itu begitu besar dan menyakitkan. Tidak terlihat secara fisik, tetapi mampu membuat Hinata seakan menjadi pribadi yang berbeda. Hinata yang memang pendiam, menjadi semakin membisu. Terutama jika dirinya berada dekat dengan kedua orang itu.

Alasan lain kenapa Hinata memilih untuk melanjutkan kisah hidupnya adalah keberadaan sahabat-sahabatnya. Mereka baik dengan ciri khas masing-masing. Mereka bisa diandalkan dalam bidang tertentu. Dalam kelompok persahabatannya terdiri dari lima orang. Satu di antaranya merupakan orang terdekat bagi Hinata. Dia adalah Tenten.

.

Apa yang dirasakan oleh Hinata terhadap salah satu sahabat lelakinya diketahui jelas oleh Tenten dan juga Shikamaru. Baiknya, mereka berdua setuju untuk tidak membongkar rahasia itu terhadap dua anggota lainnya.

Hinata tahu cinta lelaki itu tidak bertepuk sebelah tangan sepertinya, Sakura juga sangat menyukainya. Sasuke.

Mereka bisa menjadi sepasang kekasih kapan saja, asal di antara mereka ada yang dengan berani mengungkapkannya. Sakura itu ceria dan terbuka, hanya jika sudah menyangkut lelaki yang disukainya, ia akan pura-pura tidak peduli. Sasuke sendiri lelaki yang tertutup. Gengsinya cukup tinggi untuk mengungkapkan perasaannya. Jadi untuk saat ini, hubungan keduanya masih sebatas sahabat seperti biasa, tetapi Hinata bisa merasakan ada perbedaan pada keduanya jika mereka bersama. Ada interaksi yang lebih intens di antara mereka berdua. Mungkin mereka bercanda seperti biasa, hanya percikan-percikan daya tarik selalu ada ketika mata mereka saling bertatapan dan wajah mereka akan bersemu jika tak sengaja bersentuhan.

Hinata kesal setengah mati. Namun apa daya? Dia tidak mau menjadi pihak perusak suasana. Hinata diam saja berharap akan datang padanya seseorang yang bisa menyembuhkan patah hatinya.

.

.

"Kamu sudah tahu belum? Shikamaru membuat temuan baru yang sangat berbeda dari biasanya!" Tenten begitu antusias saat ia menemukan Hinata sedang melihat-lihat foto dirinya beserta keluarganya bertahun-tahun yang lalu.

Dulu, kedua orang tua Hinata begitu peduli padanya. Juga adiknya, Hanabi sangat menyayanginya. Kini, itu semua tinggal kenangan saja. Kedua orang tuanya berada jauh di luar negeri dan kadang memberi kabar, jika tidak lupa dan sempat. Hanabi sudah berkeluarga, mendahului sang kakak, sehingga intensitas komunikasinya pun sedikit terbatas.

Sky In The PondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang