Bab VIII

1.4K 156 29
                                    

"Dia ... apa?!" Tenten hampir berteriak tidak percaya dengan ucapan Hinata yang mengungkapkan kejadian dua hari yang lalu ketika Sasuke datang ke rumahnya dan memintanya menjadi pengiring pengantin wanita Sakura.

Tadi Hinata langsung menghambur ke pelukan Tenten ketika sahabatnya itu datang bersama Shikamaru untuk meminta maaf yang kesekian kalinya dan sebelum mereka berdua menyapa Hinata, si tuan rumah menubruk Tenten sambil mulai menangis. Barulah setelah Hinata selesai dengan drama paginya, Tenten serta Shikamaru mendengar segala kegelisahan Hinata.

"Memang merepotkan," komentar Shikamaru. Ia sendiri tidak tahan dengan keegoisan sikap Sasuke yang didengar dari Hinata.

"Lalu kau mau menerima permintaan konyolnya?" tanya Tenten.

"Aku ... aku tidak tahu. Mungkin," jawab Hinata masih sedu sedan, pikirannya masih bimbang.

"Sobatku yang malang," Tenten kembali memeluk Hinata. "Aku memang belum pernah merasakan seperti apa yang kaurasakan sekarang, Hinata, tetapi bukan berarti aku tidak peka. Aku berusaha mengerti dan ... aku punya saran. Sebaiknya kau harus menolaknya jika itu sangat membebanimu. Jangan paksakan."

Ucapan Tenten disambut anggukan setuju dari Shikamaru.

"Biar aku yang akan menyampaikannya pada Sasuke. Keterlaluan," ujar si Genius dengan nada ketus di akhir. Hinata menggelengkan kepala, kurang setuju dengan rencana Shikamaru.

"Ini ... bukan pertama kalinya Sasuke meminta padaku karena Sakura," tiba-tiba Hinata ingin mengungkapkan kejadian ketika ia berniat pergi ke mesin portal Shikamaru sehari sebelumnya.

"Bukan pertama kali? Jadi ..." Tenten maupun Shikamaru penasaran.

Hinata mengangguk, lalu mulai menceritakan kejadian waktu itu.

"Sasuke menghampiriku dan dengan nada kesal dia memintaku untuk tidak pergi karena Sakura sangat mengkhawatirkan aku. Tapi karena tekadku sudah bulat dan ... aku marah dengan kabar mereka berdua pacaran, jadi aku mengabaikannya. Aku tetap pada tujuanku, pergi ke mesin portal Shikamaru."

Keduanya masih ingat jelas perihal Hinata yang begitu kukuh ingin pergi dan mereka juga tahu betul apa penyebab Hinata bisa bertindak demikian. Tetapi yang tidak mereka ketahui, ternyata Sasuke mendatangi Hinata agar tidak pergi karena permintaan Sakura alias sebagai perantara Sakura.

Shikamaru sempat berpikir dari sikap Sasuke itu. Apa benar Sasuke menghampiri Hinata dengan alasan Sakura, atau ... sebenarnya Sasuke peduli pada Hinata? Kadang, Shikamaru hanya bisa menebak-nebak sikap Sasuke yang sok misterius, seperti halnya memprediksi cuaca. Namun besar kemungkinan, Sasuke menemui Hinata karena Sakura dan sedikit rasa peduli.

"Seandainya aku bisa memutar waktu, aku akan membiarkanmu tetap di sana, Hinata," ucap Tenten tiba-tiba. Tenten tentu merasa sangat bersalah karena merenggut kebahagiaan Hinata ketika sahabatnya itu tengah menikmati kehidupan di Konoha. Hinata jarang terlihat bahagia seperti itu di Tokyo, Hinata lebih sering diam, layaknya tak memiliki gairah hidup.

"Untuk hal itu, aku juga merasa sama bersalahnya," Shikamaru pun ikut menyesal. Andaikan mesinnya tidak memiliki cela, tentu Shikamaru bisa tetap memantau Hinata yang berada di dimensi sana. Walaupun awalnya ia sempat meragukan tempat Hinata terdampar karena tak ada kabar dari Hinata sama sekali selama sepuluh hari. Wajar jika Shikamaru maupun Tenten sedang dilanda kepanikan, dan begitu Shikamaru berhasil memperbaiki mesinnya, ia ingin Hinata segera dibawa pulang ke Tokyo. Dan andai kata Shikamaru tahu kondisi Hinata di sana yang tampak bahagia, mungkin Shikamaru bisa mempertimbangkan perihal kepulangan Hinata. Jika di sana bisa membuat Hinata bahagia, kenapa tidak?

Sky In The PondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang