칠 ㅡstart+candy

7.7K 1.4K 130
                                    

"Saya punya banyak masalah, kalau kamu mau tahu," Chanyeol menghela nafas. Matanya bergulir ke arah langit.

Baekhyun menunggu kalimat Chanyeol.

"Mungkin ini semua berasal dari saya. Saya memang anak yang gak di inginkan." Chanyeol menutup matanya kemudian tersenyum mengejek.

"Kenapa kamu beranggapan kayak gitu?" Suara Baekhyun pelan, tapi tetap terdengar oleh si telinga peri, Chanyeol.

"Mereka menikah karena terpaksa dan saya hadir karena dipaksa."

Baekhyun menatap wajah Chanyeol yang terlihat lebih sendu. Tamengnya sudah terlepas rupanya.

"Lagian, saya tahu diri, saya kerja biar gak pake uang si sialan itu." Chanyeol berdesis, terlihat sangat kesal saat mengucapkan kalimat 'si sialan itu'.

"Oh ya? kerja? Sejak kapan?" Baekhyun menumpukan pipinya pada kedua tangannya. Merasa sangat excited.

"Sejak ibu saya meninggal. Mungkin pas saya kelas 2 sekolah menengah pertama?" Lelaki dengan seribu tamengnya itu menunduk.

"kerja dimana?"

"Dimana aja asal dapat duit." Chanyeol terkekeh geli dengan jawabannya sendiri.

Baekhyun tersenyum saat melihat kekehan Chanyeol. Sangat jarang melihatnya seperti itu.

Dan tak lama iris abu abu gelap milik Chanyeol menatap iris cokelat terang Baekhyun. "Cukup sampai disini. Saya mau ngerokok, kamu pergi sana." Usir Chanyeol kemudian mengambil bungkus rokok dari kantong belakang celananya.

Baekhyun mencebikkan bibirnya, berpura pura kesal. "Jadi kamu ngusir aku?"

"Bukannya gitu, kamu bilang kamu gak suka rokok kan? Nanti kamu batuk batuk lagi kayak waktu itu." Ucap Chanyeol dengan nada sarkastik kemudian mengambil satu batang rokok serta pemantik.

Baekhyun berdiri dari duduknya. "Yaudah. Besok aku kesini lagi," Baekhyun tersenyum. "Untuk nagih episode kedua dari hutang kamu."

Chanyeol menggeleng tak percaya dengan tingkah si rambut hitam dan dengan langkah seringan kapas ia menghilang di balik pintu.

Saat rokok dinyalakan dan asap dihembuskan, Chanyeol kembali merasa konyol.

Kenapa ia merasa asing seperti ini?

.
.

Keesokan harinya, Chanyeol sudah ada di rooftop sambil berbaring di saat Baekhyun baru saja keluar dari kelas dan berlari ke rooftop.

"Sejak kapan kamu disini? Bel pulang aja baru bunyi." Baekhyun melayangkan protesnya.

Tapi seperti biasa, Chanyeol tak suka ambil pusing.

"Kayak gak tau saya aja." Jawab Chanyeol asal. Matanya tetap terpejam dengan angin yang berhembus.

"Kamu suka dingin?" Tanya Baekhyun tiba tiba kemudian mengeluarkan dua buah permen dari kantong tasnya.

"Entahlah. Saya gak tahu."

"Ah, aku tahu. Kamu pasti suka dingin, sikap kamu aja dingin gitu." Kata Baekhyun kemudian membuka bungkus permen stroberinya dan melahapnya.

"Enak aja, emangnya saya ini freezer?" Chanyeol bangun dari tidurnya.

Baekhyun tertawa keras hingga permen yang ada di mulutnya hampir membuatnya tersedak.

"Kamu itu humoris juga ya." Baekhyun menatap Chanyeol yang tersenyum tipis.

"Gak, saya enggak." Sangkal Chanyeol.

"Iya, kamu iya."

Chanyeol membuang nafasnya sedangkan Baekhyun tersenyum penuh kemenangan.

"Mau gak?" Tanya Baekhyun.

"Apa?" Chanyeol menatap Baekhyun dengan dahi berkerut.

"Permen." Baekhyun menyodorkan sebungkus permen stroberi ke hadapan Chanyeol.

Dengan gerakan cepat, Chanyeol menggeleng. "Saya nggak suka manis."

"Berarti kalo sama aku gasuka ya? Kan aku manis." Baekhyun memajukan bibir bawahnya. Berpura pura merajuk.








"Kalo kamu, aku suka."





Dan tanpa Chanyeol sadari, ucapannya telah membuat si lelaki berambut hitam itu terbang hingga ke langit ketujuh.




ㅡtbc

Hari ini hot hhh.

space ;chanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang