Five : Sebuah Ucapan

157 7 0
                                    

i will be honored if you guys give me some vote and comment for my work down bellow and don't forget to add my story into your reading list. thank you! Sorry for Typo!  

***

Lyna POV

aku merapihkan selimut merah maroon nya hingga sebatas dada. Kemudian mengusap pelan pipinya. Hangat. Wajahnya terlihat memerah. Aku membuka selimut dan meneliti keseluruh tubuhnya apakah terdapat luka. Punggung tangannya terluka dan terlihat belum diobati. Ia terkena infeksi karna lukanya tidak segera dibersihkan. Itulah sebabnya badannya hangat.

"Bi! Bi Sumi!" Panggilku saat sudah mencapai anak tangga terakhir dan berjalan menuju dapur.

"iya Non. Ada apa?" Tanyanya. Kelihatannya ia baru saja selesai mencuci piring, terlihat dari tangannya yang masih basah. Ia segera mengelap tangannya dengan kain.

"P3K dimana ya, Bi? Aku mau ngobatin lukanya Kak Leo" Bi Sumi langsung berbalik dan mengambil P3K yang ada di lemari dapur dan memberikannya padaku.

"Makasih ya, Bi" aku berbalik, berjalan kearah tangga menuju kamar Leo. Namun, aku lupa menanyakan apakah Leo sudah sarapan atau belum. Ah! Tidak lebih tepatnya makan siang, karna jam tanganku menunjukkan sebentar lagi pukul 12 siang.

Aku berbalik. Kembali menuju dapur dan menanyakan pada Bibi apakah Leo sudah sarapan atau belum tadi pagi. "Bi, tadi Kak Leo udah sarapan?"

"oh, belum Non! Dari tadi malem, Den Leo ngga ada keluar kamar sama sekali" Jelasnya dan aku pun mengangguk.

***

Leo POV

Sepulangnya dari rumah teman Mom and Dad --Lyna--, aku melarikan diri ke club yang biasa selalu aku kunjungi jika sedang penat. Pikiranku kacau, bagaimana tidak? anak itu sangat keras kepala akan tetap melanjutkan perjodohan konyol ini?! Apa dia gila? aku bersumpah akan membuat hidupnya sengsara bersamaku. Lihat saja, apa yang akan aku lakukan padanya!

Ditambah lagi, Vanessa tidak ada kabar dari terakhir kali kami bertemu. Aku sudah berusaha meneleponnya namun tidak diangkat. Aku tidak menyerah dan mencoba lagi dan lagi, namun tiba-tiba saja ponselnya tidak aktif. Semua ini membuatku pusing. Aku butuh pelepasan, tapi Vanessa tidak bisa dihubungi. Menyebalkan!

"Tolong Vodka satu lagi!" Bar tender itu terlihat bingung denganku yang begitu banyak minum hari ini. Jelas saja ini gelas ke lima yang sudah kuhabiskan. Biasanya jika sekedar iseng aku hanya meminum satu gelas atau paling banyak dua. Namun, ini terlalu banyak pikiran yang berputar dikepalaku, membuat aku minum tidak terkontrol.

"Hai! sendirian aja, mau ku temani?" Wanita berbaju kurang bahan itu datang mengahmpiri aku dan bergelayut manja di lenganku. Aku menatapnya tidak suka dan mengacuhkannya. Namun, ia semakin kurang ajar. Tapi, bukankah itu memang pekerjaanya? 

"Menyingkirlah!" ucapku dengan nada dingin, tanpa menatapnya. Ia berdiri tegap dan mengerucutkan bibirnya, kemudian berjalan pergi meninggalkanku. Mencari pelanggan lain mungkin? oh Bitch! Baiklah sudah cukup untuk hari ini! Aku akan pulang sekarang.

Aku berjalan sedikit sempoyongan ke arah lobby, menunggu mobilku yang terparkir di basement. Setelah lama menunggu, akhirnya mobil kesayanganku datang. Lamborghini berwarna silver mengkilap. setelah petugas parkir keluar dari mobilku, aku masuk dan melajukan mobilku menuju rumah

***

"Ya Allah Den!" Teriakan itu membuat kepalaku semakin terasa sakit, berdenyut dan ingin pecah. Jika efek dari terlalu banyak minum seperti ini, aku tidak akan mau lagi!

"Diam!! Dasar Nenek tua!" Aku berteriak dan kembali memegang kepalaku yang terasa sakit dan berdenyut. Beberapa kali aku terjatuh, namun aku selalu bisa untuk bengkit lagi. Nenek tua itu berteriak khawatir dengan suaranya yang argh! membuaku bertambah pusing.

Hell with You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang