Ten : Drama

86 4 0
                                    

i will be honored if you guys give me some vote and comment for my work down bellow and don't forget to add my story into your reading list. thank you! Sorry for Typo! 

***

Lyna POV

Waktu menunjukkan pukul 3 sore saat kami sampai di butik langganan Mom. aku memutuskan untuk turun di lobby sementara Leo memarkirkan mobilnya. aku berjalan pelan kedalam butik bernama Madame. Tata ruangan yang sangat elegan, bahkan pegawai butik ini sangat tanggap.

"Dengan Mbak Lyna, benar?" bahkan pegawainya sangat ramah. benar-benar butik yang sangat berkelas.

"i-iya, ya benar saya Lyna" ucapku sedikit gugup. bagaimana mungkin ia bisa tahu namaku? apa mungkin Mom telah memberitahu pegawai disini bahwa aku akan datang?

"Mari ikuti saya" 

"e-eh, sebentar Mbak! saya datang bersama calom suami saya, ia sedang parkir mobil" ku lihat pegawai wanita ber-name tag Rini itu tersenyum. ada apa? apa aku salah berbicara?

"Maaf Mbak, di butik ini untuk laki-laki akan dilayani oleh pengawal laki-laki juga Mbak" 

"o-oh, baiklah" 

"mari ikuti saya, Mbak" pegawai tersebut berjalan didepanku dan diikuti olehku. sepanjang jalan terdapat berbagai macam jenis gaun oengantin yang sangat indah dan penuh dengan berbagai macam warna. pandanganku terjatuh pada gaun pengantin yang sangat indah berwarna biru gelap yang sangat elegan. sangat cantik batinku.

"ini Mbak, silahkan dicoba" aku terkejut dan menoleh kearah pegawai wanita tadi. ia menunjuk 3 baju pengantin berwarna putih yang lebar dan panjang. aku berfikir bagaimana aku akan berjalan dengan gaun itu?

"ini semua dalah pilihan dari Nyonya Mura" tambah pegawai itu lagi. aku masih terpaku dengan ketiga gaun tersebut.

"Mari saya bantu" aku memasuki ruang fitting dan mulai mencoba satu per satu gaun pengantin pilihan Mom. gaun pertama terlihat sangat pas ditubuhku yang menggantung dengan tali spagetti dan memperlihatkan punggungku yang jenjang, memang lebarnya tidak terlalu besar dibanding kedua gaun lainnya.

gaun kedua terlihat seperti anggun dengan brokat panjang dibagian tangannya hingga sebatas siku dan tak lupa memperlihatkan punggungku yang polos. dan gaun terakhir ini adalah gaun terlebar dan panjang diantara ketiganya namun sangat cantik karna terdapat hiasan bunga-bunga kecil yang mempercantik gaun tersebut.

"jadi Mbak lebih suka yang mana?" tanya pegawai itu. aku menggaruk tengkuk-ku yang tidak gatal. sejujurnya aku bingung untuk memutuskan gaun mana yang akan aku pakai pada saat pernikahanku. karna jujur saja semua pilihan Mom sangat bagus dan cantik.

"ambil saja yang kau pakai" ucap Leo datar yang entah kapan sudah duduk di depan ruang fitting ku yang hanya dilapisi oleh tirai. aku menatap gaun ketiga yang masih ku pakai. mungkin tidak buruk juga jika aku pilih yang ini. akhirnya aku memilih gaun yang ketiga, yang pada awalnya kupikir sangat merepotkan jika dipakai. dan pada akhirnya aku pilih juga.

aku memilih gaun ini bukan tanpa sebab. aku memilih gaun ini karna merupakan pilihan Leo juga. jika menurutnya itu bagus, maka aku akan menyetujuinya. 

"Kau sudah selesai fitting bajumu?" tanyaku memecahkan keheningan dalam ruangan.

"ya" jawab seadanya dan masih terfokus pada layar handphone nya.

"apakah terlihat bagus?"

"ya"

"apa warnanya?"

"kenapa kau banyak sekali tanya?! apapun yang kupakai nanti tidak ada urusannya denganmu! dan aku tidak membutuhkan pendapatmu untuk pakaian apa yang akan aku pakai nanti! urus saja urusanmu! jangan campuri urusanku" ucapnya kemudian dan berlalu pergi meninggalkanku yang terpaku dengan ucapannya. 

kurasakan setetes air mata mengalir dipipiku. aku mengusapnya pelan sebelum akhirnya berbalik menyusulnya untuk pulang. saat samapai di depan lobby, aku tak menemukan mobil yang tadi membawaku kemari. ia meninggalkan aku. Leo meninggalkan aku disini. sendiri. lagi-lagi air mata itu jatuh. untuk yang kedua kalinya dalam hari ini.

aku memutuskan untuk memberhentikan taksi yang lewat dan berlalu pulang. aku berfikir akan jadi apa pernikahanku ini? apakah aku menyesal? jawabnnya tidak. aku tidak akan menyesal karena sekali lagi aku tegaskan ini pilihanku dan aku akan bahagia dengan cara apapun.

***

"hai Ma" ucapku tidak bersemangat

"hai sayang, kamu udah pulang? mana Leo nya, ngga disuruh masuk? gimana fittingnya?" beremtet pertanyaan Mama lontarkan membuatku sedikit pusing

"Leo udah pulang Ma, dan yah aku sudah fitting" mengingat fitting membuatku mengingat kembali bahwa Leo telah meninggalkan aku disana, air mataku ingin terjatuh lagi mengingat itu, tapi sekuat mungkin kutahan. mana mungkin aku menangis dihadapan Mama, yang ada ia akan curiga.

"yaudah Ma. aku naik dulu ya mau istirahat" aku berjalan cepat menuju tangga menuju kamarku

"sebentar lagi turun makan malam yang Lyn" aku hanya menanggapinya dengan gumaman tidak jelas.

***

setelah menjernihkan pikiran aku turun dari kamar menuju dapur karna sedari tadi Mama sudah meneriaki namaku berkali-kali. saat aku sampai dianak tangga terakhir aku melihat kearah pintu terdapat laki-laki yang sudah meninggalkan aku tadi sore. untuk apa ia kesini?

"Lyn, tadi kamu pulang ngga bilang-bilang ya?" tanya Mama. 

apa? 

"Kamu ini ngga sopan Lyn, masa pulang ngga bilang-bilang. Leo sampai mencari kamu kesana kemari" ceramah Mama

apa? aku... apa? omg Mama, aku yang ditinggalin Ma!

ingin aku berteriak seperti itu tapi tidak mungkin! mama tidak akan percaya. secara mama sangat menyayangi menantunya yang tampannya itu. kulihat ia menyeringai senang. oh great!

"ya sudah kalau begitu Leo pulang dulu ya Ma. cuma mau memastikan kalau Lyna udah dirumah" whattttt? 

"eh, buru-buru banget, ayo makan malam dulu" ucap Mama dan menarik pelan tangan Leo menuju dapur.

"maaf ya Ma jadi ngerepotin. coba kalo Lyna ngga hilang gitu aja Leo pasti ngga ngerepoptin Mama gini" ucapnya sambil menatapku meremehkan.

"tak apa Leo. ini si Lyna memang nakal! biar Mama hukun dia nanti"

"Mama apaan sih?" ucapku tidak terima. karna ini bukan salahnya kan? ini hanya akal-akaln Leo yang tidak tahu apa tujuannya.

"Lyna, ambilin nasi dan lauk untuk Leo dong. Masa kamu makan sendiri" lagi-lagi Mama berceramah. akhirnya aku mengalah untuk mengabilkannya

"Terima kasih, sayang" ucap Leo. andai kata itu benar-benar memiliki arti, betapa bahagianya aku. namun, pada kenyataanya itu hanyalah sandiwara yang sedang ia mainkan di depan Mama dan Papa.

"Mama seneng deh ngeliat kalian romantis seperti ini" ucap Mama sambil menuangkan air putih kedalam gelas Papa. aku hanya bisa terdiam dan tertunduk mendengar kata-kata mama yang sangat terbalik dari kenyataan. 

aku merasakan cengkraman yang cukup kuat di lenganku. "jangan tampilkan wajah seperti itu di depan Mama! kamu mau membuatnya curiga?" ucap Leo. merasa diperhatikan oleh Mama dan Papa ia berlagak mencium pipiku dan melanjutkan makan malamnya.

jika kamu ingin melangkah dengan sebuah sandiwara, jangan ajak aku. karena setiap langkah yang aku ambil bukanlah sebuah sandiwara. melainkan tulus dari dalam hatiku. dan hanya untukmu. 

***

tbc

●19 september 2017●

1072 kata...

Hell with You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang