Eleven : Wedding

132 5 0
                                    

i will be honored if you guys give me some vote and comment for my work down bellow and don't forget to add my story into your reading list. thank you! Sorry for Typo! 

***

Edlyna POV

Beberapa hari setelah makan malam itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Namun, tak jarang pula aku menemukan pesan singkat darinya yang membuatku pusing. Leo menerorku dengan kata-kata yang tidak ku mengerti. tapi aku tidak terlalu memusingkannya, karna aku menerimanya apa adanya.

"Mbak, sudah selesai, boleh dilihat dulu apa yang kurang" ucap wanita berbaju putih itu. Penata riasku.

Benar. Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Leo. Hari yang aku tunggu-tunggu tapi tidak dengan Leo. aku bingung harus bereaksi seperti apa pada perasaanku saat ini. hanya satu yang jelas aku bahagia. Bahagia bisa memilikinya. Bahagia bisa hidup bersamanya hingga termakan usia. tapi, apakah benar pernikahanku akan tahan selama itu? jika saja kami saling mencintai, mungkin saja itu bisa terjadi.

"Tidak ada. Terima kasih" ucapku sopan dan dibalas dengan senyuman. 

"Lyn, sudah siap?" ucap seorang laki-laki dengan tuxedo abu-abu nya yang muncul dari balik pintu.

sekali lagi aku menatap diriku di cermin. Baiklah, selamat datang di kehidupanmu yang baru, Ed. Semoga kamu bahagia. "aku siap kak" 

aku beranjak mendekat kearah Kak Lius dan menyambut uluran tangannya. Kak Lius memperhatikanku dari atas hingga bawah dan tersenyum lembut.

"Kamu terlihat cantik, Lyn" kemudian ia menurunkan slayer hingga menutupi wajahku. aku tersenyum dan berucap terima kasih. 

Tepat pukul 11.00, kami melangsungkan pemberkatan pernikahan di Gereja. Pintu terbuka menyambut aku dan Kak Lius yang berjalan beriringan menyusuri karpet merah yang mengarah ke altar. Aku melihat banyak kerabat dari keluarga Leo dan juga keluargaku, mereka terlihat mengusap matanya denga tisu yang mereka pegang. aku tersenyum saat melihat Caca dan Gaga yang berdiri tidak jauh dari altar.

terlihat wajah Caca yang sangat bahagia, tapi berbeda dengan wajah Gaga yang terlihat murung dan menatapku sedih. Maafkan aku, Ga.

"Jaga dia" Hanya dua kata yang terdengar tegas itu diucapkan oleh Kak Lius pada Leo, kemudian tanganku berpindah tangan dalam genggaman Leo. ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas perintah dari Kak Lius.

"Apakah engkau Leo Stradana menerima saudari Edlyna Rosalie sebagai istri satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?"

"Saya, Leo Stradana menerima engkau, Edlyna Rosalie menjadi satu-satunya istri dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, untuk dikasihi dan diperhatikan serta dihargai, seperti Kristus mengasihi JemaatNya sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan dan iman percaya saya kepadaNya, kuucapkan janji setiaku kepadamu." 

"Apakah engkau Edlyna Rosalie menerima saudari Leo Stradana sebagai suami satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup?"

"Saya, Edlyna Rosalie menerima Engkau, Leo Stradana menjadi satu-satunya suami dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, untuk dikasihi dan diperhatikan serta dihargai, seperti Kristus mengasihi jemaatNya sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan dan iman percaya saya kepadaNya, kuucapkan janji setiaku kepadamu".

Caca maju kedepan altar dengan anggun membawakan cincin pernikahan yang menjadi lambang bahwa aku telah menjadi miliknya dan Leo adalah milikku. Cincin sederhana yang aku pilih tidak ada permata ataupun berlian yang menghiasi. hanya cincin emas putih yang unik.

Leo memasangkan cincin yang satu ke jari manisku, begitupun aku memasangkan cincin yang berbentuk lebih besar dari milikku ke jari manisnya. tidak ada kebahagiaan yang terpancar di matanya saat kami bertatapan, yang ada hanya tatapan meremhkan yang ia tujukan padaku. aku tersenyum menanggapi sikapnya padaku. Tak apa, Ed. Bukankah sudah biasa?

"Mempelai pria dipersilahkan mencium pasangannya" ucap sang Pendeta

Leo membuka slayer-ku dan memegang tengkuk ku dengan tangan kanannya. jarak kami semakin dekat, aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang mengenai pipiku. aku memejamkan mataku dan tak lama aku merasakan benda kenyal menyetuh dahiku.

oh, apa yang kupikirkan? Leo kan mencium bibirku? itu tidak akan pernah terjadi! sadarlah, Ed. Leo tidak pernah mencintaimu. Batinku

bertepatan dengan Leo yang melepaskan kecupannya di dahi, air mataku jatuh membasahi pipiku. kulihat ia tersenyum penuh kemenangan, dan mendekatkan bibirnya ke arah telingaku. "Jangan terlalu banyak berharap, karena semua yang kau harapkan itu tidak mungkin pernah terjadi. Maka, nikmati neraka yang sudah kau jemput ini" 

***

Setelah pemberkatan pernikahan yang terlaksana dengan lancar, kami memutuskan untuk langsung ke hotel dimana akan berlangsungnya resepsi pernikahan kami digelar. Mom sangat pintar dalam memilih tempat. Ballroom terkenal yang sangat besar dan dihias sedemikian rupa hingga nampak cantik.

aku menatap Leo yang tengah tertidur di kasur hotel ini. sepertinya ia kelelahan setelah pemberkatan tadi siang dan sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan kami.sudah hampir setengah jam aku duduk di pinggir ranjang hanya menatap wajahnya yang tertidur pulas. terlihat sangat tampan dan menawan. sangat berlawanan pada saat ia membuka matanya.

ingin sekali aku menyentuh wajahnya yang terakhir kali aku pegang 15 tahun yang lalu. tapi aku sadar diri, Leo sangat membenciku meskipun aku tidak tahu apa penyebab ia begitu membenci aku. Mama berpesan padaku untuk menjadi istri yang baik, apapun dan bagaimana pun sulitnya keadaan pernikahan kami. aku tahu ini kekanakan tapi, memang itulah cita-citaku dari dahulu. menjadi istri yang baik.

tok... tok... tok.. 

aku tersadar dari lamunanku dan menatap pintu kamar yang diketuk beberapa kali. aku berjalan menghampiri pintu dan mengitip siapa yang mengetuk. Mom. 

"ya Mom?"

"kalian sudah siap? kita akan melangsungkan resepsi" aku menatap jam dindin yang menunjukkan pukul tujuh malam dan Leo masih tertidur.

"emm, iya sebentar lagi ya, Mom. Leo nya masih tidur, kelihatannya dia capek banget jadi aku tidak tega membangunkannya" ucapku pelan dan mendapat anggukan dari Mom

"Hoam..." setelah menutup pintu kamar aku berbalik menatap Leo yang sudah terbangun dan bersandar pada kepala ranjang. ia mengusap matanya berkali-kali dan terlihat sangat lucu. tanpa sadar aku tersenyum kecil melihatnya.

"Kak, tadi Mom datang dan menyuruh kita bersiap karena resepsi akan segera dilaksanakan" ia tidak merespon ucapaku dan langsung berlalu ke kamar mandi. Tidak apa. sudah biasa, bukan?

***

"selamat menempuh hidup baru yang berbahagia" kata itu lah yang terdengar setiap tamu yang bersalaman dengan kami. sebuah doa yang selalu aku amini. berdiri dan menebar senyum kepada setiap tamu yang bersalaman. awalnya semua terasa baik-baik saja, hingga wanita itu datang.

"Vanessa..." ucap Leo dengan lirih. menatap perempuan berbaju hitam yang tengah berjalan kearah kami.

"selamat untuk pernikahan kalian, semoga berbahagia" pandangan Leo tidak terlepas dari Vanessa. menatapnya intens, penuh dengan kerinduan.

"Vanessa, aku masih mencintaimu!"ucap Leo dan memeluknya dengan erat. setelah itu pandanganku menggelap

***

tbc

●26 September 2017●

1098 kata...

Hell with You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang