i will be honored if you guys give me some vote and comment for my work down bellow and don't forget to add my story into your reading list. thank you! Sorry for Typo!
***
Lyna POV
Aku melajukan mobil milik Kak Lius dengan kecepatam sedang, karena jalanan yang tidak terlalu padat. setelah mendapat pesan dari Leo yang aku memutuskan pulang dan bersiap-siap. and i know that Leo don't like wasting time.
tepat pukul sebelas aku sampai di rumah. Pak Tarjo membukakan pintu gerbang untuk aku masuk.
"Lyn? sudah pulang?" tanya Mama yang sedang bersantai di ruamg tv dengan majalah di pangkuannya.
"Em... iya Ma tadi ternyata tidak ada dosen dan Kak Leo kirim pesan katanya mau fitting" berbohong sedikit tak apa bukan?
"oh ya? ya sudah kalau begitu kamu harus siap-siap dong!" aku menganggukkan kepalaku dan berbalik menuju kamar.
***
Sudah tiga jam aku menunggu Leo. Namun, ia tak kunjung menjemputku. Apakah ia hanya mempermainkan aku? tapi rasanya tidak mungkin karna ini menyangkut pernikahan kami. wait... what? pernikahan kami? oh c'mon Lyna ini hanya pernikahanmu, Leo mana mungkin mengakui pernikahan ini.
Sudah beberapa pesan yang aku kirim. Tetap saja tak mendapat balasan membuatku kesal sendiri, lebih baik aku telepon saja? Tapi kalau lagi meeting bagaimana? Pasti sangat mengganggu konsentrasi. Apa aku datang ke kantornya saja? Sepertinya bukan pilihan yang buruk.
Aku memesan taksi online dengan dan tak lama kemudian sudah berada didepan rumahku. aku berpamitan dengan Mama dan berjalan masuk kedalam taksi tersebut. Kemudian, langsung menyebutkan alamat kantor calon suamiku. Boleh saja bukan aku menyebutnya calon suamiku?
Aku memutuskan untuk menelepon Mom untuk menanyakan apakah Leo pergi ke kantor atau tidak hari ini. Bisa saja sakitnya kambuh lagi dan tidak masuk kerja. Setelah sambungan ke 3 terdengar suara Mom diseberang sana.
"Hallo, Mom?"
"Iya Lyn, ada apa?"
"Emm Lyna mau tanya Kak Leo hari ini pergi ke kantor tidak ya? Soalnya Lyna dalam perjalanan kesana mau fitting bareng"
"Oh ya! Kalian ada jadwal fitting ya hari ini. Tapi, Mom tidak tahu Leo masuk ke kantor hari ini atau tidak soalnya dia pulang ke apartemennya"
"Ya sudah kalau gitu Mom. Nanti coba Lyna hubungi lagi ya"
Aku memasukkan ponselku kedalam tas dan disaat bersamaan supir taksi mengatakan bahwa sudah sampai di tempat yang ku tuju. Kantor Leo. Stradana Corp. Perusahaan terbesar ke 2 setelah perusahaan Papaku.
Aku menatap gedung pecakar langit di depanku. Begitu banyak orang berlalu lalang di pintu masuk gedung tinggi tersebut. Aku melangkahkan kakiku perlahan menuju receptionist untuk menanyakan dimana ruangan calon suamiku berada.
"Permisi, saya mau tanya ruangan Kak- ekhm maksud saya ruangan Pak Leo dimana ya?" Tanyaku pada salah satu pegawai wanita
"Mbak nya ada urusan apa ya?"
"Saya sepupunya baru datang dari luar kota mau ketemu sama dia" Pegawai yang ber-name tag Anita itu mengerutkan kedua alisnya kemudian tersenyum
"Oh, silahkan ruangan Pak Leo ada di lantai 40. Lantai teratas gedung ini" Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
***
Ting!
Pintu lift yang aku pijaki terbuka tepat di lantai 40 seperti yang dikatakan oleh Anita. Hanya terdapat satu ruangan di lantai ini dan terlihat begitu besar dan terdapat meja di luar ruangan sepertinya itu meja sekertarisnya. Tapi mengapa kosong?
Akhirnya aku memutuskan untuk langsung ke ruangan Leo. Namun sebelum aku menyentuh gagang pintu besar berwarna coklat itu, terdengar suara keributan dari dalam. Aku mendorong sedikit pintu itu dan terlihat Leo dan seorang wanita yang membelakangiku.
Dia terlihat sempurna dari belakang. Tubuhnya yang semampai. Rambut ikal berwarna coklat. Dan memiliki body yang sempurna seperti gitar spanyol. Siapa wanita itu? Apakah itu-
"Vanessa, kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Tegas Leo. Ia terdengar begitu frustasi dan sesekali mengacak rambutnya hingga berantakan.
Vanessa? Ah terjawab sudah pertanyaan di kepalaku siapa wanita ini. Dia wanita yang dicintai oleh Leo. Sungguh beruntung sekali wanita itu dapat dicintai oleh calon suamiku. Miris sekali, calon suamiku mencintai wanita lain. Lucu juga.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Le. Aku datang hanya untuk mengantarkan undangan ini!"
"Kau tidak bisa menikah dengannya Sa! Aku kekasihmu dan aku tidak mengijinkan kekasihku menikah dengan siapapun!" Teriak Leo keras dan membanting undangan berwarna silver itu ke lantai. Kulihat Vanessa memejamkan matanya. wajahnya terlihat lelah untuk menjelaskan.
"Le, beberapa hari yang lalu sudah ku katakan bahwa kita berakhir. Selama ini aku tidak benar-benar mencintai kamu. Aku mencintai Abraham, dia cinta pertamaku, Le. Tolong mengerti! Aku tidak ingin membohongimu dengan perasaanku. Aku tidak ingin menyakitimu" lirih Vanessa
"Kau tak ingin menyakitiku tapi jelas kau telah menyakitiku, Vanessa!" Leo berteriak lagi meluapkan semua emosinya, kemudian membalikkan badannya membelakangi wanita itu.
"Lalu selama ini hubungan apa yang sedang kita jalani, Sa?" ucapnya tertahan. kudengan Vanessa, perempuan yanh dicintai suamiku ini menghela nafas.
"Aku... aku tidak tahu, Le! aku terpaksa melakukan ini karena ibuku yang sangat meterialistis! aku tidak ingin menutupinya lagi!"
"Jadi tolong! Kalau kamu memang mencintai aku, biarkan aku bahagia bersama Abraham, Le" Wanita bernama Vanessa itu membalikkan badannya dan langsung betatapan dengan mataku. Tidak ada air mata yang menghiasi wajahnya. Ia berjalan mendekatiku yang berdiri di depan pintu kemudian tersenyum sekilas dan berjalan menuju lift.
"Aku masih sangat berharap padamu, Sa! aku tidak perduli bahkan kalau ibumu mau membuatku bangkrut sekalipun" Teriak Leo begitu lirih.
Aku berjalan masuk, tak lupa menutup pintu secara perlahan. Ku lihat Leo masih memandang kearah luar yang neampakkan gedung-gedung tinggi lainnya. Sepertinya Leo tidak tahu kehadiranku. Saat aku ingin menghampirinya, sesuatu bertabrakkan dengan sepatuku. Sebuah undangan berwarna silver yang bertuliskan A&V berarti Abraham dan Vanessa. Aku mengambil undangan tersebut dan meletakkannya di atas meja.
"Kak..." Merasa dipanggil Leo menolehkan kepalanya menghadapku. Aku menatapnya lembut penuh perhatian. Wajahnya sangat kusut. Aku bingung kenapa Vanessa memutuskan hubungannya dengan Leo yang sangat mencintainya. Sedangkan aku, membuat Leo melihatku saja susah sekali.
"Kau tak apa, Kak?" Pertanyaan bodoh Lyn! Jelas Leo tidak baik-baik saja! Baru saja hubungannya dengan wanita yang dicintainya berakhir.
"Untuk apa kau kesini?" Tanyanya dingin, mata yang tadi kulihat menatap lembut Vanessa kini telah berubah menjadi gelap. Kemudian Leo mulai melangkah perlahan kearahku. Leo masih saja terus menatap mataku dengan tatapannya yangtajam dan dingin itu.
"Kak, maaf tadi aku mendengar pembicaraanmu deng-"
"Ku tanya sekali lagi, untuk apa kau kesini? Apa kau tuli?" intonasinya naik satu oktaf.
"K-kau bilang a-akan menjemputku untuk fitting hari ini" Ucapku takut. Aku menundukkan kepalaku tidak berani menatap matanya yang mengintimidasi itu
"Ayo pergi!" Aku mendongak, tanpa menunggu balasan dariku Leo pergi begitu saja meninggalkan ruangan besar yang terasa dingin ini. Aku menyusulnya saat ku lihat ia sedang berbicara pada sekertarisnya yang sudah kembali ke mejanya dan mengatakan bahwa ia akan pulang sekarang dan tidak kembali hingga besok.
***
tbc
●13 Juni 2017●
1098 kata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell with You.
RomanceJudul awal : Love Me, Baby! °°° Aku mencintaimu. Tidak, bahkan aku sangat mencintaimu. Sampai sakit yang aku dapatkan. Aku bertahan untuk berada disisimu. Tapi, aku menyerah. Karna kau, aku kehilangan anakku. -Edlyna Rosalie Aku membencimu. Tidak, b...