Gadis itu melihat pantulan dirinya dicermin. Cantik. Satu kata untuk menggambarkan gadis itu. Ia sudah siap dengan seragam sekolahnya yang baru.
Hari ini hari pertama ia berangkat sekolah disekolah barunya. Ya, dia baru saja pindah dari Yogyakarta karena pekerjaan orang tuanya. Mau tidak mau ia harus ikut ke Jakarta. Ia mengecek penampilannya sekali lagi. Ia memutar badannya lalu mengahadap ke cermin lagi. Setelah merasa cukup, ia turun dari kamarnya menuju lantai satu di mana Mamanya sudah menunggunya di meja makan
"Pagi ma" sapanya sambil mencium pipi kanan mamanya--kebiasaan dari kecil
"Pagi sayang" balas mamanya dengan senyuman
Gadis itu duduk di kursi sebelah mamanya. Lalu mengabil roti yang sudah disiapkan oleh mamanya
Hening sempat melanda ibu dan anak yang sedang menikmati sarapan pagi itu. Hingga akhirnya sang ibu membuka bicara
"Udah siap buat sekolah?"
"Udah sayang? Hari pertama sekolah gak boleh terlambat" kata mamanya di sela-sela sarapannya
"Iya ma" jawab gadis itu sambil mengelap bibirnya dengan tisu
Rania Rawnie. Gadis yang cantik,baik,sopan,dan pintar. Rania adalah gadis yang ceria,selalu tersenyum,dan cerewet.
Rania berangat sekolah diantar oleh mamanya karena ini hari pertama ia masuk. Jadi ia tidak diperbolehkan untuk membawa mobil sendiri oleh mamanya dan mamanya juga belum ngantor. Rania juga belum terlalu hafal jalan di Jakarta. Meskipun ia sering ke Jakarta menengok Tantenya.
Azni--mama Rania melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ramai. Memang jalan di Jakarta selalu ramai tak pernah lenggang. Dan untung hari ini tak seramai biasanya. Rania melihat ke luar jendela. Ia mengamati gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi,ruko-ruko pedangang,pedagang asongan,penjual koran,bahkan penjual cangcimen (kacang kuaci permen). Mereka sudah mencari uang pagi-pagi ini.
Mobil Mama Rania berhenti ketika berada pada lampu merah. Tanpa henti-hentinya Rania terus menatap luar jendela. Ia terus mengamati keadaan Jakarta yang tak beda jauh dari Kota tempat lahirnya. Pada saat Rania masih fokus mengamati keadaan sekitar,matanya tertuju pada satu objek.Objek yang menarik perhatiannya.
Seorang anak yang membawa gitar tengah berjalan di trotoar. Matanya menyorotkan kelelahan. Anak itu terus berjalan hingga sampai di depan ruko yang masih tutup. Di sana banyak anak-anak yang seperti anak itu
Apalagi yang mereka lakukan kalau bukan ngamen. Yap anak-anak itu tidak sekolah melainkan mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari. Rania merasa iba melihat itu. Ia juga ikut merasakan betapa susahnya mencari segegam nasi. Apalagi mereka masih masuk dalam golongan anak-anak,tapi mereka sudah mencari nafkah sendiri
Azni menoleh ke samping. Tepat di sampingnya, ia melihat anaknya sedang memperhatikan luar jendela. Seakan ada objek yang sangat indah untuk dilihat tetapi menyedihkan
"Rai? Kamu kenapa?"
Rania tak menjawab. Ia masih fokus dengan objek yang tadi. Azni lalu mengikuti arah pandangan anaknya. Ia melihat bayak sekali anak-anak dipinggir jalanan yang sedang mengamen maupun yang sedang duduk di ruko pedagang kelontong.
"Di Jakarta emang gitu Rai"
Rania menoleh ke arah Azni. Lalu kembali fokus pada pengamen cilik jalanan tadi.
"Kasian ya mah anak-anak seusia mereka kan harusnya sekolah bukan malah cari uang" kata Rania tanpa melihat mamanya
"Itulah Indonesia. Banyak orang yang mampu tapi tidak peduli dengan mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are You?
Teen FictionMenunggu itu melelahkan. Tapi tidak bagi Rania. Rania Rawnie gadis cantik yang selalu menunggu seseorang untuk datang menepati janjinya. Walaupun dia tidak tahu apakah orang itu akan datang tapi dia tetap setia menunggu. Dia masih setia menunggu ses...