".... Kamu di sini lagi. Dokter Susi sudah membolehkanmu keluyuran?"
"Aku sudah tidak apa-apa."
"Tapi kamu perlu banyak istirahat. Kudorong ke kamarmu ya?"
"Sebentar, Kak. Aku selesaikan ini dulu."
"Apa yang kamu tulis? Tumben bukan buku harian."
"Diariku belum kutemukan. Ini kumpulan puisiku. Semuanya tentang Denias. Terakhir tentang mata indahnya."
"Matanya ditutup plester."
"Ya ampun, Kak, pakai imajinasi dong!"
"Boleh kubaca?"
"Boleh. Setelah aku kembali ke kamar, Kakak bacakan keras-keras untuk Deni ya?"
"Eh?"
"Pleeeease...."
"Kenapa puisi? Aku kan bawa The Five People You Meet in Heaven."
"Jangan. Aku pernah bacakan buku itu, baru beberapa halaman Denias tidak suka."
"Denias tidak suka? Maksudmu dia merespons?"
"Tidak juga sih, sepanjang yang bisa kulihat. Cuma perasaanku kuat dia tidak suka."
"Perasaanmu?"
"Ya. Entah bagaimana pokoknya kami nyambung. Mungkin ada hubungannya dengan gelombang listrik yang dipancarkan otak. Kupikir, di dalam kotak kacanya, Denias masih melakukan aktivitas batiniah, dan otaknya menghasilkan gelombang elektromagnetik. Ada kalanya gelombang itu begitu kuat terpancar dan menimbulkan resonansi dalam diriku. Kami berkomunikasi. Aduh, aku sok pintar ya? Aku cuma baca dari Internet kok. Aku penasaran setelah beberapa kali merasa memahami 'perasaan' Deni. Dan teori gelombang otak itu kedengarannya cocok. The power of brainwave. Manusia saling mempengaruhi dengannya. Bayangkan, dalam tidur sekalipun, otak kita memancarkan gelombang listrik, gelombang delta namanya. Apalagi ketika kita berpikir keras atau sedang stres, gelombang beta akan terpancar kuat. Lalu ada gelombang alfa, itu dari alam bawah sadar dan ketika kita berimajinasi. Kelihatannya aku banyak memancarkan gelombang alfa ya, Kak. Tapi mungkin justru di situlah aku bertemu dengan Denias. Gelombang listrik bawah sadar dan imajinasi. Wah."
"Apa pun bisa terjadi. Kamu ceritakan pemikiranmu pada Tante Desti?"
"Sudah. Dia senang mendengarnya. Katanya, otak dan jaringan saraf terlalu luas untuk bisa dipetakan manusia. Ahli saraf harus selalu terbuka dengan temuan wilayah baru. Walaupun, menurut Tante, yang kutemukan mungkin hanya wilayah liar yang berbatasan dengan imajinasi. Hahaha.... Tante lucu ya, Kak. Aku tahu maksud Tante sebenarnya adalah, kita tak bisa mengumumkan perkembangan kondisi Denias berdasarkan imajinasimu.'"
"Tapi aku percaya padamu."
"Ah, Kak Aldrin selalu percaya padaku. Kalaupun aku bilang tidak makan cokelat, dengan mulut berlepotan cokelat."
"Tidak. Ini bukan pembelaan buta. Aku percaya karena kupikir aku mengalami juga."
"Oh?"
"Terakhir aku menggantikanmu di sini .... Entah kenapa aku tiba-tiba merasa sedih sekali melihatnya. Ya, keadaan Deni memang menyedihkan. Tapi saat itu ... aku merasa begitu sedih sampai tidak tahan berada di sini. Aku memutuskan untuk pergi saja. Lalu ... aku mendengar ... ah, aku merasa ... Deni meminta aku tinggal. Dia membutuhkanku ...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Koma (Complete)
Teen FictionMenabrak jembatan, mengambang sepersekian detik di udara, lalu terempas masuk sungai, dan menjadi berita kecil di koran-koran. Kupikir, tamat sudah riwayatku. Tapi dua suara itu menarikku kembali. Untuk apa? Ilustrasi cover oleh Yoshinori Kobayashi