".... Mudah sekali bersikap jahat tanpa kita menyadarinya. Anne juga bilang begitu.
"Aku setuju. Pagi tadi, aku ke sini untuk mengambil buku harianku yang tertinggal. Belum waktunya besuk, jadi kupikir aku cuma akan mengambil bukuku lalu kembali ke kamarku. Tapi aku tak menemukan diariku.
"Konyolnya, aku merasa perlu mencarinya di kamar mandi. Aku masuk ke sana. Tentu saja tak kutemukan. Ketika aku hendak keluar, aku mendengar mereka masuk ke kamarmu. Papi dan mamimu.
"Mereka bertengkar, pelan tapi sangat tajam. Aku jadi membeku di sana. Pagi yang hening, kamar yang sunyi, suara mereka terdengar begitu jelas dari celah pintu kamar mandi. Aku tahu tak baik menguping. Tapi aku penasaran.
"Selama kamu dirawat di sini, tak pernah kulihat mereka datang berdua. Aku baru tahu ternyata mereka sudah lama bercerai, dan papimu sudah menikah lagi. Tapi dari cekcok mereka, kupikir, bukan perceraian itu yang membuat kamu mencoba narkoba. Iya kan?
"Aku ikut prihatin, Deni. Aku juga minta maaf, karena kukira kamu anak manja.
"Sebelum ini, kupikir, kamu punya segalanya: orangtua, kekayaan, wajah cantik, dan tubuh sehat. Begitu salah satunya bermasalah, kamu tak tahan banting lalu berpaling pada narkoba. Jadilah semuanya bermasalah.
"Aku jahat ya berpikir seperti itu? Aku telah berprasangka buruk padamu. Maafkan aku. Tapi bukan berarti narkoba bisa dibenarkan sebagai pelarian dari masalah superberatmu, Deni ...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Koma (Complete)
Teen FictionMenabrak jembatan, mengambang sepersekian detik di udara, lalu terempas masuk sungai, dan menjadi berita kecil di koran-koran. Kupikir, tamat sudah riwayatku. Tapi dua suara itu menarikku kembali. Untuk apa? Ilustrasi cover oleh Yoshinori Kobayashi