Chapter 1

99 19 6
                                    

Happy reading❤

Derap langkah tergesa-gesa terdengar dari koridor lantai empat sekolah. Niana, gadis berambut coklat sepunggung itu berlari menuju lantai dasar SMA Bina Permata dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ia sangat kaget ketika melihat teman dekatnya tergeletak tak berdaya di lantai ruang komputer.

"Pak, t-tolong saya," ucapnya dengan nafas terengah-engah membuat Pak Sopian khawatir.

"Kenapa nak? Coba tenangkan dirimu dulu." Ucap Pak Sopian.

"Ayo ikut saya ke ruang komputer, Pak!"

Dengan kening yang saling bertaut, Pak Sopian tetap mengikuti langkah Niana menuju lantai empat.

Begitu terkejut Pak Sopian melihat apa yang ada di hadapannya ini.

Dengan tangan gemetar tetapi masih mencoba untuk tenang, Pak Sopian mengeluarkan ponsel miliknya dan langsung menelpon ambulans.

***

Kini Niana dan Pak Sopian sedang menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Jantung Niana berdegup kencang menunggu temannya diperiksa oleh dokter.

"Kamu sudah hubungi orang tua Naomi?" Tanya Pak Sopian, Niana menggeleng sebagai jawaban dan mengeluarkan ponselnya untuk menelpon orang tua Naomi.

Tak lama kemudian, orang tua Naomi beserta beberapa guru pun datang dengan cemas.

"Gimana Dok, keadaan anak saya?" tanya mama Naomi sesaat dokter itu keluar dari ruang UGD.

"Keadaannya masih kritis, kami akan berusaha semaksimal mungkin agar pasien pulih."
Ujar sang dokter

"Oke, terima kasih Dok. Apa saya boleh ke dalam, dok?"
tanya Diana, mama Naomi.

"Silahkan tapi satu persatu ya." Ujar sang dokter berjalan meninggalkan mereka.

Ari dan Diana keluar dari ruang UGD setelah lima belas menit mereka di sana.

"Silahkan yang ingin menjenguk Naomi," ujar papa Naomi, "kami ingin ke kantin rumah sakit dulu." Lanjutnya dan setelah mendapat anggukan dari semua teman serta guru, mereka pergi menuju kantin.

Kini giliran Niana menjenguk Naomi. Betapa sesak dadanya melihat kondisi sahabatnya dipenuhi luka dan selang infus serta perban yang ada ditubuhnya.

Ia sama sekali tak tahu siapa yang melakukan ini pada Naomi. Gadis bermata coklat itu berjanji akan menemukan siapa pelakunya. Kasus ini juga telah ditangani oleh pihak polisi.

Niana berjalan keluar ruangan dan menemui teman-temanya yang ingin menjenguk Naomi. Memang, kejadian ini telah menjadi sorotan satu sekolah.

"Gimana kondisi Naomi?" tanya Bevan, teman kelas Niana. "Masih kritis, Van."

"Gue boleh jenguk ke dalamkan?" tanya Jess, kakak kelas yang memang dekat dengan Naomi dan Niana. "Boleh kak, tapi gantian ya sama yang lain." jawab Niana.

Orang tua Naomi datang dari kantin membawa beberapa buah kue untuk teman-temannya.

"Silahkan dimakan, kalian kan belum makan dari pulang sekolah." tawar papa Naomi.

"Makasih om, maaf jadi ngerepotin." ucap Riana.

"Nggak apa-apa, kami yang berterima kasih karena kalian sudah mau menjenguk Naomi" ucap Diana.

Mereka memakan kue yang dibeli orang tua Naomi.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, mereka pamit pulang kepada Diana dan Ari. Begitu juga dengan Niana, sebenarnya gadis itu ingin tetap di rumah sakit namun ia tak ingin orang tua di rumahnya khawatir.


If You Scream You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang