Chapter 6

50 7 3
                                    

Happy reading❤

Niana, Tatiana, dan Sarah sedang berjalan menuju kantin. "Ni, naskah drama gimana? Masa iya Evelyn sendiri yang ngerjain." Tanya Sarah memulai percakapan diantara mereka bertiga.

"Udahlah biarin aja. Dia kan ketua teater, udah tugasnya dia dong ngurus hal kayak gitu." Ucap Tatiana. Ketiga gadis itu berpencar memesan makanannya masing-masing.

Mereka duduk di bangku kantin paling pojok setelah menaruh makanan dan minumannya. "Tat, lo jangan begitu dong ngomongnya. Kalo Eve dengar, kan, jadi nggak enak." Ucap Niana, mengaduk baksonya. "Lagi pula kita juga harus ngebantu dia." Lanjutnya.

"Terus, kalian mau bantuin dia?" Tanya Tatiana. Niana mengangguk sementara Sarah hanya diam. "Kalian tahu dimana rumah Eve?" Tanya Niana. "Nggak. Sarah tuh tahu rumahnya."

Niana menoleh ke arah Sarah yang berada di samping kanannya. "Pulang sekolah anterin gue ke sana ya, Sar."

Sarah yang sedari tadi menikmati soto ayamnya, mendadak diam tak menjawab perkataan Niana. Niana mengguncangkan bahu Sarah. Membuat gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali. Niana dan Tatiana memberikan tatapan tanya kepada Sarah. "Ehm, ya udah iya Ni." Jawab Sarah nampak ragu.

***

Sesuai perkataan Niana sewaktu istirahat tadi. Sarah akan mengantarkan Niana ke rumah Evelyn. Karena hari ini Niana tidak membawa mobil, akhirnya Niana naik mobil Sarah.

"Rumahnya di mana sih? Jauh banget?" Tanya Niana. "Bisa dibilang jauh sih."

"Lo pernah ke rumah Eve? Kapan?"

"Pernah. Udah lama sih, Ni tapi gue masih ingat jalan ke rumahnya."

Niana bergumam. Tangannya menyalakan tombol on pada radio. Gadis itu mengambil dua bungkus cheeseburger dari dalam tasnya yang ia beli di restoran cepat saji sebrang sekolah mereka. Kemudian, Niana memberikan satu bungkus kepada Sarah. "Thank's Ni"

Saat memakan burger tersebut, Niana lupa memberitahu Eve bahwa ia dan Sarah akan ke rumahnya. Niana melirik jam tangannya. Sudah pukul lima sore tetapi mereka belum sampai di rumah Eve. Setengah jam perjalanan sudah mereka tempuh.

"Kapan sampainya, Sar?" Tanya Niana setelah menghabisi burgernya. "Sebentar lagi. Tinggal masuk komplek yang ada di depan tuh."

Mobil berwarna hijau tosca itu memasuki komplek perumahan Evelyn. Tak lama, mobil milik Sarah sudah terparkir sempurna di depan gerbang rumah Evelyn.
Rumah bercat serba putih itu nampak terlihat sepi dari luar.

Tok tok

Suara itu membuat Niana terlonjak kaget. Niana menoleh, melihat seorang pria paruh baya yang tadi mengetuk kaca mobil Sarah. Gadis itu membuka kaca mobil dan berkata, "Ada apa Pak?"

"Sore, Nak. Ada yang bisa saya bantu? Mau mencari siapa di rumah ini?" Tanya Pak Satpam.

Niana menarik napas lega. Ia hampir saja berpikir negatif mengenai bapak di hadapannya ini. "Mau nyari Evelyn, Pak. Kami temannya." Jawab Sarah. "Oh ya sudah. Kalian panggil saja, anaknya juga baru pulang sekolah." Ucap Pak Satpam itu.

Niana dan Sarah turun dari mobil. "Syukurlah Nak Evelyn masih punya teman."

"Hah?" Tanya Niana, Pak Satpam itu hanya menggeleng dan pergi dari hadapan mereka berdua. Sarah memencet bel rumah Evelyn. Mereka menunggu beberapa detik namun tidak ada yang menyahuti.

Dua kali.

Tiga kali.

Sampai keempat kali tidak ada yang keluar dari rumah itu. Niana menghela napas berat. Ia mencoba untuk menelpon Evelyn namun tak ada jawaban.

Nekat. Niana memanjat gerbang rumah Evelyn. "Ni, ngapain manjat sih?" Tanya Sarah khawatir. "Bahaya tau. Udah pulang aja." Lanjut Sarah.

"Nggak bisa Sar. Besok naskahnya udah harus dikasih ke Bu Riana."

"Lo mah nekat deh. Mungkin Evelyn lagi pergi. Tunggu aja di mobil. Niana," ucap Sarah mengacak rambutnya. Ia takut jika terjadi apa-apa di dalam sana. Mau tak mau, akhirnya Sarah mengikuti Niana memanjat gerbang tersebut.

Setelah berhasil, mereka menuju pintu rumah Evelyn dan mengetuk beberapa kali. Sarah memperhatikan sekeliling rumah Evelyn. Sarah mendapati bercak berwarna merah menempel di tong sampah. Perasaannya tidak enak. Ia mendekati tong sampah itu. Meninggalkan Niana yang sibuk menghubungi Evelyn.

Ternyata benar dugaannya. Itu bercak darah. Tapi mengapa ada bercak darah menempel di tong sampah?

Dengan perasaan deg-degan, Sarah membuka tong sampah itu. Namun, belum sempat membukannya tiba-tiba, "Sarah! Niana!" Ada yang memanggil mereka dari halaman belakang. "Sedang apa kalian di sini?" Tanya Evelyn si pemilik rumah yang akhirnya muncul. Sarah berjalan mendekati Niana. Menurut Sarah kemunculan Evelyn tidak tepat waktu. Ia jadi tidak sempat mengetahui apa yang ada di dalam tong sampah tersebut.

"Kita ke sini pengen ngebantuin lo merevisi naskah drama." Ucap Niana, "Besokkan harus dikasih Bu Riana." Lanjutnya.

"Ya udah kalian masuk aja." Evelyn mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam rumahnya. Niana melihat baju yang dikenakan Evelyn. Terdapat noda merah yang berasal dari bercak darah. "Baju lo kenapa, Eve?" Tanya Niana menunjuk noda dibaju Evelyn. "Oh, ini nggak apa-apa kok." Jawabnya santai.

Sarah menyipitkan kedua matanya. Ia akan memberitahu hal ini kepada Niana nanti.

Evelyn datang membawa laptopnya dan tiga minuman kaleng di tangan kanannya. "Sebenarnya sih kalian nggak bantuin revisi juga nggak masalah. Lagi pula tinggal dikit lagi kok." Ujarnya.

"Nggak bisa gitulah Eve. Guekan teman dekatnya Naomi, sedangkan dia itu wakil teater. Nah, gue di sini ngegantiin posisinya Naomi buat sementara. Kalo Sarah kan emang tugasnya dia dari awal untuk ngebuat naskah drama." Jawab Niana.

"Ni, lo perlu tahu hal ini." Ucap Sarah saat Evelyn pergi ke kamarnya untuk mengambil charger laptop. Niana tak mengerti maksud perkataan Sarah. "Nanti deh, kalo udah balik dari sini gue ceritain semuanya."

"Tapikan pasti kita balik malem, Sar. Nggak tau balik jam berapa. Revisi aja belom selesai." Tutur Niana. "Ya udah besok aja."

"Ada apa sih? Penting banget emangnya?" Tanya Niana penasaran. Belum sempat Sarah menjawab, Evelyn sudah datang membawa charger laptop dan tiga porsi lasagna. "Ngobrolin apa sih kalian? Kayaknya seru banget deh," tanya Evelyn dijawab gelengan kepala oleh Sarah "Eh iya, itu dimakan lasagna-nya gue bikin sendiri loh, cobain deh."

Mereka memakan hidangan yang disajikan Evelyn. "Sumpah Eve. Ini enak banget deh." Puji Sarah disetujui oleh Niana dan dibalas senyuman Evelyn.

Setelah makan dan membahas sedikit tentang persiapan pensi. Akhirnya, kedua gadis itu pulang dari rumah Evelyn. "Nggak mau nginep aja?" Tawar Evelyn. "Nggak usah Eve, lagian juga belum malem banget." Tolak Niana secara halus.

"Ya udah kalian hati-hati ya." Ucap Evelyn melambaikan tangannya ke arah Niana dan Sarah. "Makasih ya Eve. Kapan-kapan bikin lasagna lagi ya." Ucap Niana. Mereka bertiga tertawa. Niana dan Sarah berjalan menuju mobil.

If You Scream You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang