Happy reading❤
Niana berjalan menuju ruang teater dengan headset yang menggantung ditelinga kanannya. Ia melihat beberapa orang polisi keluar dari ruang kepala sekolah. Karena penasaran dirinya berjalan mendekati ruang kepala sekolah.
"Umm...permisi pak. Apa ini ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa Naomi kemarin?" Tanya Niana
"Iya, nak. Kamu teman dekatnya Naomi kan?" Jawab Pak Rudi, kepala sekolah SMA Bina Permata.
"Lalu gimana hasilnya pak? Apa pelakunya sudah teridentifikasi?" Tanya Niana.
"Maaf Niana. Setelah beberapa hari kami selidiki, kami belum bisa mengungkap siapa pelakunya." Ujar Pak Polisi.
"Sampai kapan pak, pelakunya akan terungkap?"
"Kami tidak bisa memastikan karena Naomi masih dalam keadaan kritis. Kami juga membutuhkan keterangan dari Naomi." Ujar Pak Polisi itu.
"Kalau ada informasi terbaru langsung beritahu saya ya pak. Terima kasih." Ucap Niana.
"Baik nak. Mohon bersabar ya dan jangan lupa doakan yang terbaik untuk sahabatmu itu." Jawab Pak Rudi dan Niana langsung meninggalkan Pak Rudi dan beberapa orang polisi.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ruang teater. Sesampainya disana, Niana membuka pintu ruang teater yang langsung disambut oleh teman-temannya. Sore ini, mereka akan latihan untuk pensi.
"Udah ngumpul semuakan?" Tanya Evelyn selaku ketua teater, yang lain mengangguk sebagai jawaban.
"Yuk langsung latihan aja." Lanjut Evelyn. Semuanya bersiap diperannya masing-masing.
Pintu ruang teater terbuka membuat semua yang ada di dalam ruang itu menghentikan aktivitasnya. Bu Riana mengucapkan salam dan dibalas oleh murid-muridnya.
Wanita paruh baya itu memanggil Evelyn, dan langsung dihampiri oleh gadis itu. "Hari ini latihan tapi kenapa kamu tidak bilang ke saya?"
"Gimana dialog untuk tampil di pensi? Sudah jadi?"
Evelyn bertanya pada Sarah lewat tatapan mata. Sarah menepuk jidatnya dan berucap 'oh iya lupa dibawa' namun tak bersuara.
"Maaf bu, untuk dialog Sarah nggak bawa. Tapi udah selesai kok bu." Jawab Eve.
"Kamu tuh seharusnya mengingatkan kepada Sarah agar dia nggak lupa bawa dialognya." Ujar Bu Riana. "Kalo kayak gini gimana mau latihan?! Dialog nggak ada. Sayakan mau melihat dialognya, kalo ada yang kurang atau apa." Tegas guru dengan rambut hitamnya yang digerai.
"Iya bu maaf, besok pasti saya bawa dialognya." Ucap Sarah.
"Coba saja Naomi tidak sedang kritis pasti dia yang akan membantu saya jika ada hal seperti ini."
Deg.
Perkataan Bu Riana membuat hati Evelyn mencelos. Ia merasa dibedakan dengan Naomi. Ia ketua ekskul teater di sekolah ini, lantas mengapa malah Naomi yang hanya sebagai anggota tetapi malah gadis itu yang dibangga-banggakan.
"Evelyn, Sarah besok bawa dialognya langsung kasih ke saya. Jangan lupa Eve ingatkan Sarah supaya nggak lupa lagi."
"Saya hari nggak bisa lama-lama. Kalau kalian tetap mau latihan hari ini, silahkan saja. Saya pamit duluan ya." Ucap Bu Riana.
Tak lama setelah Bu Riana keluar, Evelyn memutuskan untuk menyudahi latihan yang sebenarnya belum terlaksana.
"Eve, gue balik bareng lo ya. Nggak pa-pa kan?" Ucap Niana, "soalnya gue nggak bawa mobil."
Evelyn hanya mengangguk sebagai jawaban dan matanya lurus menghadap ke depan. Membuat Niana jadi tak enak karena merepotkan gadis itu, apalagi ia habis dimarahi oleh Bu Riana.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Scream You Die
Misteri / Thriller(ON GOING) Naomi ditemukan tergeletak tak berdaya di ruang komputer dan segera dilarikan ke rumah sakit. Niana, teman dekat Naomi mencoba mengungkap pelaku yang membuat temannya menjadi seperti itu. Di lain sisi, mereka tak mengetahui ada seseorang...