Chapter 7

29 3 7
                                    

Happy reading

Niana menghampiri meja Sarah setelah ia selesai menyalin tugas milik Tata. Ia ingin menanyakan hal yang kemarin belum sempat Sarah ceritakan. "Sar, cerita dong." Ujar Niana menyenggol lengan temannya. Sarah menautkan kedua alisnya. "Itu loh, yang kemarin lo mau kasih tau ke gue. Yang di rumah Evelyn." Jelas Niana, Sarah mengangguk paham. "Yah, gue lagi makan nih. Nanti aja pas istirahat."

"Sekarang aja, mumpung lagi nggak ada guru." Paksa Niana, menarik kotak makan Sarah. "Iya iya. Bentar, gue abisin ini dulu. Dikit lagi kok." Ucap Sarah pada akhirnya.

"Jadi," Sarah memotong ucapannya. Membereskan kotak makan dan membersihkan mulutnya. "Ta, bagi minum dong." Pinta Sarah, Tata langsung memberi botol minumnya.

"Thank's Ta." Ucap Sarah diberi acungan jempol oleh si pemilik botol. "Cepat dong Sar." Sergah Niana.

Sarah mengambil nafas panjang. "Jadi tuh kemarinkan kita ke rumah Evelyn. Pas lo sibuk telepon dia, gue ngelihat ke sekitar rumahnya. Nah, akhirnya gue lihat ke tong sampah. Gue langsung curiga tuh, karena ada noda merah. Gue jalan ngedeketin itu tong sampah. Ternyata bener dugaan gue. Noda merah itu darah." Jelasnya, "Kenapa bisa ada darah di tong sampah. Lo tau nggak itu apa?" Tanya Niana.

"Itu masalahnya. Pas kemarin gue mau buka tong sampahnya tapi Evelyn keburu muncul. Akhirnya nggak jadi gue buka deh."

"Eh tapi ya, beneran deh gue penasaran banget itu apa." Lanjut Sarah. "Kenapa nggak lo tanya Evelyn aja?"

"Aduh Nianaaaa. Masa iya ditanya langsung. Gue takutnya dia malah tersinggung atau gimana. Mending kita cari tau sendiri." Ucap Sarah mengguncangkan kedua bahu Niana. "Gimana kalo kita ke rumahnya lagi?" Niana mengutarakan pendapatnya. Sarah mengangguk setuju.

"Woy. Lo berdua ngomongin apa sih? Serius amat kayaknya." Timpal Yoga yang langsung duduk dibangku depan kedua gadis itu. "Kepo banget sih. Nggak ada urusannya sama lo." Ucap Sarah ketus. "Tadi gue nggak sengaja denger. Kalian mau ke rumah Evelyn?" Tanya cowok itu.

Kedua gadis yang ada di hadapan Yoga itu terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Mereka tidak ingin masalah ini banyak orang tahu. "Eh. Kenapa pada diem aja?" Tanya Yoga. "I-iya kita mau ke rumah Evelyn," Jawab Sarah. "Ada keperluan buat ngurus persiapan drama." Ucap Niana sebelum Yoga bertanya lebih lanjut.

***
Bel pulang sekolah telah berbunyi dari setengah jam yang lalu. Namun Niana dan Sarah masih berada di lingkungan sekolah tepatnya di perpustakaan. Niana memang sengaja mengajak Sarah ke sini. Gadis itu ingin bersantai di ruang perpustakaan yang hening dan sejuk.

Suasana sekolah yang kini menunjukkan pukul empat sore mulai nampak sepi. Hanya beberapa anak yang mengkuti ekskul futsal dan modern dance. Begitu pun dengan ruang baca satu ini. Hanya ada Niana, Sarah, tiga orang siswi yang satu angkatan dengan mereka, dan juga Bu Tia pengurus perpustakaan yang cantik dan ramah.

Sarah mencari buku yang ingin ia baca. Sedangkan Niana sibuk dengan laptopnya. Setelah mendapat buku yang tepat, Sarah berjalan menuju meja yang tak jauh darinya. Gadis itu duduk berseberangan dengan Niana. Karena terlalu serius, Niana tak menyadari kehadiran Sarah di hadapannya. Sarah mengedikkan bahunya seolah tak peduli dengan apa yang dilakukan Niana. Begitu juga dengan Sarah yang sudah asik membaca novel yang ia ambil dari salah satu rak.

"Sar, lo baca deh." Ucap Niana tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. "Iya ini gue lagi baca," Jawab Sarah mengangkat novelnya.

"Sini bacanya." Niana menepuk kursi yang ada di sebelahnya. "Disini juga bisa Ni," jawab Sarah "Lagi asik nih adegan ceritanya. Jangan ganggu deh." Lanjut gadis itu.

"Apa sih Sarah. Nggak nyambung banget deh. Gue nyuruh lo duduk di samping gue tuh karena lo harus tau ini."

Gadis itu berdiri dan berpindah tempat duduk. "Ada apa sih?" Tanyanya setelah melihat laptop Niana. Sarah langsung membaca cerita yang ada di laptop temannya.

"Lah terus ada apa sama cerita ini? Kenapa lo bisa dapet ini cerita?" Tanya Sarah setelah selesai membaca. "Menurut gue, cerita ini sama kayak hal yang ada di rumah Evelyn." Bisik Niana, takut ketahuan orang lain.  Sarah membaca ulang beberapa kalimat dalam cerita tersebut.

"Ooh, maksud lo yang inikan? Bercak darah yang ada di tong sampah?" Ucap Sarah mulai mengerti. "Oh my god! Berarti sama kayak yang ada di rumah Evelyn kemarin." Sarah berteriak membuat Bu Tia menoleh ke arah mereka.

"Heh! Jangan teriak dong Sar. Nanti ada yang dengar." Refleks Niana mencubit kedua pipi Sarah. "Maaf maaf, gue kaget aja gitu hehehe."

"Gila ya. Kok bisa sama sih ceritanya sama yang ada di rumah Eve kemarin?!" Sarah berujar lagi. "Di cerita ini bilang, si cewek yang rumahnya ada bercak darah ternyata dia itu psikopat dan dia terbukti nyelakain teman-temannya. Berarti-" Niana lebih dulu menyela ucapan Sarah.

"Jangan mikir yang aneh-aneh dulu Sar! Kita belum tau yang benar yang mana. Lagi pula, awalnya gue cuma baca ceritanya aja tapi pas gue pikir kejadiannya ini sama kayak yang lo ceritain tadi siang." Jelas Niana, ia tak ingin negative thinking kepada Evelyn. Karena menurutnya Evelyn anak yang baik meskipun sedikit tertutup secara pribadi.

Tak lama setelah itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang karena waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Para siswa yang mengikuti ekskul pun sudah selesai latihan dan beberapa diantara mereka sudah pulang ke rumah masing-masing. Niana dan Sarah berjalan menuju gerbang sekolah. Sarah pulang terlebih dahulu karena ia membawa mobil. Sedangkan Niana harus menunggu David menjemputnya. Sebetulnya Sarah menawari Niana untuk pulang bersamanya agar tidak menunggu terlalu lama. Namun Niana telah berjanji kepada David untuk pulang bersamanya.

Mobil Sarah telah keluar dari area sekolah. Kini tinggal Niana sendiri di dekat pintu gerbang. Ia mengecek ponselnya namun sayang, benda canggih miliknya itu kehabisan baterai. Gadis dengan rambut terurai itu melihat ke sekitar sekolah.
Evelyn. Ia melihat gadis itu berjalan sendirian sambil membawa seekor kucing.

"Evelyn." Panggil Niana membuat yang dipanggil menghentikan langkahnya. Niana berlari mendekati Evelyn. "Ini kucing siapa? Lo mau kemana? Kok belum pulang, Eve?" Tanya Niana mengelus kucing berwarna putih itu.

"Ini kucing dari kantin gue temuin. Ini mau pulang." Jawabnya santai diiringi senyum manisnya. "Lo mau bawa kucing ini ke rumah?" Evelyn menggeleng sebagai jawaban. "Terus kenapa lo bawa-bawa?" Tanya Niana lagi. Belum sempat Niana mendengar jawaban Evelyn. David sudah datang menjemputnya.

"Ya udah gue balik duluan ya, Eve. Lo mau bareng nggak?" Evelyn menggeleng sebagai jawaban. Niana berjalan menuju mobil abangnya.

If You Scream You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang