Jangan sia-siakan sahabat yang kini bersamamu, atau pernah bersamamu. karena suatu saat nanti kamu pasti akan membutuhkanya lagi.
Chat Whatapp"WOY pada dimana choy?" Fitri mengawali percakapan dengan bahasanya yang nyablak gaul ala-ala kekinian. Pagi yang dingin ini, kami berencana ketemuan untuk berkumpul menyambut kegembiraan nanti kalau sudah benar-benar bertemu Indri.
"Di jalan." Sederetan pesan dari Uzu, Ida, Indah, Robi, Juju menyatakan di jalan, entah di jalan mana mereka berada. Karena terkadang kebiasaan ngaret menjadi budaya. Ah entahlah.
Bergegas berjalan dari rumah nya yang jauh kurang lebih 3 KM menuju sekolah. Siap-siap menghadapi kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari Fitri, sabtu yang macet, klakson bordering dimana-mana, salip menyalip antara motor, mobil, bus bahkan truk tidak terhindari. Terlagi melewati rel kereta api, sudah pasrah kalau berangkat sekolah harus super duper pagi bagi Fitri. Setelah lepas dari kebisingan jalan raya, belum selesai sampai situ perjuangan menuju sekolah, karena Fitri harus berjalan melewati gang yang meliuk-liuk. Kendaraan pun selalu tidak tahu diri seenaknya kebut-kebutan di gang yang sempit ini.
"Woles dong neng!" Seru lelaki memakai jaket dan helm Grab, sambil memutarkan lehernya ke belakang, dia terus melaju dengan motornya tanpa berhenti dulu.
"Dasar gak punya adab," Batin Fitri, mukanya memanas kesal dengan tukang ojek yang hampir menyerempetnya. Langsung saja dia bergegas melanjutkan perjalanan.
Menilik sekitar sekolahan terlihat daun-daun masih berserakan "waduh gue kepagian." Jam tangan pukul 05.30 Pagi, Fitri sudah datang di sekolah karena saking bersemangatnya untuk bertemu dengan Indri. Meskipun gerbang masih menutup, kuncinya masih nempel di sarang gemboknya.
"Yaelah mas jono kemana sih belum bukain pintu." Desah Fitri.
Detik jam kian berjalan, jam tangan sudah menunjukan pukul 06.55, masih terlihat juga lainya, di grup Whatsapp pun sepi tak ada informasi. Mungkin yang tadi mereka maksud di jalan itu, di jalan mau ke kamar mandi, di jalan baru bangun menuju meja makan atau mungkin di jalan mimpi. Ahh ngaret.
Dibangku tua Fitri duduk dia termanggut-manggut mengantuk sambil duduk di bangku depan sekolahan menunggu kedatangan yang lainya.
Maworrrrrr
Suara kucing menderu-deru, kucing yang sedang berkelahi jatuh dari atas pohon dan manimpa Fitri yang hampir ngiler itu. Dia tersontak bangun kaget
"Astagfirullah!" Fitri terperanjat dari tidurnya akibat kucing belang dan kucing putih berkelahi, dia melempar dua kucing itu dengan sampah, agar kucing itu pergi.
Fitri mengucek mata belum saja ada yang datang.
Duh bener bae nih pada di jalan lagi mandi kali.
"Dorrrrr" Ida, Robi, Juju, Uzu dan Indah seketika mengagetkan Fitri dari belakang, nyatanya mereka sudah mengetahui saat sedang tertidur. Mereka terkekeh-kekeh sejadi-jadinya melihat fitri terkaget bahkan sampai-sampai hampir menangis . Memang jahil sekali kelakuan mereka itu.
"Temen gila!" Fitri mengomel-ngomel, mukanya berubah menjadi semerawut.
"Berati lu juga gila kan." Ida tak mau kalah dengan semburan baper Fitri.
"Tau huh." Uzu mensorak-sorak sampai ke telinga Fitri.
"Yaudah ah udah. Lu pada lama banget ditungguinya. Ih ampun dah." Masih saja Fitri bergerutu.
"Maklum kita mengkol dulu di jalan. Nih bubur buat lu." Juju menyodorkan sebungkus bubur ayam yang mereka beli di pinggir pasar serpong, mereka beli secara serempak supaya nanti bisa makan bersama-sama di sekolahan.
"Ya Allah. Makasih ya gajadi marah ah."
*********
"Bismillahirrahmanirrahim." Kami langsung menyantap bubur itu dengan lahap dan sangat menikmati, terlihat Robi yang sangat diam menghayati tiap sendoknya ketika makan. Diam sekali seperti tidak ada tanda kehidupan.
Sudah lepas dari belenggu kekenyangan, sergap saja mulai beraksi mencari Indri, rasanya kami sudah tak sabar untuk bertemu dengan salah satu sahabat sepeda.
Kebetulan hari ini hari sabtu, hari bebas dan tidak ada kegiatan KBM, jadi kami manfaatkan waktu ini untuk mencari Indri.Sasaran pertama kami untuk bertemu dengan Indri yaitu di kantin tepatnya di pojokan utara dekat UKS.
Lalu lalang orang-orang yang sedang membeli makan berkeluyuran di kantin, badan kami, termasuk leher dan mata menjadi liar melihat-lihat siapa tau ada Indri, karena terakhir dia upload photo di Facebooknya berbackround kantin.
"Woy kemana nh si Indri kok belum ada yah." Ujar Juju kebingungan karena dari sekian banyaknya orang-orang yang jajan atau sekedar duduk-duduk di kantin, belum terlihat Indri dari batang hidungnya sekalipun.
"Mending nyari si Indri nya ke tiap-tiap kelas aja gimana?" Robi menyarankan.
"Gue malu" Timpal Uzue dengan alasan yang aneh.
"Yelah ada siapa sih ! Alay banget." Lagi-lagi Indah mulai menampakan wajah juteknya.
"Hmm...ada si Putra bahasa Arab itu?" Uzu memunculkan wajah semeringah ketika mengingat putra itu.
"Putra? Siapa?" Tanya Fitri penasaran.
"Oh. Bukan siapa-siapa kok!" Uzu berusaha menyembunyikan rahasianya tentang sosok lelaki fasih itu.
Kami hanya cuek saja tidak terfokus pada omongan Uzu yang bertipikal cewek penghayal lelaki, jadi kami tidak terlalu beranggapan serius terhadap apa yang diucapnya.
Sepi sudah keadaan kantin, rupanya pencarian ini belum berbuah hasil, akhirnya kami menerima saran robi untuk mencari ke tiap-tiap kelas.
"Ke kelas mana dulu nih?" Tanya Fitri kepada kami.
"Ke IPA 1 aja dulu." Kata Robi.
"Mendingan mencar aja nyari nya biar enak" Uzu menyarankan mencar agar tidak seperti awal di kantin, tidak ada yg berjaga ala polisi.
Kami semua berpisah, mencari ke masing-masing kelas yang jumlah untuk kelas X sebanyak 15 Kelas. Banyak, besar, dan luas sekali sekolah kami ini, sehingga membuat bingung.
******
Robi berjalan menuju di lorong kelas, niatnya untuk ke pergi ke lantai 5, yaitu kelas X IPS 9. Kelas yang selama ini sering diidam-idamkan oleh Seluruh angkatan, karena bisa dibilang kelas terfavorit se-Man 1 Tangerang selatan.
"Waduh itu Indri bukan ya?" Batin robi melihat dari kejauhan, wanita memakai kerudungan yang agak panjang sepinggang kira-kira. Dia ingat kalau Indri suka mengenakan kerudung yang panjang. Wah pasti ini dia.
Robi mengejar wanita itu, saat sudah dekat dia tepuk bahunya
"Indri?" Saat menengok ternyata bukan Indri sesungguhnya.
"Maaf." Muka Robi memerah.
Lagi-lagi pertemuan gagal, Robi sangat bingung dan mulai lelah.
Chat group Whatsapp
Robi : Tadi gue salah, kira gue Indri, ternyata bukan. Sedih hayati.
Uzu : Yaudah, cari terus gue juga masih nyari-nyari nih.
Indah : Buset udah kayak apaan tau yah di cari.
BRAKKKK.
Robi menabrak wanita berkerudung panjang kedua kalinya, Saat menoleh melihat wajahnya seketika Robi terpaku dan tersenyum, karena kali ini benar wanita itu adalah Indri. Sahabat sepeda yang dicari.
Menurut kalian gimana pas bagian ini?
Ini novel pertamaku di wattpad, bismillahirrahmanirrahim semoga bisa menyelesaikanya. Vote dan komen kritik saranya jangan lupa yah, soalnya baru penulis pemula. Terimakasih !
Akhirnya si Indri ketemu juga yah, lanjutin terus ya bacanya hehehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT SEPEDA
Fiksi RemajaIndri selalu kesepian tanpa para sahabat yang mengiringi hidupnya, karena kenangan pahit dan getir di masa lalunya itulah yang membuat Indri betah dalam kesendirian. Namun apakah setelah datangnya "Sahabat sepeda" itu akan mampu membuat bangun kemba...