Cilok (Isi) Cinta

925 48 0
                                    

Ps: Cerita ini pernah di post di fb sama di blog. Dan ini udah lama, cuma gue pindahin aja ke sini. Sorry buat typo dan juga EYD nya yang berantakkan. Happy reading!

***

"Kamu pernah makan cilok isi?"

"Nggak pernah, emang enak ya rasanya?"

"Iyaps, enak banget. Aku hampir tiap hari beli lho, sering ada yang lewat ke komplek ini, nama penjualnya mang Udin, orang nya ramah, cilok isi buatannya enak pake banget."

"Oh, ya, aku juga pengen nyoba dong, nanti aku ikutan beli ya,"

"Siip, aku bayarin deh, cuma 2000 rupiah ini."

Rio tetangga Ify bilang kalau cilok isi itu enak, seumur-umur selama hidup di kota Ify kecil tidak pernah makan cilok isi, apa itu cilok isi pun Ify nggak tahu. Tapi semenjak keluarganya pindah ke komplek indah, Tasikmalaya ini, Rio tetangga barunya mengenalkan Ify pada makanan ringan itu, bener enak lho!

Sudah 6 tahun semenjak kepindahannya ke komplek ini, Ify sering sekali nungguin mang penjual cilok isi diteras rumahnya, tapi tanpa Rio, karena pemuda itu pindah rumah ke kota kelahirannya, Manado, tepat 3 tahun yang lalu waktu lulus SMP. Dan, sungguh hal itu membuat Ify merasa kehilangan pemuda itu. Dan kadang-kadang rasa rindu yang seharusnya tidak pantas membuat dada Ify sesak.

Ify sadar ia telah jatuh cinta pada Rio, bahkan mungkin sudah semenjak pemuda itu mengenalkan namanya, tersenyum memamerkan gigi putihnya yang rapi pada Ify.

Bagaimana kabar pemuda itu?

Tiga tahun tidak bertemu, apa Ify masih ada di memori otaknya?

Hah! Memangnya siapa Ify? Kenapa Rio harus mengingatnya, bukankah mereka hanya sekedar dua anak kecil yang sering menunggu penjual cilok isi di teras rumah pada sore hari, tidak lebih dari itu, tidak ada yang spesial. Rio itu tampan, pasti banyak cewek yang menykainya. Sadar Ify sadar.

Sivia, sohib Ify pernah menyuruh Ify untuk move on dari Rio, sampai-sampai sahabatnya itu menjodohkannya dengan Dayat, teman sekelas mereka. Tapi, Ify juga bingung ia tidak ingin sama sekali membuka hati untuk pria lain, hatinya selalu berbisik lirih, 'Rio akan kembali, tunggulah dia' bodoh memang menunggu orang yang sama sekali tidak di ketahu keberadaan serta kabarnya hingga saat ini, sia-sia bukan? Ah, Ify juga tahu, tapi apa daya, kadang kita tidak bisa me manage hati dengan benar, dan Ify rasa Ify termasuk orang yang seperti itu.

Sekarang jarum jam di pergelangan tangan Ify sudah menunjukkan pukul 5 sore, Ify sudah duduk manis di teras rumahnya dari setengah jam yang lalu menunggu mang penjual cilok lewat di depan rumah nya. Tumben sekali, biasanya pukul setengah 5 mang penjual cilok isi sudah datang, tapi hari ini, sudah setengah jam menunggu tak kunjung muncul juga. Mungkin dari rumah si mang penjual cilok isi hari ini agak telat kali ya? Ify mencoba berpikir positif tidak mungkin kan hari ini tidak jualan, setiap hari juga jualan?

Jujur, satu hal saat ini yang Ify lakukan, duduk diteras rumahnya, menunggu penjual cilok isi lewat, lalu membeli cilok isi tersebut, adalah untuk mengenang kebersamaan nya dengan Rio, dengan melakukan hal ini, Ify merasa Rio ada di dekatnya, dan rindunya terobati.

Konyol memang, Rio pun sekarang tidak di ketahui keberadaannya, di Manado pun apakah masih di sana atau sudah pindah ke kota lain?

Tok.. Tok.. Tok...

Suara ketukkan yang sudah Ify hapal membuat gadis cantik itu terlonjak kaget, akhirnya datang juga.

Tapi, kok? Pake kacamata sama topi ya? Penampilannya juga keren? Masa sih mang udin yang udah tua, pake baju kayak gitu. Nggak mungkin banget?

Kumpulan Cerpen RifyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang