6. Namanya Firda

1.4K 160 3
                                    

Gue sengaja nggak mau maafin cewek itu biar dia ngejar gue. Gue biarin dia terus merasa bersalah karena dorong gue waktu itu. Gue akuin, dia cewek yang sadis! Udah ditolong-tolongin malah berlaku semena-mena sama gue, kan nggak asik. Tapi lumayan sih pelukan dari dia. Hehe. Mau lagi dong....

"Zen! Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" tanya Ryan, mengkagetkan gue.

"Haaa?" jawab gue kayak orang bego. Jadi, tadi gue senyum-senyum sendiri?

"Lo ngapain senyum-senyum sendiri? Lagi kasmaran?"

"Eng... nggak! Gue cuma lagi senang aja."

"Cih! Udah cerita aja... kasmaran sama siapa sih?"

"Yang pasti, manusia."

"Gue juga nggak menduga lo suka sama Valak, anjiir!" menempeleng gue dengan sadis.

Apa salah gue ditempeleng-tempeleng? Lo pikir ini kepalanya Valak apa? Iya, kalau Valak yang ditempeleng gue nggak peduli. Dia bukan siapa-siapa gue. Kepala gue berharga masalahnya. Gue nggak mau ada kerusakkan sedikit pun gara-gara tersentuh tangan cowok sadis itu. Si Ryan masih paksa gue buat jujur gue suka sama siapa. Gue aja nggak tahu namanya, masa gue dipaksa jawab!

Dia terus ngotot nanya, sementara gue terus ngotot nolak. Di tikungan jalan kita berdua kekagetan teriak bareng gara-gara ketemu Valak! Oh, bukan. Sumpah, gue senang banget. Cewek itu! Aaaahh! Sayangnya cewek itu bukan mau nabrak gue kayak sebelum-sebelumnya, tapi mau nabrak Ryan. Terus tadi kenapa gue ikut teriak ya?

Cewek itu kelihat panik pas lihat Ryan. Sekilas dia lihat ke arah gue, terus ke Ryan lagi. Terus dia ngacir pergi lari meninggalkan kita berdua. Kenapa dia? Ryan tiba-tiba singsot pas dia ngacir pergi.

"Busyeeett gilaaaakk!! Kok jadi cakep ya dia udah jadi mahasiswa," kata Ryan dengan mata berbinar-binar.

"Lo kenal?" gue kaget dia bilang gitu.

"Dia adik kelas gue dulu, fans gue, Men...."

"Dia, ngefans sama lo? Muka bangke gitu! Dih, kok bisa sih dia ngefans sama lo. Lo ngaku-ngaku kalik!"

"Eh, anjirr lo! Gini-gini fans gue banyak! Dulu gue ganteng tahu! Tapi dia udah nggak suka sama gue lagi sih gara-gara tahu gue punya pacar, juga karena dia nggak suka sama cowok perokok macam gue."

"Uuuu kasihan... makanya berhenti kayak gitu. Nggak baik! Eh, siapa sih namanya?"

"Anjirr lo ngomong! Diri lo sendiri aja kek gitu bentuknya. Dia, Firda. Firda Sahara nama panjangnya. Bentar deh, lo tanya-tanya, itu cewek yang buat lo senyum-senyum kayak setan?"

Gue nyengir.

"Gitu deh. Oh... jadi namanya Firda. Eh, soal kebiasaan buruk gue, itu kan dulu... sekarang gue udah insaf kalik! Semenjak kepergian Triya."

"Bro, udah bro. Itu masa lalu."

"Gue jahat ya Yan?" gue masih merasa sangat bersalah dan berdosa sama dia.

"Udah, udah... yang penting sekarang lo udah tobat. Udah, udah. Buruan masuk kelas, gih. Yuk!"

Ryan narik gue. Tapi perasaan ini nggak pernah luput dari rasa bersalah yang besar. Gue memang manusia berengsek kalik ya? Nggak bertanggung jawab dan gue adalah sebab dari kematian Triya. Tuhan....

Mendung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang